SD4 1-4 Bacaan Uniknya Gendang Beleq.
Oleh Santi Hendriyeti
Seperti biasa ketika libur kenaikan kelas, Dayu dan adik-adiknya berlibur ke rumah nenek di Bali. Dayu selalu senang pulang ke Bali. Banyak hal di Bali yang tidak ditemuinya di Jakarta. Tetapi, liburan ini istimewa. Bli Oka, pamannya, mengajak Dayu dan adik-adik menyeberang ke pulau Lombok. Wah, Dayu merasa senang.
Dari cerita sepupu-sepupunya di Bali, Lombok adalah pulau yang indah, sama indahnya dengan Bali. Lombok juga dikelilingi oleh pantai yang indah, tetapi saat ini wisatawan yang datang ke Lombok belum seramai wisatawan di Bali. Dayu ingin tahu, apa beda Bali dengan Lombok?
Ternyata Bli Oka memahami rasa ingin tahu Dayu. Tiba di Lombok, diajaknya Dayu ke pemukiman suku Sasak, salah satu suku asli di Pulau Lombok. Kebetulan, teman Bli Oka yang bernama Bli Lalu, adalah salah satu penghuni pemukiman tersebut. Bli Lalu memberi tahu bahwa hari itu ada upacara pernikahan di pemukiman tersebut.
Dayu, adik-adiknya, dan Bli Oka datang tepat ketika upacara akan dimulai. Sama seperti upacara pernikahan di Bali. Hari itu, kampung Sasak penuh dengan hiasan adat. Semua orang berpakaian adat khas Sasak. Tetapi, satu hal yang menarik perhatian Dayu adalah pertunjukan musik adatnya.
Serombongan laki-laki membawa gendang besar. Besar sekali! Kata teman Bli Oka, namanya Gendang Beleq. ‘Beleq’ berarti besar. Wah, sesuai dengan namanya. Selain gendang, ada pula alat-alat musik lain yang menjadi pelengkap pertunjukan musik itu. Ada gong, terumpang, oncer, seruling, dan pencek. Menurut cerita Bli Lalu, dulu musik Gendang Beleq ini dimainkan ketika berperang, untuk memberi semangat pada prajurit. Sampai sekarang, beberapa atribut adat dalam memainkan musik ini tidak ditinggalkan. Pemusik harus menggunakan sapo (ikat kepala), bebet (kain pelapis pinggang), dan dodot (ikat pinggang) yang bercorak batik.
Dayu dan adik-adik senang sekali melihat pertunjukan musik Gendang Beleq. Dung-dung-dung-tang-tang-crek…ramai, seru, dan membangkitkan semangat! Tidak jauh dari Bali, pulau Lombok sudah memberikan wawasan kesenian yang berbeda. Tentu pulau-pulau lain memiliki kesenian yang unik juga. Indonesia memang kaya!
Bacaan kedua.
Sajian Berbeda dari Timur Indonesia,
Oleh Santi Hendriyeti.
Hari Minggu siang ini Udin, Dayu, dan Siti diundang Edo untuk berkumpul di rumahnya. Secara rutin Edo dan keluarga besar dari pihak ibunya berkumpul. Tempat berkumpul diatur bergantian. Hari ini giliran rumah Edo yang menjadi tempat kumpul saudara.
Edo memang sengaja mengundang teman-teman dekatnya itu. Ia ingin memperkenalkan aneka masakan khas Maluku, daerah asalnya keluarganya. Ketika kumpul keluarga, selalu makanan Maluku yang dihidangkan. Memang sengaja, supaya tradisi makanan keluarga besar tetap terjaga.
Di meja makan tersedia beragam makanan. Edo menunjukkan deret makanan ke teman-temannya singkong rebus, ubi rebus, pisang rebus, nasi jaha, ikan cakalang, gohu dan sambal colo-colo. Ternyata,
masyarakat Maluku jarang makan lauk dengan nasi. Sumber karbohidrat bagi mereka biasanya sagu, singkong, ubi, pisang rebus, atau nasi jaha. Nasi Jaha adalah ketan atau beras yang dimasak dengan santan, dibungkus daun kelapa, dan dimasak dalam bambu. Lauknya adalah ikan cakalang bakar dan sambal Colo-Colo. Sambal Colo-Colo terbuat dari potongan cabai, tomat, bawang merah, serta ditaburi garam dan perasan jeruk nipis. Ada pula Gohu, yaitu campuran sayur dengan parutan kelapa dan dibubuhi perasan Lemon Cui. Mirip dengan sayur urap di Jawa.
Wah, hari itu Udin dan teman-teman terkesan dengan sajian berbeda dari Maluku, pulau rempah di bagian Timur Indonesia. Lagi-lagi mereka merasakan bukti bahwa Indonesia memang kaya.
Bacaan ke-tiga.
Indahnya Negeriku.
Oleh Santi Hendriyeti
Siapa yang tidak mengenal pulau Bali? Pulau yang diberi julukan Pulau Dewata, karena mencerminkan indahnya tempat tinggal para dewa dan dewi. Pulau Bali terkenal hingga ke mancanegara karena pantai- pantainya yang indah nan menawan. Namun, apakah hanya pantai di Pulau Bali yang mampu memikat hati. Apakah kamu pernah melihat ribuan pantai di kepulauan Indonesia lain?
Ternyata, Pulau Bali bukan satu-satunya pulau yang memiliki pantai- pantai memikat hati. Ketika liburan sekolah yang lalu, aku pergi berlibur dengan keluargaku ke Pulau Belitung. Pulau ini terletak di sebelah Timur Pulau Sumatera, tidak jauh dari pulau tetangganya, Pulau Bangka.
Dahulu, pulau ini terkenal dengan kekayaan mineral Timah dan Kaolin. Sekarang eksploitasi atas kekayaan mineral tersebut menyisakan danau bekas galian, Danau Kaolin. Walaupun seungguhnya danau ini merupakan bukti sisa eksploitasi yang tak terurus, warna biru Toska yang jernih menjadikan danau tersebut sebagai salah satu obyek wisata di Pulau Belitung.
Ketika di sana, aku dan keluargaku sempat berwisata ke berbagai pantai. Tentu saja pertama-tama kami mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi. Pasir putih serta batu granit hitam yang memikat berjajar mengelilingi pantai. Pantas saja, film terkenal, Laskar Pelangi, memilih tempat ini sebagai salah satu lokasi pengambilan gambarnya. Aku dan keluargaku juga berwisata dengan perahu untuk menyusuri pulau- pulau dengan ragam indah yang berbeda. Ada Pulau Pasir, sebuah pulau kecil yang dipenuhi dengan puluhan bintang laut. Ada juga Pulau Lengkuas yang memiliki sebuah mercu suar setinggi 50 meter di tengah pulau. Mercu suar ini dibangun pada tahun 1882. Dari jendela di sekeliling mercu suar, wisatawan mengabadikan keindahan laut dan pantai sekeliling pulau. Pokoknya, hampir semua pulau kecil yang kami singgahi memberikan pemandangan biru laut yang tak terlupakan.
Kami pun sempat melihat keindahan ragam penghuni lautan ketika melakukan snorkeling di tengah laut.
Tak tergambarkan indahnya makhluk penghuni laut yang beraneka bentuk dan warna. Sesungguhnya, aku belum menjelajah ke seluruh pelosok Belitung. Namun, dari perjalanan liburanku ke sana aku sudah melihat indahnya panorama alam Belitung. Aku semakin terpesona.
Betapa indah negeriku.