SD3-K2.6-Agama Katolik – Kasih

F. Kasih.

Mari berdoa!

Bapa yang Mahakasih,
Engkau mengutus Putra-Mu, Yesus Kristus,
agar kasih-Mu menjadi nyata dalam hidupku,
dan semakin dikenal oleh banyak orang.
Semoga karena kasih-Mu,
aku mampu mengasihi Engkau
dan mengasihi orang lain. Amin.

 

Mari mendengar cerita!

Pada suatu hari, Tuhan berjanji kepada seorang nyonya tua bahwa dia akan mengunjunginya hari itu. Tentu, nyonya tua itu sangat bangga. Dia membersihkan rumahnya dan menatanya dengan rapi. Kemudian dia duduk dan menunggu kedatangan Tuhan.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Dengan tergesa-gesa, dia berlari ke arah pintu, dan dengan tak sabar membuka pintu itu. Ternyata yang dilihatnya, hanyalah seorang pengemis yang berdiri di luar. “jangan datang hari ini, pergilah. Saya sedang menunggu kedatangan Tuhan sebentar lagi, saya tidak bisa repot-repot dengan kamu”. Jadi dia mengusir pengemis itu dan menutup pintu.

Setelah beberapa saat, terdengar lagi ketukan di pintu. Kali ini nyonya tua itu dengan lebih cepat membuka pintu. Tapi apa yang dilihatnya? Hanya seorang tua yang miskin. “Saya sedang menunggu kedatangan Tuhan. Maaf, saya tidak bisa mengurusi kamu lagi”. Katanya sambil membanting pintu. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi ketukan di pintu. Dia membuka dan ternyata yang berdiri di sana adalah seorang pengemis yang lapar dan berpakaian compang camping, yang terus menerus meminta sedikit roti dan ijin menginap. “Tinggalkan tempat ini. Saya sedang menunggu Tuhan! Saya tidak bisa mengurusi kamu sekarang”. Pengemis itu lalu pergi, dan nyonya tua itu kembali duduk.

Sorepun tiba, tapi belum ada tanda-tanda bahwa Tuhan akan datang. Nyonya tua itu mulai gelisah. Di manakah Tuhan? Dan kapan Dia datang?

Akhirnya malampun tiba nyonya tua itupun tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi bahwa Tuhan telah datang padanya dan berkata, “Aku datang kepadamu tiga kali hari ini dan kamu mengusir Aku”.

(diambil dari Percikan Kisah-Kisah Anak Manusia, hal. 259-260)

 

Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini !

  1. Apa yang menarik dari cerita di atas ?
  2. Mengapa Tuhan tidak datang ke rumah nyonya itu ?
  3. Bagaimana cara Tuhan mengunjungi kita ?

 

Mari mendengar cerita!

Santa Elisabeth.

Elisabeth Hungaria adalah janda kudus mendiang Pangeran Ludwig IV dari Turing. Sepeninggal suaminya, ia menjadi anggota ordo ketiga Santo Fransiskus Asisi yang sangat aktif melayani orang-orang miskin dengan kekayaannya.

Di tanah Turing, di atas sebuah bukit berdirilah sebuah istana yang sangat megah. Kebun luas yang subur mengelilingi istana itu. Di sana-sini pintu gerbang terhias ukiran menunjukkan jalan, bila hendak masuk atau keluar. Raja Ludwig hidup saleh,
gagah berani, bijaksana, dan adil. Ia tidak pernah memandang orang berpangkat, atau orang bawahan, terhadap pelayan, juga pengemis.

Permaisuri raja Ludwig bernama Elisabeth. Seperti raja Ludwig, ratu Elisabeth juga seorang yang dermawan. Ia lebih suka bermain di kebun, atau berdoa di Gereja, daripada berpestapora dan berdansa di istana. Maka tidak mengherankan keduanya, terlebih Elisabeth disayangi rakyat Turing. Orang-orang miskin memuji-muji mereka. Orang-orang sakit mengharapkan kunjungan Sang Putri yang ramah itu. Anak-anak bersuka hati bila berjumpa dengannya. Tetapi, diantara para bangsawan, ada yang tidak suka kepada Elisabeth dan tidak setuju dengan sikapnya. “Mengapa Elisabeth mau bergaul dengan orang-orang yang rendah? Itu tidak pantas dilakukannya! Mengapa Elisabeth banyak memberi sedekah? Nanti harta istana Turing habis semua! Elisabeth seorang pemboros!”

Raja Ludwig selalu membela Elisabeth. “Biarkanlah permaisuriku begitu! Selama Elisabeth bersikap dermawan, selama itu pula penghuni istana Turing tidak kekurangan!” Raja Andreas pun membenarkan perilaku Elisabet, dan menghibur Sang Putri bila diancam Fitnah. Raja Andreas adalah Bapak dari Elisabeth Mengapa hanya kedua raja itu yang membela Elisabeth? Rupanya hanya mereka berdua yang sudah menyaksikan tanda dari surga. Pada suatu hari di musim gugur, ketika raja Ludwig dan Raja Andreas sedang duduk-duduk di serambi istana, mereka melihat Elisabeth di kebun. Putri itu baru keluar dari dapur. Ia berjalan cepat-cepat ke pintu gerbang belakang istana, seraya mengangkat gaunnya ke atas. Apa yang dibawa Elisabeth di dalam gaunnya? Makanan untuk para pengemis yang sudah menantinya.

Raja Ludwig segera menghampiri Elisabeth dan bertanya, “Apa yang kaubawa itu?” Elisabeth terkejut dan dengan cepat menjawab, “Hanya bunga mawar saja yang kubawa, Tuanku.” Elisabeth sendiri tidak mengerti mengapa mengucapkan kalimat
itu. Seperti ilham ilahi kata-kata itu keluar dari mulutnya. Raja Ludwig menarik baju Elisabeth dan bunga mawar segar dan harum terserak di tanah. Mengertilah Raja Ludwig, inilah tanda dari surga! Tuhan berkenan pada Elisabeth. Raja pun semakin
sayang kepada permaisurinya itu.

Kebahagiaan Raja Ludwig dan Elisabeth tidak berlangsung lama. Raja Ludwig wafat akibat penyakit pes yang dideritanya ketika ia berada di medan perang untuk menolong negri lain. Tak lama setelah kepergiaan raja Ludwig, Elisabeth dan ketiga
anaknya yang masih kecil diusir dari istana oleh para bangsawan yang membencinya. Elisabeth pergi kepada rakyatnya dengan harapan bisa tinggal di antara mereka. Tetapi rakyat takut melanggar aturan dari istana. Mereka tidak boleh memberi bantuan kepada Elisabeth dan anak-anaknya. Rakyat menolak bahkan tidak mengakui Sang permaisuri. Meskipun kecewa dan sedih, Elisabeth tetap sabar menerima semua ini.

Ketika para bangsawan yang setia kepada Raja Ludwig kembali dari medan perang, mengetahui bahwa Elisabeth diusir dari istana, mereka sangat marah. Mereka mengirim utusan untuk mencari dan membawa Elisabeth pulang ke istana. Dengan penuh rendah hati Elisabeth menerima permohonan maaf para penghuni istana. Demi ketenangan tanah Turing, ia pun bersedia kembali ke istana. Namun setelah keadaan kembali tenang, dan anak-anaknya telah mendapat tempat pendidikan yang baik, Elisabeth pindah ke sebuah kota kecil. Di sana ia mendirikan sebuah rumah sakit. Ia bekerja menjadi juru rawat di rumah sakit itu. Dengan penuh kasih sayang Elisabeth merawat orang-orang yang sakit di sana. Pakaian kebesarannya dilepaskan dan berganti dengan jubah biarawati ordo ketiga Santo Fransiskus Asisi. Sang putri menjadi miskin, mengabdi dengan penuh kasih bagi orang miskin dan menderita, hingga ia meninggal di Marbug, Jerman, pada tahun 1231. Kini Gereja Katolik merayakan pesta Santa Elisabeth dari Hungaria setiap tanggal 17 November.

(sumber: Iman Katolik. Media informasi dan sarana katekese).

 

Rangkuman!

  • Setiap hari Tuhan datang mengunjungi kita.
  • Tuhan datang melalui orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang memerlukan pertolongan kita, misalnya: orang miskin, pengemis, orang yang disingkirkan, dan orang cacat.
  • Yesus sendiri mengatakan kepada kita, kalau kamu melakukan segala sesuatu untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mateus 25:40).
  • Elisabeth adalah seorang Putri yang biasa hidup dalam kemewahan tetapi selalu dekat dengan rakyat kecil dan miskin.
  • Dengan penuh kasih sayang, Elisabeth memberi makanan dan sedekah kepada mereka.
  • Karena kasihnya kepada orang miskin dan menderita, ia melepaskan segala kemewahan dan menjadi seorang juru rawat di sebuah kota kecil.

 

Tinggalkan komentar