Pengantar – 4.

Lanjutan – Pengantar 4.

Seruan Saya

13. Tantangan yang mendesak untuk melindungi rumah kita bersama mencakup upaya menyatukan seluruh keluarga manusia guna mencari bentuk pembangunan berkelanjutan dan integral, karena kita tahu bahwa perubahan itu dimungkinkan. Sang Pencipta tidak meninggalkan kita; ia tidak pernah meninggalkan rencana kasih-Nya atau menyesal telah menciptakan kita. Umat manusia masih memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam membangun rumah kita bersama. Di sini saya ingin mengakui, memberi dorongan, dan berterima kasih kepada semua orang yang dalam pelbagai bidang aktivitas manusia yang sangat beraneka ragam, berjuang untuk menjamin perlindungan rumah yang kita bagi. Apresiasi khusus perlu diberikan kepada mereka yang tanpa lelah berusaha mengatasi efek tragis degradasi lingkungan bagi kehidupan orang-orang termiskin di dunia. Orang-orang muda menuntut perubahan. Mereka bertanya-tanya bagaimana orang bisa mengklaim membangun masa depan yang lebih baik tanpa memikirkan krisis lingkungan dan penderitaan mereka yang dikucilkan.

14. Saya mengundang dengan mendesak agar diadakan dialog baru tentang bagaimana kita membentuk masa depan planet kita. Kita memerlukan percakapan yang melibatkan semua orang, karena tantangan lingkungan yang kita alami, dan akar manusianya, menyangkut dan menjadi keprihatinan kita semua. Gerakan ekologi diseluruh dunia telah membuat kemajuan besar dan berhasil membentuk berbagai organisasi yang berkomitmen meningkatkan kesadaran terhadap tantangan-tantangan ini. Sayangnya, banyak upaya untuk mencari solusi konkret atas krisis lingkungan mengalami kegagalan, tidak hanya karena
perlawanan dari mereka yang kuat, tetapi juga karena kurangnya minat dari yang lain. Sikap menghalangi, bahkan dari orang-orang beriman, dapat berbentuk penyangkalan masalah sampai dengan ketidakpedulian, pasrah secara acuh tak acuh, atau kepercayaan buta terhadap solusi teknis. Kita membutuhkan solidaritas baru dan universal. Sebagaimana telah dinyatakan oleh uskup-uskup Afrika Selatan: “bakat dan komitmen setiap orang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh manusia yang menyalahgunakan ciptaan Al-lah”.22 Kita semua dapat bekerja sama sebagai instrumen Al-lah untuk melindungi keutuhan ciptaan, masing-masing sesuai dengan budaya, pengalaman, prakarsa, dan bakatnya sendiri.

15. Saya berharap bahwa Ensiklik ini, yang bersambung dengan ajaran sosial Gereja, dapat membantu kita untuk mengakui besarnya, urgensi, dan indahnya tantangan yang kita hadapi. Saya akan mulai dengan meninjau secara singkat beberapa aspek dari krisis ekologi saat ini, dengan maksud menimba dari hasil terbaik penelitian ilmiah yang tersedia saat ini, membiarkan mereka menyentuh kita secara mendalam dan memberi kita landasan konkret untuk perjalanan etis dan spiritual yang menyusul. Dari diambil dari tradisi Yahudi-Kristen yang dapat memberi lebih banyak koherensi kepada komitmen kita terhadap lingkungan. Saya kemudian akan mencoba untuk sampai kepada akar situasi sekarang, mempertimbangkan bukan hanya gejala-gejalanya tetapi juga penyebab-penyebabnya yang terdalam. Ini akan membantu untuk menawarkan
sebuah pendekatan ekologi yang menghormati tempat unik kita sebagai manusia di dunia ini dan hubungan kita dengan lingkungan kita. Dalam terang refleksi ini, saya akan mengajukan beberapa garis besar untuk dialog dan tindakan yang akan melibatkan kita masing-masing sebagai individu, dan juga menyangkut politik internasional. Akhirnya, karena saya yakin bahwa perubahan tidak mungkin tanpa motivasi dan proses pendidikan, saya akan menawarkan beberapa panduan untuk pembinaan manusia yang mengambil ilham dari harta pengalaman spiritual Kristiani.

16. Meskipun setiap bab memiliki temanya tersendiri dan metodologi khusus, juga ada pertanyaan-pertanyaan penting yang telah dibahas sebelumnya, yang akan diangkat dan diselidiki kembali dalam bab-bab berikut dari sudut lain. Hal ini terutama berlaku untuk sejumlah tema yang akan muncul kembali dalam seluruh Ensiklik. Sebagai contoh, hubungan erat antara kaum miskin dan kerapuhan planet, keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia terhubung, kritik terhadap paradigma dan bentuk-bentuk baru kekuasaan yang berasal dari teknologi, ajakan untuk mencari cara lain memahami ekonomi dan kemajuannya, nilai intrinsik setiap makhluk, makna ekologi yang manusiawi, kebutuhan akan perdebatan yang tulus dan jujur, tanggung jawab besar politik internasional dan lokal, budaya ‘membuang’, dan usulan gaya hidup baru. Tema-tema  ini tidak pernah ditutup dan ditinggalkan, tetapi terus-menerus diangkat lagi dan diperkaya.