SD6-02-A Perjanjian Lama Sebelum Kedatang Yesus Kristus – Bagian A.

A. Nabi Elia Mengajak Umat Kembali Percaya pada Al-lah.

Kehendak Al-lah yang disuarakan para nabi biasanya sesuai dengan situasi yang ada pada saat itu. Ketika umat Israel mengalami kesusahan, nabi menyampaikan penghiburan, ketika umat berputus asa nabi memberikan pengharapan. Ketika umat meninggalkan Al-lah dan melakukan penyembahan berhala, nabi mengingatkan bahwa kalau umat tidak bertobat Al-lah akan menghukum, dan sebagainya. Pada zaman raja Ahab yang telah tersesat dan menyembah Baal, muncullah nabi Elia. Nabi Elia antara lain menantang para penyembah Baal untuk berperang dengan doa, yakni agar Al-lah menurunkan api untuk membakar kayu basah. Elia menang, dan umat pun dapat dipertobatkan.

Doa :
Al-lah, Bapa yang Mahakuasa, Engkau senantiasa hadir,
dan berkarya di tengah umat-Mu.
Ketika umat-Mu berpaling dari-Mu dan menyembah berhala,
Engkau menghadirkan Nabi Elia untuk mengingatkan mereka.
Kami ingin belajar dari Nabi Elia, berkatilah agar kami mampu melaksanakan pesan-pesan Nabi Elia dalam hidup kami. Amin.

 

1. Mendalami kisah Nabi Elia.

Metamorfosis.

Ulil adalah seekor ulat yang tinggal di pohon jambu di pekarangan rumah seorang petani. Sejak kecil ia gemar makan daun-daunan, khususnya daun jambu yang masih muda. Namun ia merasa sedih, karena dia dan teman- temannya tidak disukai oleh anak-anak maupun anggota keluarga pak tani. Bahkan beberapa teman ulat telah menjadi korban, karena dipukul dan dibunuh oleh anak Pak Tani dan teman-temannya.

“Betapa senangnya menjadi kupu- kupu. Selain memiliki sayap, ia juga memiliki warna yang menawan. Ia dapat terbang ke sana kemari. Ia pun disukai oleh banyak orang…” kata Ulil di dalam hatinya.

Ulil tahu bahwa untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik, ia harus sanggup menahan lapar, menahan berbagai godaan dan harus memiliki keyakinan yang kuat. Ulil pun mulai mempersiapkan segala sesuatu yang perlu untuk bisa menjadi seekor kupu- kupu. Ia memanjat ranting yang lebih tinggi, untuk mencari tempat yang lebih aman.

Sumber: www.berbagaihal.com

Setelah tiba waktunya, ulil mulai berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Ia sadar bahwa untuk menjadi kepompong, ia membutuhkan kesabaran serta kesetiaan terhadap cita-citanya. Ia mulai membungkus dirinya dan mulai berpuasa. Ia selalu berdoa agar cita-cita dan harapannya tercapai.

Hari demi hari ia lalui. Panas, hujan dan lapar tidak membuatnya goyah. Ia menjadi kepompong. Bulu-bulunya kini telah berubah menjadi sepasang sayap kecil. Dirinya kini telah menjadi seekor kupu-kupu kecil. Tetapi ia harus terus bersabar, supaya sayapnya menjadi lebih lebar dan berwarna indah. Ia sabar dan setia terhadap cita-citanya. Ia menahan diri dari kemauan untuk segera keluar dari lapisan yang membungkusnya. ia pun mampu mengendalikan diri, untuk tidak segera terbang kesana kemari.

Dan beberapa hari kemudian…, Ulil pun memiliki sayap yang lebar, kuat dan berwarna indah. Betapa senangnya Ulil.

Pada pagi yang cerah, Ulil pun mulai membentangkan sayapnya. Ulil pun terbang di antara bunga-bunga indah di sekitar rumah Pak Tani. Orang-orang yang melihatnya tersenyum senang. “Wow…. kupu-kupu yang cantik…!” kata anak-anak mendekati Ulil.

Ulil pun merasa senang dapat bermain bersama anak-anak. Mereka tidak mengganggu Ulil, sebaliknya mereka merasa gembira jika kupu-kupu Ulil mendekat dan hinggap di telapak tangan mereka. “Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kegembiraan kepadaku, sebagai buah dari kesabaran dan kesetiaan….” Ulil pun memuji Tuhan di dalam hatinya. (sumber: Mardika, SFK).

Mendalami Cerita !

Setelah membaca atau menyimak cerita tentang metamorfosis, kesan, tanggapan atau pertanyaan dapat kamu sampaikan kepada gurumu. Untuk mendalami makna cerita di atas, coba kamu jawab beberapa pertanyaan di bawah ini:

1)Mengapa anggota keluarga pak tani tidak menyukai ulat yang ada di pohon jambu di sekitar rumahnya?
2)Mengapa Ulil ingin menjadi seekor kupu-kupu?
3)Sikap apa yang harus Ulil miliki untuk dapat menjadi seekor kupu-kupu?
4)Apa saja godaan yang dihadapi Ulil untuk meraih cita-citanya?
5)Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita di atas?

 

Rangkuman.

Berdasarkan jawabanmu, teman-teman serta penjelasan guru, kita lengkapi rangkuman di bawah ini:

Di dalam masyarakat, terdapat kecenderungan untuk mendapatkan hasil tanpa proses yang panjang dan berat. Ungkapan “mencari untung dengan cara enteng”, menggambarkan sikap manusia yang bersikap tidak sabar dan tidak setia di dalam proses yang harus ia lalui. Tidak jarang orang menghalalkan segala cara untuk meraih kesuksesan. Mereka ragu-ragu bahkan tidak percaya dengan janji Tuhan. Mereka lebih percaya terhadap hal-hal duniawi yang dianggap dapat menjamin kebahagiaan atau keberhasilan. Misalnya uang, nilai ujian yang tinggi, penampilan, dan lain-lain.

Kisah metamorfosa memberikan pelajaran kepada kita untuk bersikap tekun di dalam proses, bersabar dan setia terhadap keyakinan kita.

 

2. Membaca Kisah Nabi Elia.

Untuk mengenal Nabi Elia, ayo kita baca kisahnya di bawah ini!

a. 1 Raja-Raja 16 ayat : 29-33; 17 ayat :1.

29) Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda. Dan Ahab bin Omri memerintah dua puluh dua tahun lamanya atas Israel di Samaria.
30) Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya.
31) Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa- dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya.
32) Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. 33) Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati Tuhan, Al-lah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya.

1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: “Demi Tuhan yang hidup, Al-lah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun- tahun ini, kecuali kalau kukatakan.”

 

b. 1 Raja-Raja 18: ayat 19-40.

19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.”
20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel.
21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Al-lah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.
22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: “Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.
23) Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Aku pun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api.
24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama al-lahmu dan aku pun akan memanggil nama Tuhan. Maka al-lah yang menjawab dengan api, dialah Al-lah!” Seluruh rakyat menyahut, katanya: “Baiklah demikian!”
25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: “Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama al-lahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.”
26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: “Ya Baal, jawablah kami!” Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu.
27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: “Panggillah lebih keras, bukankah dia al-lah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.”
28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.
29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.
30) Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: “Datanglah dekat kepadaku!” Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah Tuhan yang telah diruntuhkan itu.
31) Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. — Kepada Yakub ini telah datang firman Tuhan: “Engkau akan bernama Israel.” —
32) Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama Tuhan dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih.
33) Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu.
34) Sesudah itu ia berkata: “Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!” Kemudian katanya: “Buatlah begitu untuk kedua kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: “Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya,
35) sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itu pun penuh dengan air.
36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: “Ya Tuhan, Al-lah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Al-lah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini.
37) Jawablah aku, ya Tuhan, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Al-lah, ya Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.”
38) Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: “Tuhan, Dialah Al-lah! Tuhan, Dialah Al-lah!”
40) Kata Elia kepada mereka: “Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka tidak boleh luput.”

c. Jawablah Pertanyaan-Pertanyaan Berikut!.

Setelah membaca kisah Nabi Elia, coba kamu mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya:
1) Apa yang dilakukan Nabi Elia?
2) Mengapa ia melakukan hal itu?
3) Siapa Nabi Elia?
4) Bagaimana situasi hidup umat Israel pada saat Nabi Elia hidup?
5) Apa yang menjadi pesan pokok Nabi Elia?

d. Rangkuman.

Sebagai rangkuman, guru dapat memberikan peneguhan dengan menekankan hal-hal pokok, misalnya:

Atas perintah Tuhan, karena dikejar Raja Ahab, Nabi Elia diminta tinggal di tepi sungai Kerit dan Tuhan telah memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan padanya. Ketika sungai mengering, nabi Elia diminta pergi dan tinggal di di Sarfat, Tuhan telah memerintahkan seorang janda untuk memberi makan nabi Elia.

Nabi Elia mengatakan bahwa raja Ahab telah bersalah dan menghina Tuhan sehingga Tuhan sakit hati karena raja menyembah dewa Baal. Nabi Elia mengatakan bahwa di kerajaan Israel tidak akan turun hujan selama 3 tahun karena kesalahan raja. Nabi Elia menantang para nabi-nabi dewa Baal untuk bertempur dalam doa untuk menyatakan kebesaran Tuhan, dan berkata Tuhan nabi Elia menang, apa yang dia mohon datang membakar persembahan, sehingga para nabi dewa Baal ditangkap setelah itu turunlah hujan. Dengan demikian kebesaran Tuhan Al-lah dinyatakan. Israel harus berhenti menyembah dewa dan kembali menyembah Tuhan, meskipun nabi Elia terus dikejar-kejar untuk dibunuh oleh para pengikut istri raja Ahab, yaitu Izebel.

Nabi Elia melakukan semua itu semata-mata karena perintah Tuhan untuk memperingatkan umatnya Israel agar setia pada perjanjiannya dengan Tuhan

Seorang nabi yang hidup pada zaman raja Ahab untuk mengingatkan raja dan rakyat Israel atas perilakunya yang menyembah dewa Baal .

Umat Israel berada dibawah kekuasaan raja Ahab. Raja Ahab memiliki istri Izebel seorang penyembah Baal. Di istana Raja Ahab, Izebel meminta dibuatkan kuil Baal agar ia tetap dapat melakukan pemujaan. Setelah kuil selesai dibangun, raja Ahab juga ikut melakukan pemujaan kepada Baal. Sebagian besar rakyatnya pun akhirnya turut memuja Baal. Tinggal 7 ribu orang saja yang tidak ikut melakukan pemujaan dan tetap setia mengikuti nabi Elia.

Agar orang tidak menyembah berhala/dewa Baal, melainkan hanya menyembah Al-lah yang telah membebaskan mereka dari penindasan di Mesir.

 

3.Mendalami Pengalaman Hidup Berkaitan dengan Pesan Nabi Elia.

Judul Bacaan : Tujuh Buli-Buli Emas.

Seorang tukang cukur sedang berjalan di bawah sebatang pohon yang angker, ketika ia mendengar suara yang berkata: “Inginkah engkau mempunyai emas sebanyak tujuh buli-buli?” Tukang cukur itu melihat kiri kanan dan tidak tampak seorang pun. Tetapi nafsu lobanya timbul, maka dengan tak sabar ia menjawab lantang: “Ya, aku ingin!”. “Kalau begitu, pulanglah segera ke rumah”, kata suara itu. “Engkau akan menemukannya di sana”.

Si tukang cukur itu cepat-cepat berlari pulang. Sungguh, ada tujuh buli-buli penuh emas, kecuali yang satu hanya berisi setengah saja. Si tukang cukur tak bisa melepaskan pikiran, bahwa satu buli-buli hanya berisi setengah saja. Ia ingin sekali untuk segera mengisinya sampai penuh. Sebab, jika tidak, ia tidak akan bahagia.

Seluruh perhiasan milik anggota keluarganya disuruhnya dilebur menjadi uang emas dan dimasukkannya dalam buli-buli yang berisi setengah itu. Tetapi buli-buli itu tetap saja berisi setengah seperti semula. Ini menjengkelkan! Ia menabung, menghemat dan berpuasa sampai ia sendiri dan seluruh keluarganya kelaparan. Namun demikian, sia-sia belaka. Biarpun begitu banyak emas telah dimasukkannya ke dalam, buli-buli itu tetap berisi setengah saja.

Pada suatu hari ia minta kenaikan gaji kepada raja. Upahnya dilipatduakan. Sekali lagi ia berjuang untuk mengisi buli-buli itu. Bahkan ia sampai mengemis. Namun buli-buli itu tetap menelan setiap mata uang emas yang dimasukkan dan tetap berisi setengah.

Raja mulai memperhatikan, betapa tukang cukur itu tampak kurus dan menderita. “Kau punya masalah apa?” Tanya sang raja. “Kau dulu begitu puas  dan bahagia waktu gajimu kecil saja. Sekarang gajimu sudah lipat dua, namun kau begitu muram dan lesu. Barangkali kau menyimpan tujuh buli-buli emas itu?”

Tukang cukur terheran-heran. “Siapakah yang menceritakan hal itu kepada Paduka, ya Tuanku Raja?”

Raja tertawa seraya berkata: “Tindak-tandukmu jelas menampakkan gejala- gejala yang terdapat pada semua orang yang ditawari tujuh buli-buli emas oleh setan. Ia pernah menawarkannya juga kepadaku. Aku bertanya, apakah uang itu boleh dipergunakan atau semata-mata untuk disimpan. Namun ia terus menghilang tanpa berkata apa-apa. Uang itu tidak bisa digunakan, tetapi hanya memaksa orang supaya mau menyimpannya. Lekas kembalikan uang itu pada setan. Pastilah engkau akan bahagia kembali!’ (dikutip dari A. de Mello, SJ. Burung Berkicau. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1988).

 

b. Pendalaman Cerita.

Kamu dapat menanggapi atau mengajukan pertanyaan atas cerita di atas, sekaligus memberikan ulasan secukupnya. Selanjutnya, untuk mendalami cerita tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan, di bawah ini:

1)Menurut cerita di atas, setan itu berwujud apa? Apa arti menyembah setan? Dan apa akibatnya?

2)Dalam situasi sekarang setan itu dapat berwujud apa saja? Apa artinya menyembah setan? dan apa akibatnya?

3)Menurut pesan nabi Elia apa arti menyembah Al-lah pada situasi masyarakat sekarang ini? Dan apa akibatnya?

 

4.Rangkuman.

Berdasarkan masukan teman-teman dan gurumu, ayo lengkapi rangkuman di bawah ini!

Dalam cerita di atas setan berupa suara yang menawarkan tujuh buli- buli penuh emas. Tukang cukur mengikuti apa yang diperintahkan setan, sehingga hidupnya tidak aman. Ia hanya ingin memenuhi satu buli yang belum berisi emas secara penuh.

Setan dalam situasi sekarang dapat berupa bermacam-macam, misalnya uang, kekuasaan, kesenangan, dan sebagainya. Kalau orang hanya mengejar uang tanpa memperhatikan hal-hal lain ia sudah menyembah setan. Kalau orang hanya mengejar kuasa dan menghalalkan segala cara ia sudah menyembah setan. Kalau orang hanya mencari kesenangan diri sendiri tanpa berpikir akibatnya bagi orang lain ia sudah menyembah setan. Semua itu akan membuat hidupnya tidak tenang, relasi dengan orang lain tidak baik, orang akan menderita.

Menyembah Al-lah berarti menolak pemujaan kecuali pada Tuhan. Uang, kuasa, dan kesenangan adalah sarana bukan tujuan. Uang, kuasa, dan kesenangan perlu diarahkan bagi kesejahteraan bersama sebagaimana dikehendaki Tuhan.

 

5. Refleksi dan Aksi.

Kita sudah belajar mengenai kisah nabi Elia dan karya keselamatan Al-lah melalui nabi Elia. Pesan nabi Elia tersebut perlu dicamkan dalam hati dan dihayati. Untuk itu marilah kita mengolah pesan itu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1)Pernahkah saya menghina Tuhan dengan melanggar perintahNya?
2)Sejauhamanakah saya berusaha tetap setia pada Tuhan?
3)Pernahkah saya melupakan tugas belajar, tugas dalam keluarga karena hanya ingin bersenang-senang saja?
4)Buatlah niat-niat untuk dapat melaksanakan pesan nabi Elia.

Hasil refleksi dapat disusun dalam bentuk puisi, syair, gambar, dan sebagainya.