Pengenalan Akan Al lah.

Sumber : ImanKatolik.

Al-lah Pencipta.
Pada mulanya Al-lah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Al-lah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Al-lah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Al-lah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Al-lah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Berfirmanlah Al-lah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.” Maka Al-lah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Al-lah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

Berfirmanlah Al-lah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Lalu Al-lah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Al-lah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Al-lah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Al-lah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

Berfirmanlah Al-lah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. Maka Al-lah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Al-lah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Al-lah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

Berfirmanlah Al-lah: “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Al-lah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Al-lah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Al-lah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

Berfirmanlah Al-lah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian. Al-lah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Al-lah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Al-lah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Al-lah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Al-lah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Al-lah memberkati mereka, lalu Al-lah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Berfirmanlah Al-lah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. Maka Al-lah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Al-lah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Al-lah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Al-lah menjadikan bumi dan langit, — (Kej 1:1-2:4).

Al-lah adalah Maha Besar (Ibr 1:3) dan Maha Baik, Karena pengetahuan kita tentang Al-lah itu terbatas, maka pembicaraan kita tentang Al-lah pun demikian juga. Kita hanya dapat berbicara tentang Al-lah dari sudut pandang ciptaan dan sesuai dengan cara mengerti dan cara berpikir manusiawi kita yang terbatas.(KGK 40).

Kita mengetahui, Apa yang dilakukan oleh Al-lah untuk kita, selalu Ia laukan karena kasihNYA kepada kita, Al-lah telah merencanakan yang serba baik bagi manusia. Apa yang ditulis di dalam KitabSuci (kitab Kejadian-penciptaan) adalah Al-lah yang begitu baik bagi kita.

Al-lah Penyelamat.
Sebelum Tobia mendekati ayahnya berkatalah Rafael kepadanya: “Aku yakin bahwa mata ayahmu akan dibuka.” Sapulah empedu ikan itu kepada matanya. Obat itu akan memakan dahulu, lalu mengelupaskan bintik-bintik putih itu dari matanya. Maka ayahmu akan melihat lagi dan memandang cahaya.” Adapun Hana bergegas-gegas mendekap anaknya, lalu berkatalah ia kepadanya: “Setelah engkau kulihat, anakku, maka mulai sekarang aku dapat mati.” Maka ia menangis. Tobitpun berdiri dan meskipun kakinya tersandung namun ia keluar dari pintu pelataran rumah. Tobia menghampirinya dengan empedu ikan itu di tangan lalu ditiupinya mata Tobit. ditopangnya ayahnya dan kemudian berkatalah ia kepadanya: “Tetapkan hati, pak!” Selanjutnya obat itu dikenakannya padanya dan dibiarkannya sebentar. Lalu dengan kedua tangannya dikelupaskannya sesuatu dari ujung-ujung matanya. Maka Tobit mendekap Tobia sambil menangis. Katanya: “Aku melihat engkau, anakku, cahaya mataku!” Ia menyambung pula: “Terpujilah Al-lah, terpujilah nama-Nya yang besar, terpujilah para malaikat-Nya yang kudus. Hendaklah nama Tuhan yang besar ada di atas kita dan terpujilah hendaknya segala malaikat untuk selama-lamanya. Sungguh aku telah disiksa oleh Tuhan, tetapi kulihat anakku Tobia!” (To 11:7-14)

Perikop diatas memberikan gambaran bahwa Tobit memang mengalami suatu cobaan, memang dalam penderitaannya itu, Tobit tampak biasa-biasa saja, namun didalam penderitaannya itu tampaklah karya Al-lah. Al-lah telah menyembuhkannya dengan perantaraan anaknya, Tobia.

Al-lah memberikan keselamatan kepada siapa saja, karena Al-lah memang menghendakinya agar setiap orang dapat menikmati kebahagiaan dan keselamtan yang telah Ia rencanakan.

Tanpa sadar bahwa Al-lah juga berkarya dalam keselamatan di dinia ini, hal ini bisa kita sadari dalam kehidupan kita sehari-hari, bilamana kita mendapat pertolongan dari saudara kita, teman, tetangga dan lainnya. Karya Al-lah dalam kehidupan sehari-hari yang kita dapat rasakan, namu kadang kita menginkarinya, bilamana kita terhindar dari marabahaya.

Al-lah yang Murah Hati.
Bagaimana kita mengetahui bahwa Al-lah begitu murah hati kepada umat-Nya Perikop dibawah ini menunjukan kepada kita bahwa Al-lah tidak hanya memberi hidup, tetapi juga memenuhi kebutuhan hidup umat-Nya.

Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Al-lah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. (Luk 12:29-30)

Bagimana kita bersikap sebaiknya menanggapi kebaikan Al-lah akan kemurahan hatiNya? sudah barang tentu kita menjawab kemurahan hati Al-lah dengan bermurah hati kepada sesama dan kepada ciptaan Al-lah, karena dengan demikian kita berbuat baik kepada diri kita (Bdk Am 11:17). Tuhan Yesus bersabda “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6:36) .

Al-lah yang Setia.
Manusia yang diberikan Kehendak Bebas, kadang menyalahgunakan untuk menanggapi kebaikan Al-lah. Bahkan manusia menolak dan meninggalkan Al-lah.

Tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Al-lah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Al-lah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Al-lah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.(Kej 3:3-6)

Rusaknya keselarasan hubungan manusia dengan Al-lah, akibat manusia ingin mengejar kebahagiaan yang tanpa Al-lah, setelah sadar kita mengetahui, betapa semunya kebahagiaan tersebut. maka tindakan manusia tersebut mengakibatkan dosa. dimana manusia kehilangan Rahmat kekudusannya (Bdk KGK 399).

Meskipun manusia jadtuh dalam dosa, Al-lah tidak membiarkan ciptaan-Nya hancur karena dosa, Al-lah tetap melangsungkan rencana keselamatan bagi manusia dan alam semesta. hal ini dapat kita lihat bagimana perjanjian-perjanjian Al-lah dengan Nuh (Kej 9:12-16), demikian juga Al-lah membentuk sejarah Keselamatan. Ia memanggil Abram, yang kemudian befrganti nama menjadi Abram, yang kemudian berganti nama menjadi Abraham. Al-lah juga meneguhkan iman Abraham dan memperbaharui perjanjian-Nya (bdk Kej 15:5-7); 17:1-8; 22:11-8). Dengan demikian Abraham menyerahkan seutuh hidupnya kepada Al-lah demi terlaksanya janji Al-lah. Al-lah juga memanggil Musa untuk membebaskan umat-Nya keluar dari perbudakan dan mengatar mereka ketanah terjanji. (Bdk kel 3:7-10). demikian juga dengan Yosua, Daud, nabi Natan.

Yesus Kristus.
Al-lah lewat putra-Nya yang Tunggal menegaskan kembali kasih setia-Nya.

Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.(Mat 26:26-28)

Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Al-lah telah datang.” Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (Luk 22:17-20)

Perikop diatas dimaksudkan yesus untuk menjalin hubungan khusus antara Al-lah dengan umat manusia di dalam diri-Nya demi keselamatan umat manusan dan sekaligus memperbaharui dan meningkatkan hubungan khusus yang dahulu dijalin Al-lah dengan umat-Nya. Perjanjian baru ini adalah perjanjian Kekal, sebab, hubungan Al-lah dengan umat manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan putus. Dengan demikian kita mengetahui betapa kasih setia Al-lah kepada umat Ciptaan-Nya.