SD Kelas 6 – Jamrut – Gereja Persekutuan Para Kudus.
- Hendaklah kita bersikap rendah hati sebagai murid Kristus yang mencerminkan hidup baru dalam Roh Kudus.
- Roh Kudus mengajar, membimbing, dan menjadi jiwa Gereja, sebab Roh Kudus adalah Daya Kekuatan Al-lah yang mengangkat dan mengarahkan hidup kaum beriman. Ia dikenal melalui pengaruh-Nya atau akubat karya-Nya.
- Kesatuan dan persatuan hanya mungkin terbentuk dengan kuat bila ada unsur perekat yang menjiawi semua anggota Kelompok.
- Unsur perekat itu biasanya berupa adanya hobi, kebiasaan, pengalaman yang sama, peristiwa atau pengalaman khusus yang pernah dialami bersama, perasaan senasib.
- Kehidupan para rasul Yesus sebagai kelompok juga ditentukan oleh adanya unsur perekat. Unsur perekat itu antara lain pengalaman senasib sebagai murid-murid Yesus yang sangat menjiwai mereka.
- Yesuslah yang menjadi perekat mereka, dan kehadiran-Nya setelah Yesus terangkat ke Surga melalui Roh Kudus, maka Roh Kristus yang manjadi unsur perekat utama bagi para rasul.
- Seiring dengan perjalanan hidup bersama para rasul yang mengalami banyak tantangan, Santo Paulus menasihatkan mereka agar berusaha memelihara kesatuan dan persatuan, sehingga dalam diri mereka masing-masing dan bersama tampaklah bahwa mereka adalah satu tubuh, satu Roh, satu baptisa, satu iman dan satu Al-lah (Efesus 4 : ayat 1-7, 11-16).
- Paulus kemudian mengomentari, “Perjanjian Baru tidak terdiri atas hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab Hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” (2 Korintus 3 : Ayat 6).
- Nasihat dan peringatan Paulus tersebut berlaku pula untuk jemaat Kristiani Sekarang (Gereja).
- Roh lah yang mempertemukan manusia dengan Al-lah dan Roh, manusia boleh mengalami kehadiaran dan daya kekuatan Al-lah.
- Sampai sekarang Roh Kudus tetap melaksanakan karya pembaharuan-Nya. Ia memperbaharui muka bumi. Ia membaharui Karya Gereja.
- Konsili Vatikan II menyebut Gereja seagai umat Al-lah yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Bapa. Gereja tetap jatuh bangun bergerak untuk maju. Ia selalu dinamis dan Roh Kudus adalah dinamisator yang membuat Gereja selalu dapat membaharui diri sesuai dengan tuntutan jaman.
- Peristiwa Penakosta merupakan pengalaman pertama akan karya Roh kudus yang memperbaharui (Kisah Para Rasul 2 : ayat 17-21),
- Saat Pentakosta terjadi maka Roh Kudus turun atas semua orang yang percaya kepada Al-lah (Kisah Para Rasul 2 : ayat 1).
Cerita Martir : Santo Stefanus.
Nama Stefanus berasal dari Bahasa Yunani Stephanos, yang berarti “mahkota”. Ia adalah pengikut Kristus pertama yang menerima mahkota kemartiran. Stefanus adalah seorang diakon pada masa Gereja Perdana. Kita membaca kisah tentangnya dalam Kitab Kisah Para Rasul. Petrus dan para rasul lainnya menyadari bahwa mereka membutuhkan penolong-penolong untuk mengurus para janda serta kaum miskin. Jadi, mereka mentahbiskan tujuh orang diakon. Stefanus adalah yang paling terkenal dari antara mereka.
“Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Al-lah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.” (KIS 6:1-6)
Tuhan mengadakan banyak mukjizat melalui St. Stefanus. Ia berbicara dengan hikmat dan karunia yang membuat banyak dari para pendengarnya menjadi pengikut Yesus. Para musuh Gereja Yesus merasa geram melihat betapa berhasilnya khotbah St.Stefanus. Pada akhirnya, mereka bersekongkol untuk melawan dia. Mereka tidak dapat membantah perkataan-perkataannya yang bijaksana, jadi mereka memerintahkan beberapa orang untuk bersaksi dusta terhadapnya. Saksi-saksi palsu itu mengatakan bahwa Stefanus telah berbicara hujat terhadap Tuhan. Stefanus menghadapi gerombolan para musuhnya yang banyak itu tanpa rasa takut. Kitab Suci mengatakan bahwa wajahnya menjadi serupa dengan wajah malaikat.
“Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.” (KIS 6:15)
Dalam sidang itu Stefanus berbicara tentang Yesus dan menunjukkan bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan Tuhan. Ia mencela ketidak-percayaan mereka kepada Yesus sama seperti dulu nenek moyang mereka yang juga tidak percaya kepada nabi-nabi terdahulu. Mendengar itu, mereka menjadi amat marah serta berteriak-teriak kepadanya.
“Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Al-lah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Al-lah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Al-lah” (KIS 7:55-56)
Para musuhnya menutup telinga mereka dan tidak mau mendengarnya lebih lanjut. Mereka menyeret St. Stefanus ke luar kota Yerusalem dan melemparinya dengan batu hingga mati. Orang kudus itu berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah rohku!” Kemudian ia berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk tidak menghukum para musuh yang membunuhnya.
“Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia” (KIS : 7:60)
Setelah pernyataan kasih yang sedemikian besar itu, Stefanus lalu meninggalkan dunia ini menuju kebahagiaan abadi bersama Yesus yang dikasihinya.
Pada KIS 8:2 dikatakan : “Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat”. Tidak ada penjelasan tentang dimana lokasi makam Martir pertama ini. Sampai Pada Tahun 415 Masehi seorang peziarah dan imam bernama Lucian mendapat penglihatan yang mengungkapkan lokasi jenazah Santo Stefanus dimakamkan. Lokasi dimana saat ini berdiri Gereja St Stefanus, di Yerusalem.
Sumber : Katakombe.Org