SEKSI DUA – PENGAKUAN IMAN KRISTEN,

BAB SATU – AKU PERCAYA Akan Al-lah Bapa .

Simbol Iman.

33. Apa simbol-simbol iman itu?
Simbol-simbol iman adalah rumusan-rumusan yang diformulasikan, disebut juga ”pengakuan iman” atau ”syahadat”. Sejak awal mula berdirinya, Gereja merumuskan pengakuan iman ini secara sintetis dan mewariskannya dalam bahasa yang normatif dan umum bagi semua umat beriman.

34. Apa simbol-simbol iman yang paling kuno itu?
Simbol-simbol iman yang paling kuno ialah pengakuan iman pembaptisan karena diberikan ”atas nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus” (Matius 28:19), pengakuan kebenaran-kebenaran iman dalam Sakramen Pembaptisan diformu- lasikan mengacu pada tiga Pribadi Tritunggal.

35. Simbol-simbol iman apa yang paling penting?
Yang paling penting adalah Syahadat Para Rasul yang merupakan simbol pembaptisan kuno dari Gereja Roma dan Syahadat Nicea-Konstantinopel yang merupakan hasil dari dua Konsili ekumenis, yaitu Nicea (325 M) dan Konstantinopel (381 M); bahkan sampai sekarang, syahadat ini umum digunakan oleh semua Gereja besar di Timur dan Barat.

 AKU PERCAYA AKAN Al-lah BAPA YANG MAHAKUASA, PENCIPTA LANGIT DAN BUMI

36. Mengapa Pengakuan Iman mulai dengan kata-kata ”Aku percaya akan Al-lah”?
Pengakuan Iman mulai dengan kata-kata ini karena pernyataan ”Aku percaya akan Al-lah” adalah hal yang paling penting, sumber dari semua kebenaran yang lain tentang manusia dan dunia, serta tentang seluruh kehidupan orang yang percaya kepada Al-lah.

37. Mengapa orang mengaku percaya hanya kepada satu Al-lah?
Kepercayaan akan satu Al-lah ini diakui karena Dia sudah mewahyukan Diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Yang Satu ketika bersabda: ”Dengarlah, hai Israel: Al-lah itu Al-lah kita, Al-lah itu esa” (Ulangan 6:4) dan ”tidak ada yang lain” (Yesaya 45:22). Yesus sendiri meneguhkan bahwa ”Al-lah kita itu esa” (Markus 12:29). Pengakuan bahwa Yesus dan Roh Kudus adalah juga Al-lah dan Tuhan tidak membawa perpecahan di dalam Al-lah yang esa.

38. Dengan nama apa Al-lah mewahyukan Diri-Nya?
Al-lah mewahyukan Diri-Nya kepada Musa sebagai Al-lah yang hidup, ”Al-lah Abraham, Al-lah Iskak, Al-lah Yakub” (Keluaran 3:6). Al-lah juga mewahyukan kepada Musa nama-Nya yang gaib ”Aku adalah Aku (YHWH)”. Sudah sejak zaman Perjanjian Lama, Nama Al-lah yang tak terkatakan ini diganti dengan gelar ilahi Tuhan. Jadi, manakala Yesus disebut Tuhan di dalam Perjanjian Baru, Ia tampil sebagai benar- benar Al-lah.

39. Apa Al-lah itu satu-satunya yang ”ada”?
Karena makhluk menerima segalanya dari Al-lah, mereka ada dan kepunyaan mereka dari Al-lah. Hanya Al-lah dalam Diri-Nya sendiri merupakan kepenuhan dari yang ada dan dari setiap kesempurnaan. Al-lah itu ”Dia yang ada” tanpa awal dan tanpa akhir. Yesus mewahyukan bahwa Ia juga menyandang nama ilahi ”Aku ada” (Yoh 8:28).

40. Mengapa pewahyuan Nama Al-lah itu penting?
Dalam mewahyukan nama-Nya, Al-lah memberitahukan kekayaan yang ada di dalam misteri ada-Nya yang tak terkatakan. Hanya Dia sendirilah yang dari kekal sampai kekal. Dia mengatasi dunia dan sejarah. Dialah yang membuat langit dan bumi. Dia adalah Al-lah yang setia yang selalu dekat dengan umat-Nya untuk menyelamatkan mereka. Dialah kekudusan tertinggi, ”penuh dengan belas kasihan” (Efesus 2:4), selalu siap untuk mengampuni. Dialah yang spiritual, transenden, mahakuasa, personal, dan sempurna. Dia adalah kebenaran dan cinta.

Al-lah itu pengada sempurna yang tak terbatas,  yaitu Tritunggal ” (Santo Turibus dari Montenegro).

41. Apa artinya bahwa Al-lah adalah Kebenaran?
Al-lah adalah Kebenaran, dengan demikian Dia tidak dapat menipu ataupun ditipu. Dia adalah ”terang, dan didalam-Nya tidak ada kegelapan” (1Yoh 1:5). Putra Al-lah yang kekal, penjelmaan kebijaksanaan, diutus ke dunia untuk ”memberikan kesaksian akan Kebenaran” (Yoh 18:37).

42. Dengan cara bagaimana Al-lah mewahyukan bahwa Dia adalah cinta?
Al-lah mewahyukan Diri-Nya kepada Israel sebagai Dia yang mempunyai cinta yang lebih besar daripada cinta orang tua untuk anak-anak mereka atau cinta antara suami dan istri. ”Al-lah dalam Diri-Nya sendiri adalah cinta” (1Yoh 4:8.16). Dia yang memberikan dirinya secara penuh dan cuma-cuma, ”Karena begitu besar kasih Al-lah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, su- paya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hi- dup yang kekal. Sebab Al-lah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yoh 3:16-17). Dengan mengutus Putra-Nya dan Roh Kudus, Al-lah mewahyukan bahwa Dia sen- diri adalah hubungan cinta yang abadi.

43. Apa artinya percaya hanya akan satu Al-lah?
Percaya hanya akan satu Al-lah berarti mengenal keagungan dan kekuasaan- Nya. Hal ini menyangkut hidup dalam rasa syukur dan selalu percaya kepada-Nya, bahkan dalam kemalangan. Hal ini berarti pula mengakui kesatuan dan martabat sejati seluruh umat manusia, yang diciptakan menurut gambaran-Nya. Berarti pula menggunakan dengan baik segala sesuatu yang sudah Dia ciptakan.

44. Apakah pusat misteri iman dan hidup Kristen?
Pusat misteri iman dan hidup Kristen adalah misteri Tritunggal yang Amat Terberkati. Orang Kristen dibaptis atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.

45. Dapatkah misteri Tritunggal itu dikenal hanya melalui akal budi manusia saja?
Al-lah meninggalkan beberapa jejak kehidupan trinitaris-Nya dalam ciptaan- Nya dan dalam Perjanjian Lama, tetapi kodrat-Nya yang terdalam sebagai Tritunggal Mahakudus merupakan sebuah misteri yang tidak akan dapat ditembus oleh akal budi manusia saja, bahkan oleh iman Israel sebelum Penjelmaan Putra Al-lah dan pengutusan Roh Kudus. Misteri ini diwahyukan oleh Yesus Kristus dan ini merupakan sumber semua misteri yang lainnya.

46. Apa yang diwahyukan Yesus kepada kita tentang misteri Bapa?
Yesus Kristus mewahyukan kepada kita bahwa Al-lah itu ”Bapa”, bukan hanya karena Dia menciptakan alam semesta dan manusia, tetapi terutama karena Dia secara kekal melahirkan dalam Diri-Nya, Putra-Nya, yaitu Sabda-Nya, ”cahaya kemuliaan Al-lah dan gambar wujud Al-lah” (Ibr 1:3).

47. Siapakah Roh Kudus yang diwahyukan oleh Yesus Kristus kepada kita?
243-248 Roh Kudus adalah Pribadi ketiga Tritunggal. Dia adalah Al-lah, satu dan setara dengan Bapa dan Putra. Dia ”berasal dari Bapa” (Yoh 15:26) yang adalah dasar tanpa sebuah dasar, dan asal dari semua kehidupan trinitaris. Dia berasal pula dari Sang Putra (Filioque) lewat anugerah abadi yang dibuat oleh Bapa kepada sang Putra. Diutus oleh Bapa dan Putra yang menjelma, Roh Kudus membimbing Gereja ”ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 16:13).

48. Bagaimana Gereja mengungkapkan iman trinitarisnya?
Gereja mengungkapkan iman trinitarisnya dengan percaya kepada keesaan Al-lah yang dalam-Nya terdapat tiga Pribadi, Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ketiga Pribadi ilahi ini hanya satu Al-lah karena masing-masing memiliki secara setara kepenuhan kodrat ilahi yang satu dan tak terbagi. Mereka berbeda satu sama lain karena relasi yang menghubungkan mereka satu sama lain. Bapa melahirkan Putra, Putra dilahirkan oleh Bapa, Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putra.

49. Bagaimana ketiga Pribadi Ilahi ini bekerja?
Tidak terpisahkan dalam satu hakikat, ketiga Pribadi Ilahi ini juga tidak terpisahkan dalam aktivitas mereka. Tritunggal mempunyai satu tindakan yang satu dan sama. Namun di dalam tindakan yang satu ini, setiap Pribadi hadir menurut cara adanya yang khas baginya di dalam Tritunggal.

”Ya Al-lahku, Tritunggal yang kusembah … berilah damai di dalam jiwaku;
 jadikanlah ini surga-Mu, tempat tinggal-Mu yang tercinta
dan tempat istirahat-Mu.
Semoga aku tak pernah meninggalkan-Mu, tetapi tetap tinggal di situ, seluruhnya dan seutuhnya, siap sedia di dalam imanku, sepenuhnya memuja-Mu,
dan sepenuhnya menyerahkan diriku kepada tindakan kreatif-Mu”
(Elizabet dari Tritunggal).

50. Apa artinya mengatakan bahwa Al-lah itu mahakuasa?
Al-lah mewahyukan diri-Nya sebagai ”Dia yang kuat, Dia yang kuasa” (Mzm 24:8), sebagai Dia ”yang bagi-Nya tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37). Kemaha- kuasaan-Nya itu universal, gaib, dan yang menunjukkan Diri-Nya di dalam penciptaan dunia dari ketiadaan dan penciptaan manusia dari cinta, tetapi ter- utama menunjukkan Diri-Nya dalam Penjelmaan dan Kebangkitan Putra-Nya, dalam anugerah pengangkatan anak dan dalam pengampunan dosa-dosa. Karena hal inilah, Gereja mengalamatkan doa-doanya kepada ”Al-lah yang mahakuasa dan kekal” (”Omnipotens sempiterne Deus …”).

51. Apa pentingnya mengatakan, ”Pada awal mula, Al-lah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1)?
Maknanya, penciptaan itu dasar dari semua rencana penyelamatan Al-lah. Tindakan penciptaan itu menunjukkan kekuasaan dan cinta bijaksana Al-lah, merupakan langkah pertama menuju kepada perjanjian antara Al-lah dengan umat-Nya. Penciptaan merupakan permulaan sejarah keselamatan yang memuncak dalam diri Kristus, dan jawaban pertama terhadap pertanyaan dasar kita mengenai asal dan tujuan akhir.

52. Siapa yang menciptakan dunia?
Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah prinsip penciptaan yang satu dan tak terpisahkan walaupun karya penciptaan dunia secara khusus dikenakan kepada Al-lah Bapa.

53. Mengapa dunia diciptakan?
Dunia diciptakan bagi kemuliaan Al-lah yang ingin menunjukkan dan mengomunikasikan kebaikan, kebenaran, dan keindahan-Nya. Tujuan akhir pen- ciptaan, Al-lah menjadi ”semua di dalam semua” dalam Diri Kristus (1Kor 15:28) untuk kemuliaan-Nya dan kebahagiaan kita.

”Kemuliaan Al-lah adalah manusia yang sungguh-sungguh hidup, terlebih lagi
kehidupan manusia menjadi penampakan Al-lah”
(Santo Ireneus)

54. Bagaimana Al-lah menciptakan semesta alam?
Dari kehendak bebas-Nya, Al-lah menciptakan semesta alam dalam ke- bijaksanaan dan cinta. Dunia diciptakan bukan karena kebutuhan, atau takdir buta, ataupun kebetulan. Al-lah menciptakan dari ketiadaan (ex nihilo) (2Mak 7:28) sebuah dunia yang teratur dan baik. Ia jauh mengatasi ciptaan-Nya. Al-lah memelihara ciptaan-Nya dalam keberadaan dan menopangnya, memberinya kemampuan untuk bertindak, membimbingnya menuju kepenuhannya melalui Putra-Nya dan Roh Kudus.

55. Apa penyelenggaraan ilahi itu?
Penyelenggaraan ilahi terletak pada kesediaan Al-lah untuk membimbing makhluk-makhluk ciptaan-Nya menuju tujuan akhir mereka. Al-lah adalah Tuan yang berkuasa atas rencana-Nya. Tetapi untuk melaksanakannya, Al-lah juga berkehendak untuk bekerja sama dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Al-lah menganugerahkan kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya martabat untuk dapat bertindak dari kebebasan mereka sendiri dan saling memimpin satu sama lain.

56. Bagaimana kita bekerja sama dengan penyelenggaraan ilahi?
Dengan tetap menghormati kebebasan kita, Al-lah meminta kita untuk bekerja sama dengan-Nya dan memberikan kepada kita kemampuan untuk melaksanakannya melalui semua tindakan, doa, dan penderitaan kita. Jadi, Al-lah membangkitkan dalam diri kita ”kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan- Nya” (Flp 2:13).

57. jika Al-lah itu mahakuasa dan mahabaik, mengapa ada kejahatan?
Terhadap pertanyaan ini, yang menyedihkan dan sekaligus juga misterius, hanya keseluruhan iman Kristenlah yang dapat memberikan jawaban. Al-lah sama sekali bukanlah penyebab kejahatan, baik langsung maupun tidak langsung. Dia menerangi misteri kejahatan di dalam Putra-Nya, Yesus Kristus, yang wafat dan bangkit untuk mengalahkan kejahatan moral itu, yaitu dosa manusia, yang menjadi akar dari semua kejahatan lain.

58. Mengapa Al-lah mengizinkan kejahatan ada?
Iman memberikan kepastian kepada kita bahwa Al-lah tidak akan mengizinkan  kejahatan jika Dia tidak menyebabkan suatu kebaikan yang datang dari kejahatan itu. Hal ini dilaksanakan oleh Al-lah dengan cara yang menakjubkan dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Kenyataannya, dari kejahatan moral yang paling besar dari semuanya (pembunuhan Putra-Nya), Dia membawa kebaikan yang paling besar dari semuanya (kemuliaan Kristus dan penebusan kita).

 

Surga dan Bumi.

59. Apa yang diciptakan Al-lah?
Kitab Suci mengatakan, ”Pada awal mula, Al-lah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1). Gereja dalam pengakuan imannya menyatakan bahwa Al-lah adalah Pencipta segala sesuatu, yang kelihatan dan tak kelihatan, semua makhluk spiritual dan yang bertubuh, yaitu para malaikat dan dunia yang kelihatan, khususnya, manusia.

60. Siapa para malaikat itu?
Malaikat-Malaikat adalah makhluk murni spiritual, bukan makhluk bertubuh, tak kelihatan, tak dapat mati, dan berpribadi, dianugerahi akal dan kehendak. Mereka mengontemplasikan dan bertatap muka dengan Al-lah terus-menerus, dan mereka memuliakan-Nya. Mereka mengabdi-Nya dan menjadi pembawa pesan dalam melaksanakan misi penyelamatan-Nya bagi semua.

61. Dengan cara bagaimana para malaikat hadir dalam kehidupan Gereja?
Gereja bergabung dengan para malaikat dalam menyembah Al-lah, meminta pertolongan mereka dan memperingati mereka dalam liturgi.

”Di samping setiap orang beriman, berdiri seorang malaikat
sebagai pelindung dan gembala
yang akan menuntunnya kepada kehidupan”
(Santo Basilius Agung).

62. Apa yang diajarkan oleh Kitab Suci tentang penciptaan dunia yang kelihatan?
Melalui kisah penciptaan dalam ”enam hari”, Kitab Suci mengajarkan nilai dunia yang diciptakan dan tujuannya, yaitu untuk memuji Al-lah dan melayani umat manusia. Setiap ciptaan menerima eksistensinya dari Al-lah, dan dari Dia pulalah manusia menerima kebaikan dan kesempurnaannya, hukum dan tempatnya sendiri di dalam alam semesta.

63. Di mana tempat pribadi manusia dalam penciptaan?
Pribadi manusia merupakan puncak ciptaan yang kelihatan sejauh dia diciptakan menurut gambar dan rupa Al-lah.

64. hubungan apa yang ada di antara barang-barang ciptaan?
Ada saling ketergantungan dan hierarki di antara makhluk-makhluk se- bagaimana yang dikehendaki Al-lah. Sekaligus terdapat kesatuan dan solidaritas di antara para makhluk karena semuanya mempunyai Pencipta yang sama, semuanya dicintai oleh-Nya dan diatur untuk kemuliaan-Nya. Menghormati hukum-hukum yang tertulis dalam penciptaan dan relasi-relasi yang berasal dari kodrat ciptaan itu merupakan prinsip kebijaksanaan dan dasar moralitas.

65. Apa hubungan antara karya penciptaan dan karya penebusan?
Karya Penciptaan berpuncak pada karya yang lebih besar lagi, yaitu karya penebusan yang dalam kenyataannya membangkitkan ciptaan baru yang di dalamnya segala sesuatu akan menemukan kembali makna dan kepenuhannya.

Manusia.

66. Dalam arti apa kita mengerti bahwa manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan ”menurut gambaran Al-lah”?
Pribadi manusia diciptakan menurut gambar Al-lah dalam arti bahwa dia mampu mengenal dan mencintai Penciptanya secara bebas. Manusia adalah satu-satunya makhluk di dunia yang dikehendaki Al-lah demi mereka sendiri, dan dipanggil untuk mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya melalui pengenalan dan cinta kasih. Semua manusia, karena diciptakan menurut gam- baran Al-lah, mempunyai martabat sebagai seorang pribadi. Seorang pribadi bu- kanlah sesuatu barang, tetapi seseorang yang mampu mengenal dirinya sendiri dan memberikan dirinya dengan bebas dan masuk ke dalam persatuan dengan Al-lah dan pribadi-pribadi lainnya.

67. Apa tujuan Al-lah menciptakan laki-laki dan perempuan?
Al-lah menciptakan segala sesuatu bagi mereka, tetapi Dia menciptakan mereka untuk mengenal, melayani, dan mencintai Al-lah, untuk mempersembahkan semua ciptaan di dunia ini sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada-Nya dan untuk mengangkatnya ke dalam hidup bersama Dia di surga. Hanya dalam misteri penjelmaan Sang Sabda, misteri pribadi manusia dapat dimengerti secara baru. Laki-laki dan perempuan ditakdirkan untuk menghasilkan kembali gambar Putra Al-lah yang menjadi manusia, Al-lah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15).

68. Mengapa bangsa manusia membentuk satu kesatuan?
Seluruh umat manusia membentuk satu kesatuan bangsa manusia karena semua mempunyai asal yang sama, yang juga berasal dari Al-lah (Kis 17:26). Semua mempunyai satu Penyelamat, dan dipanggil untuk ambil bagian dalam kebahagiaan abadi bersama Al-lah.

69. Bagaimana jiwa dan badan membentuk satu kesatuan dalam manusia?
Pribadi manusia adalah satu wujud jasmani sekaligus rohani. Dalam manusia, roh dan materi membentuk satu kodrat. Kesatuan ini begitu dalam sehingga berkat prinsip spiritual, yaitu jiwa, badan yang adalah materi menjadi badan manusia yang hidup dan berpartisipasi dalam martabat gambaran Al-lah.

70. Dari mana jiwa berasal?
Jiwa yang bersifat rohani tidak berasal dari orang tua, tetapi diciptakan secara langsung oleh Al-lah dan bersifat abadi. Jiwa tidak ikut mati pada saat dipisahkan dari badan dalam kematian, dan jiwa akan dipersatukan kembali dengan badan pada hari kebangkitan.

71. hubungan apa yang ditetapkan Al-lah antara laki-laki dan perempuan?
Laki-laki dan perempuan diciptakan Al-lah dalam martabat yang setara karena mereka adalah pribadi-pribadi manusia. Sekaligus mereka diciptakan untuk saling melengkapi karena mereka laki-laki dan perempuan. Al-lah menghendaki agar mereka menjadisatu bagi yang lainnya untuk membentuk kesatuan pribadi-pribadi. Merekajugadipanggiluntukmeneruskankehidupanmanusiadenganmenjadi ”satu daging” dalam perkawinan (Kej 2:24). Mereka juga dipanggil untuk menaklukkan dunia sebagai ”pelayan” Al-lah.

72. Bagaimana kondisi asli manusia menurut rencana Al-lah?
Dengan menciptakan laki-laki dan perempuan, Al-lah memberikan kepada mereka suatu partisipasi khusus dalam kehidupan ilahi-Nya, dalam kesucian dan keadilan. Dalam rencana Al-lah, mereka tak akan mengalami penderitaan atau kematian. Selain itu, terdapat harmoni sempurna dalam diri manusia, antara makhluk ciptaan dan Penciptanya, antara laki-laki dan perempuan, juga antara pasangan manusia yang pertama dan semua ciptaan.

Jatuh ke Dalam Dosa.

73. Bagaimana kita seharusnya memahami realitas dosa?
Dosa ada dalam sejarah manusia. Realitas dosa dapat dipahami dengan jelas hanya dalam terang wahyu ilahi dan terutama dalam terang Kristus Penyelamat semuanya. Ketika dosa begitu banyak, Dia melimpahkan rahmat lebih banyak lagi.

74. Apa kejatuhan para malaikat itu?
Ungkapan ini menyatakan bahwa Setan dan iblis-iblis lainnya, yang dibicara- kan oleh Kitab Suci dan Tradisi Gereja, pada awalnya adalah para malaikat yang diciptakan dengan baik oleh Al-lah. Tetapi, mereka berubah menjadi jahat karena, melalui pilihan yang bebas dan definitif, menolak Al-lah dan Kerajaan-Nya sehingga memunculkan neraka. Mereka mencoba membujuk manusia untuk bersekutu dengan mereka memberontak melawan Al-lah. Namun, Al-lah telah memastikan kemenangan terhadap Kejahatan dalam Kristus.

75. Apa dosa manusia yang pertama itu? 
Ketika dicobai iblis, manusia pertama, laki-laki dan perempuan, telah membiarkan kepercayaan kepada Sang Pencipta mati dari dalam hati mereka. Dalam ketidaktaatan, mereka ingin menjadi ”seperti Al-lah”, tetapi tanpa Al-lah dan tidak selaras dengan-Nya (Kejadian 3:5). Karena itu, Adam dan Hawa langsung kehilangan rahmat asali kesucian dan keadilan bagi mereka sendiri dan semua keturunan mereka.

76. Apa dosa asal itu?
Dosa asal yang di dalamnya semua manusia dilahirkan adalah keadaan tiadanya kesucian dan keadilan asali. Dosa asal adalah dosa yang ”membelenggu” kita, bukan sesuatu yang kita lakukan, merupakan suatu keadaan kelahiran dan bukan suatu tindakan pribadi. Karena kesatuan asali seluruh umat manusia, dosa asal ini diturunkan kepada keturunan Adam ”bukan dengan peniruan, tetapi lewat pembiakan”. Pewarisan ini menjadi misteri yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya.

77. Apa konsekuensi-konsekuensi lain yang muncul dari dosa asal?
Sebagai konsekuensi dosa asal, kodrat manusia terluka dalam kekuatan alamiahnya tanpa menjadi rusak secara total. Karena dosa asal ini, muncullah kebodohan, penderitaan, kekuasaan maut, dan kecenderungan terhadap dosa. Kecenderungan ini disebut konkupisensi.

78. Setelah dosa yang pertama, apa yang dilakukan oleh Al-lah?
Sesudah dosa yang pertama, dunia dibanjiri dosa, tetapi Al-lah tidak membiarkan manusia berada di bawah kuasa maut. Dalam ”Protoevangelium” (Kejadian 3:15), Al-lah memaklumkan dengan cara yang misterius bahwa kejahatan akan dikalahkan dan manusia akan diangkat dari kedosaannya. Pernyataan ini merupakan pewartaan pertama Mesias dan Penebus. Karena itu, kedosaan ini pada masa yang akan datang disebut dengan ”kedosaan yang membahagiakan” karena ”memunculkan Penebus Agung bagi kita” (Liturgi Malam Paskah).