Bab 6.7 - ALLAH TRITUNGGAL DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKLUK
Lanjutan Bab 6.
VII. Al-lah Tritunggal dan Hubungan antara Mahkluk
238. Bapa dalah sumber utama segala sesuatu, dasar yang mengasihi dan menyapa semua yang ada. Semuanya diciptakan melalui Anak, cerminan Bapa, dan Ia telah menyatukan diri dengan bumi ini ketika dibentuk dalam rahim Maria. Roh, ikatan kasih yang tak terbatas, hadir menembusi seluruh alam semesta dengan menghidupkannya dan membangkitkan jalan-jalan baru. Dunia diciptakan oleh ketiga Pribadi yang menjadi asal ilahi yang tunggal, tetapi masing-masing mewujudkan pekerjaan bersama ini sesuai dengan sifat pribadinya. Inilah sebabnya mengapa “ketika ... kita dengan kekaguman merenungkan alam semesta dalam seluruh kemegahan dan keindahannya, kita harus memuji segenap Al-lah Tritunggal”.
239. Bagi orang Kristen, iman kepada Al-lah yang Satu dalam persekutuan Tritunggal, menunjukkan bahwa seluruh realitas mengandung dalam dirinya jejak Al-lah Santo Bonaventura sampai mengatakan bah- wa sebelum jatuh dalam dosa, manusia dapat melihat bagaimana setiap makhluk “bersaksi bahwa Al-lah adalah Tritunggal”. Cerminan Trinitas dapat ditemukan dalam alam “ketika buku itu tidak kabur bagi manusia, dan mata manusia belum terganggu”. Fransiskan yang suci itu mengajarkan kepada kita bahwa setiap makhluk membawa dalam dirinya struktur yang khas tritunggal, begitu nyata sehingga langsung dapat ditatap seandainya pandangan manusia tidak terbatas, kabur, dan rapuh. Dengan demikian ia menunjukkan kepada kita tantangan untuk mencoba membaca realitas dari sudut pandang tritunggal. Pribadi-pribadi ilahi terus berhubungan satu sama lain, dan dunia, yang diciptakan menurut model ilahi, merupakan sebuah jejaring relasi. Setiap makhluk condong kepada Al-lah, dan semua makhluk yang hidup pada gilir- annya berciri khas untuk condong yang satu kepada yang lain, sehingga di alam semesta kita dapat menemukan relasi konstan yang tak terhitung jumlahnya dan yang terjalin tersembunyi. Ini mengundang kita untuk tidak hanya mengagumi hubungan yang kompleks antara segala makhluk, tetapi juga untuk menemukan kunci pemenuhan kita sendiri. Memang, pribadi manusia makin berkembang, makin matang dan makin dikuduskan, ketika ia masuk ke dalam relasi, keluar dari dirinya sendiri untuk hidup dalam persekutuan dengan Al-lah, dengan orang lain, dan dengan semua makhluk. Dengan demikian ia menyambut dalam hidupnya sendiri dinamisme tritunggal yang telah dicantumkan di dalam dirinya oleh Al-lah sejak penciptaannya. Semuanya saling berhubungan, dan hal itu mengajak kita untuk mengembangkan suatu spiritualitas kesetiakawanan global yang mengalir dari misteri Trinitas.