Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9816 | 25 Dec 2024
Klinis : Seorang ibu berusia 30 tahun, gravida 0, para 1, dirawat di bangsal pascanatal, mengalami robekan perineum derajat dua saat melahirkan 6 jam yang lalu. Pasien tampak meringis karena nyeri. Saat ini, ia mengeluh nyeri di jalan lahir, dinilai 5 pada skala nyeri, ditandai dengan nyeri menusuk, diperburuk oleh gerakan, dan intermiten. Ia juga menggambarkan ketidaknyamanan di perutnya, mirip dengan kram menstruasi. Pasien melaporkan merasa lelah setelah melahirkan, kelelahan, kurang tidur, sedikit kebocoran ASI, dan kekhawatiran tentang pemberian ASI yang tidak mencukupi untuk bayinya. Keluarga menyebutkan bahwa bayi sering rewel selama menyusui, dan bayi sering melepaskan diri dari payudara ibu. Pasien menyangkal adanya keluhan apa pun selama kehamilannya, telah menyelesaikan imunisasi, dan menghadiri pemeriksaan antenatal secara teratur. Bayi yang lahir adalah perempuan yang sehat, dengan berat 3100 gram dan panjang 49 cm. Skor APGAR bayi adalah 7 pada menit ke-1 dan 9 pada menit ke-5 setelah lahir, yang menunjukkan tidak ada masalah dalam persalinan. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Denyut nadi: 90 kali/menit, Suhu: 37.0°C, Laju Pernapasan: 22 kali/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada kepala, leher, mata, telinga, dada, dengan payudara simetris tanpa kemerahan. Payudara terasa lembut saat diraba, puting susu kanan menonjol keluar, dan puting susu kiri interverd/masuk. Produksi ASI minimal tanpa menetes. Pada pemeriksaan abdomen, fundus uterus berada pada level pusar, teraba keras, kandung kemih kosong, Diastasis Recti Abdominis (kondisi ketika dua otot rektus abdominis di bagian perut terpisah): panjang 4 cm dan lebar 2 cm, Bising usus: 10 kali per menit. Tidak ada varises, edema, atau tanda-tanda Homan (nyeri di belakang lutut saat kaki ditekuk ke belakang secara paksa). Pada pemeriksaan genital, jahitan perineum terlihat dengan sedikit kemerahan tetapi tidak ada bintik merah atau pembengkakan tertentu. Tidak ada keluarnya darah/nanah dari jahitan dan jahitan masih utuh. Pasien melaporkan mengganti pembalut dua kali sehari, dengan keluarnya cairan berwarna merah berisi lendir dan sedikit berbau tidak sedap. Frekuensi buang air kecil 6-7 kali sehari dengan urin berwarna kuning tua, dan pasien tidak buang air besar karena takut jahitan terbuka. Pasien memiliki nafsu makan yang baik, berat badan saat ini 57 kg, tinggi badan 160 cm, tetapi ia kesulitan tidur karena bayinya rewel. Bayi menangis saat menyusu, dan isapannya tidak terus-menerus. Pasien buang air besar dan buang air kecil satu kali setiap 6 jam. Pasien bertanya kepada perawat tentang mengapa produksi ASI-nya rendah dan bagaimana ia dapat meningkatkannya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum derajat dua
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan dan bayi yang rewel
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit dan masalah dalam menyusui
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut
- Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 3 atau kurang
- Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa adanya peningkatan nyeri
- Pasien mengenali dan dapat mengatasi faktorfaktor yang memperparah nyeri
2. Pola tidur
- Pasien dapat tidur dengan durasi yang cukup (6-8 jam per hari)
- Pasien melaporkan istirahat dan tidur yang lebih baik
- Pasien mengenali dan dapat mengatasi faktorfaktor yang mengganggu pola tidurnya
3. Pemberian ASI yang efektif
- Pasien dapat menyusui bayi dengan pola yang teratur (setiap 2-3 jam)
- Bayi dapat menyusu dengan kuat dan isapan yang konsisten
- Pasien melaporkan produksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum derajat dua
- Manajemen nyeri: Berikan analgesik, kompres dingin pada daerah perineum, dan ajarkan teknik relaksasi
- Perawatan luka perineum: Bersihkan luka, oleskan salep antibiotik, dan ganti balutan secara teratur
- Edukasi: Ajarkan pasien tentang penyebab nyeri, faktor yang mempengaruhi, dan strategi penanganannya
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan dan bayi yang rewel
- Manajemen aktivitas dan istirahat: Bantu pasien untuk beristirahat saat bayi tidur, dan atur aktivitas pasien sesuai kemampuan
- Manajemen lingkungan: Buat lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur, minimalisir gangguan suara atau cahaya
- Edukasi: Ajarkan pasien teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit dan masalah dalam menyusui
- Optimalisasi pemberian ASI: Bantu pasien dalam posisi menyusui yang benar, ajarkan teknik isapan bayi yang efektif
- Peningkatan produksi ASI: Anjurkan pasien untuk menyusui secara sering dan rutin, berikan stimulasi payudara, serta ajarkan teknik perawatan payudara
- Edukasi: Beri edukasi tentang manfaat ASI, penyebab produksi ASI yang sedikit, dan strategi untuk meningkatkannya
- Konseling: Berikan dukungan dan konseling kepada pasien untuk mengatasi kekhawatiran terkait pemberian ASI -
Article No. 9818 | 25 Dec 2024
Klinis : Seorang ibu berusia 30 tahun, gravida 1, para O, dirawat di bangsal pasca persalinan, mengalami robekan perineum tingkat dua saat melahirkan 6 jam yang lalu. Pasien tampak meringis karena nyeri. Saat ini, ia mengeluhkan nyeri pada jalan lahir, dengan skala nyeri 5, yang ditandai dengan nyeri menusuk, memburuk saat bergerak, dan terputus-putus. Ia juga menggambarkan rasa tidak nyaman pada perutnya, seperti kram saat menstruasi. Pasien melaporkan merasa lelah setelah melahirkan, letih, kurang tidur, ASI sedikit keluar, dan khawatir tidak dapat memberikan ASI yang cukup untuk bayinya. Keluarga mengatakan bahwa bayinya sering rewel saat menyusui, dan bayinya sering sering terlepas dari payudara ibu. Pasien menyangkal memiliki keluhan selama kehamilannya, telah menyelesaikan imunisasi, dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi yang dilahirkan adalah seorang perempuan yang sehat, dengan berat badan 3100 gram dan panjang 49 cm. Skor APGAR bayi adalah 7 pada 1 menit dan 9 pada 5 menit setelah lahir, yang mengindikasikan tidak ada masalah persalinan. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 100/80 mmg, Nadi: 90 kali/menit, Suhu: 37,0°C, Kecepatan Pernapasan: 22 napas/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan temuan normal pada kepala, leher, mata, telinga, dada, dengan payudara yang simetris tanpa kemerahan. Payudara terasa lembut saat diraba, puting susu sebelah kanan masuk ke dalam, dan puting susu sebelah kiri masuk ke luar. Produksi ASI sedikit dan tidak menetes. Pada pemeriksaan abdomen, fundus uteri setinggi pusar, teraba keras, kandung kemih kosong, Diastasis Recti Abdominis: Panjang 4 cm dan lebar 2 cm, Bising usus: 10x per menit. Tidak ada varises, edema, atau tanda-tanda Homan. Pada pemeriksaan genital, jahitan perineum terlihat dengan kemerahan ringan tetapi tidak ada bintik merah atau pembengkakan. Tidak ada keluarnya darah/nanah dari jahitan dan jahitannya masih utuh. Pasien melaporkan mengganti pembalut dua kali sehari, dengan cairan berwarna merah yang mengandung lendir dan bau yang sedikit tidak sedap. Frekuensi buang air kecil 6-7 kali sehari dengan warna urine kuning tua, dan pasien belum buang air besar karena takut jahitannya terbuka. Pasien memiliki nafsu makan yang baik, berat badan saat ini 57 kg, tinggi 160 cm, tetapi ia mengalami kesulitan tidur karena bayinya yang rewel. Bayi menangis saat menyusu, dan menyusu tidak terus menerus. Pasien buang air besar dan buang air kecil setiap 6 jam sekali. Pasien bertanya kepada perawat mengapa produksi ASI-nya rendah dan bagaimana cara meningkatkannya. Hasil Laboratorium: Kadar hemoglobin 11,5 g/dL. Saat ini, pasien menerima Emibion 1 x 1 dan Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum tingkat dua
2. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan kelelahan pasca persalinan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
2. Pola Tidur Tidak Efektif: Pengalaman terus menerus mengalami kesulitan untuk memulai, mempertahankan, atau memperoleh jumlah atau kualitas tidur yang diinginkan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri.
2. Pola Tidur: Pola bangun dan tidur yang teratur.
3. Status Gizi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi kenyamanan pasien yang mengalami nyeri.
2. Manajemen Tidur: Tindakan untuk memfasilitasi tidur yang adekuat dan berkualitas.
3. Dukungan Laktasi: Tindakan untuk memaksimalkan produksi dan pemberian ASI.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum tingkat dua: Pasien mengalami nyeri pada jalan lahir akibat robekan perineum saat persalinan. Nyeri ini perlu ditangani untuk mencapai kontrol nyeri yang efektif.
2. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan kelelahan pasca persalinan: Pasien mengalami kesulitan tidur akibat kelelahan setelah melahirkan. Intervensi manajemen tidur diperlukan untuk memfasilitasi pola tidur yang efektif.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit: Pasien mengalami produksi ASI yang sedikit, yang dapat mempengaruhi status nutrisinya. Intervensi dukungan laktasi diperlukan untuk meningkatkan produksi ASI. -
Article No. 9819 | 25 Dec 2024
Klinis : Pasien tidak mampu batuk, terdapat darah pada area tenggorokan pasien, pasien mengeluh sesah dan terlihat gelisah. Pasien juga terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Pasien tidak mampu batuk, terdapat darah pada area tenggorokan, serta pasien mengeluh sesak dan terlihat gelisah, menunjukkan adanya hambatan dalam bersihan jalan napas. Selain itu, pasien juga terpasang NGT, yang dapat berkontribusi pada penurunan kemampuan klien dalam membersihkan jalan napas secara efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari sekret, mampu batuk efektif, dan mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
2. Tingkat Kenyamanan: Pasien menunjukkan rasa nyaman dan rileks, dengan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Status Nutrisi: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, dengan toleransi terhadap pemasukan nutrisi melalui NGT.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret dari jalan napas.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latih pasien untuk melakukannya secara mandiri.
d. Pertahankan posisi pasien semirekumbent untuk memfasilitasi drainase sekret.
2. Manajemen Kenyamanan
a. Berikan analgetik atau relaksan sesuai indikasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau gelisah.
b. Berikan dukungan psikologis dan komunikasi terapeutik untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
c. Monitor tanda-tanda vital secara berkala untuk memastikan stabilitas kondisi pasien.
3. Manajemen Nutrisi
a. Pantau toleransi pasien terhadap pemasukan nutrisi melalui NGT.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan formula dan kecepatan pemberian nutrisi yang sesuai.
c. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi untuk pemulihan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, memantau perkembangan, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga penting untuk memaksimalkan hasil perawatan. -
Article No. 9820 | 25 Dec 2024
Klinis : S : pasien mengatakan tidak ada keluhan O: Kesadaran compos mentis. terpasang IV line di vena radial sinistra no. 22 tgl 24/12/24, drip furosemide 5 mg/jam. O2 binasal 3 lpm , hemodinamik Obs TD 130/80 mmhg, HR 75 x/mnt, RR 20x/mnt, saturasi 98 % , terpasang DC no 16, tgl 22/12/24 produksi urine kuning jernih. Pasien post PPCI di LAD, skala nyeri 0.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung ("Risk for Ineffective Tissue Perfusion: Cardiac")
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Terkait: Prosedur Intervensi Jantung (Post-PPCI)
2. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan ("Risk for Fluid Volume Imbalance")
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasel yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Terkait: Prosedur Intervensi Jantung (Post-PPCI), Penggunaan Obat Diuretik (Furosemide)
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Jantung Efektif ("Effective Tissue Perfusion: Cardiac")
Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada nyeri dada
- EKG menunjukkan irama jantung normal
- Tidak ada edema perifer
- Kadar oksigen dalam darah normal
2. Keseimbangan Volume Cairan ("Fluid Balance")
Kriteria Hasil:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada edema
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Perfusi Jaringan Jantung
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Pantau irama jantung melalui EKG
- Pantau tanda-tanda nyeri dada
- Pantau adanya edema perifer
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjaga perfusi jantung yang optimal
2. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Berikan obat diuretik sesuai instruksi tenaga kesehatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjaga keseimbangan cairan yang optimal
Penjelasan yang lebih rinci dapat diberikan jika dibutuhkan. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 9821 | 25 Dec 2024
Klinis : Pasien tidak mampu batuk, terdapat darah pada area tenggorokan pasien, pasien mengeluh sesah dan terlihat gelisah. Pasien juga terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Jalan napas paten
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Tidak ada sputum/sekret yang tertahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Fisioterapi Dada
3. Asuhan Keperawatan Respirasi
Kondisi pasien yang tidak mampu batuk, adanya darah pada area tenggorokan, dan sesah serta gelisah menunjukkan adanya permasalahan pada bersihan jalan napas yang tidak efektif. Kondisi ini perlu mendapatkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan bersihan jalan napas pasien.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 9822 | 25 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh diare dan terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) untuk kondisi pasien yang mengeluh diare dan terpasang NGT.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluh diare dan terpasang NGT adalah "Defisit volume cairan" (Deficit Fluid Volume). Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu diare yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Pemasangan NGT juga dapat mempengaruhi asupan cairan dan nutrisi pasien, sehingga dapat menyebabkan defisit volume cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang memadai, seperti turgor kulit yang baik, mukosa lembab, dan produksi urin yang adekuat.
2. Status hidrasi: Pasien menunjukkan status hidrasi yang memadai, dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada gejala dehidrasi.
3. Pengelolaan diare: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi dan volume diare, serta tanda-tanda perbaikan gejala diare.
4. Toleransi terhadap nutrisi enteral: Pasien dapat mentoleransi asupan nutrisi enteral melalui NGT dengan baik, tanpa ada tanda-tanda intoleransi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan cairan:
- Pantau intake dan output cairan pasien secara ketat.
- Pantau tanda-tanda vital, turgor kulit, dan status hidrasi pasien.
- Catat dan dokumentasikan semua data terkait cairan.
2. Penggantian cairan dan elektrolit:
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien, melalui jalur intravena atau NGT.
- Pertimbangkan pemberian cairan rehidrasi oral atau elektrolit jika toleransi pasien baik.
3. Manajemen diare:
- Identifikasi dan tangani penyebab diare (misalnya infeksi, obat-obatan).
- Berikan intervensi untuk mengurangi frekuensi dan volume diare, seperti pemberian obat anti diare atau pengaturan diet.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare.
4. Manajemen nutrisi enteral:
- Pantau toleransi pasien terhadap nutrisi enteral melalui NGT.
- Sesuaikan laju dan volume pemberian nutrisi enteral sesuai dengan toleransi pasien.
- Berikan intervensi untuk mengatasi komplikasi terkait NGT, seperti mual, muntah, atau konstipasi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pengelolaan cairan, diare, serta nutrisi enteral, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan, status hidrasi yang memadai, pengurangan gejala diare, dan toleransi yang baik terhadap nutrisi enteral. -
Article No. 9823 | 25 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan saat ini tidak ada nyeri dada. O : Kesadaran compos mentis, Hemodinamik TD: 90/60 mmHg, HR:80 x/m, RR; 18 x/m, SpO2 99% dengan O2 nasal 3 lpm, terpasang infus no 18 dari RS Sari Asih Sangiang (24/12/24) cairan Venflon, terpasang DC no 16 dari RS Sari Asih Sangiang (24/12/24) produksi urine ada, post Primary PCI to pLAD-mLAD. skala nyeri 0. Terapi furosemid drip stop ganti rutin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat diidentifikasi bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan pasokan oksigen ke jantung yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
- Faktor risiko: Penyakit jantung koroner, gangguan hemodinamik (TD rendah), dan peningkatan kebutuhan metabolik jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Jantung Membaik
- Indikator:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD 90-120/60-80 mmHg, HR 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit)
b. Tidak ada tanda-tanda adanya iskemia miokard (nyeri dada, perubahan EKG)
c. Tidak ada tanda-tanda gagal jantung (edema, dispnea, peningkatan berat badan)
d. Kadar oksigen darah dalam batas normal (SpO2 ≥ 95%)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Monitor dan catat tanda-tanda vital secara berkala
- Monitor tekanan darah, laju jantung, dan nilai oksigenasi (SpO2)
- Monitor adanya tanda-tanda gagal jantung atau iskemia miokard
2. Manajemen Cairan
- Beri terapi furosemid drip sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Monitor intake dan output cairan
- Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai toleransi untuk mencegah retensi cairan
3. Manajemen Oksigenasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Monitor penggunaan oksigen dan respon pasien
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyakit jantung koroner, gejala, dan manajemen perawatannya
- Diskusikan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan modifikasi gaya hidup
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak" dipilih karena pasien memiliki riwayat penyakit jantung koroner dan saat ini mengalami gangguan hemodinamik dengan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke jantung dan berisiko menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
Luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jaringan Jantung Membaik" dengan indikator-indikator yang menunjukkan adanya perbaikan sirkulasi dan oksigenasi jantung, seperti tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda iskemia atau gagal jantung, serta kadar oksigen darah yang memadai.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen cairan, manajemen oksigenasi, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan jantung yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 9824 | 25 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan saat ini tidak ada nyeri dada. O : kesadaran CM, TD: 108/69 mmHg, HR: 57 x/menit, RR: 20x/menit, SAO2: 97% dengan nasal 5 lpm, terpasang iv line no.20 nacl 0.9% 500ml/24jam,terpasang kondom kateter produksi urine kuning. nichiban sudah di aff tidak ada hematom. skala nyeri 0.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Perfusi Koroner Tidak Efektif berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada keluhan nyeri dada, dan tidak terdapat tanda-tanda gangguan perfusi koroner saat ini. Namun, pasien memiliki riwayat penyakit jantung koroner, sehingga berisiko mengalami gangguan perfusi koroner di masa mendatang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Jantung Membaik
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan EKG normal, tidak ada nyeri dada, dan tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi koroner.
2. Pengetahuan Manajemen Penyakit Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan dengan benar faktor risiko, tanda, dan gejala penyakit jantung koroner, serta dapat menyebutkan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Koroner
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Pantau tanda-tanda gangguan perfusi koroner, seperti nyeri dada, dispnea, dan ketidakstabilan hemodinamik
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis, jika diperlukan
2. Edukasi Manajemen Penyakit
- Identifikasi pemahaman pasien tentang penyakit jantung koroner
- Jelaskan faktor risiko, tanda, dan gejala penyakit jantung koroner
- Ajarkan pasien tentang tindakan pencegahan, seperti modifikasi gaya hidup, kepatuhan terhadap pengobatan, dan pemantauan tanda vital
- Beri kesempatan pasien untuk bertanya dan diskusi terkait penyakitnya
Penjelasan rinci:
Fokus utama pada kondisi ini adalah mencegah terjadinya gangguan perfusi koroner, dengan memantau tanda-tanda vital dan gejala, serta memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit jantung koroner dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Dengan intervensi ini, diharapkan pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan jantung yang adekuat dan meningkatkan pengetahuannya dalam mengelola penyakitnya. -
Article No. 9825 | 25 Dec 2024
Klinis : suction sekret terdapat pada intervensi berapa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi yang Anda tanyakan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z46.6
- Deskripsi: Pemasangan dan penyesuaian alat bantuan pernapasan lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Suction sekret dari saluran pernapasan
Penjelasan:
Suction sekret merupakan salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir atau sekret yang dapat menghambat pernapasan. Tindakan ini biasanya dilakukan pada pasien yang memerlukan bantuan pernapasan, seperti pasien yang menggunakan ventilator atau alat bantuan pernapasan lainnya.
Kode ICD-10 Z46.6 menggambarkan kondisi terkait pemasangan dan penyesuaian alat bantuan pernapasan lainnya, yang mencakup tindakan suction sekret. Sementara itu, kode ICD-9-CM 96.04 secara spesifik mengacu pada tindakan suction sekret dari saluran pernapasan.
Pengkodean yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan akurasi informasi dan kelengkapan rekam medis pasien. Kode-kode tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penagihan asuransi, pelaporan statistik kesehatan, dan penelitian epidemiologis. -
Article No. 9728 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Karakteristik: Adanya sputum yang berlebihan, suara napas bronkial, dan sesak napas.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik: Adanya kelelahan, napas pendek saat beraktivitas, dan kehilangan nafsu makan.
3. Risiko infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang mungkin melemahkan sistem pertahanan tubuh.
- Karakteristik: Adanya tuberkulosis paru yang teridentifikasi.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen jalan napas
- Tujuan: Mempertahankan patensi jalan napas.
- Intervensi: Memantau status pernapasan, memberikan bronkodilator, dan melakukan fisioterapi dada.
2. Manajemen energi
- Tujuan: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Intervensi: Mengatur dan mengoptimalkan aktivitas, memberikan nutrisi yang adekuat, dan memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Pencegahan infeksi
- Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi.
- Intervensi: Memantau tanda-tanda infeksi, melakukan prosedur pencegahan infeksi, dan memberikan edukasi terkait infeksi.
Hasil Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan jalan napas efektif
2. Toleransi aktivitas meningkat
3. Tidak terjadi infeksi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, yaitu SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) agar dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstandar.