Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9809 | 25 Dec 2024
Klinis : keluhan utama gemetar dan keringat dingin yang sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga melaporkan otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, dada berdebar-debar, dan sering merasa lelah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan keluhan yang Anda sampaikan, berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkatnya sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
Ansietas (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berkelanjutan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala ansietas, seperti gemetar, keringat dingin, otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, dada berdebar-debar, dan sering merasa lelah. Hal ini mengindikasikan adanya perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berkelanjutan tanpa sumber yang spesifik.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
2. Manajemen Stres Efektif
3. Koping Adaptif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Asesmen Ansietas
2. Manajemen Ansietas
3. Terapi Relaksasi
4. Edukasi Manajemen Stres
Sebagai perawat, saya akan melakukan pendekatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ansietas yang dialami pasien. Ini mencakup pengkajian menyeluruh, intervensi untuk mengelola kecemasan, serta edukasi dan pelatihan manajemen stres. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengendalikan kecemasannya dan mengembangkan koping yang adaptif. -
Article No. 9810 | 25 Dec 2024
Klinis : keluhan utama gemetar dan keringat dingin yang sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga melaporkan otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, dada berdebar-debar, dan sering merasa lelah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Kecemasan
Kecemasan adalah respons emosional terhadap persepsi ancaman, yang ditandai dengan rasa takut, was-was, atau khawatir, disertai gejala fisik seperti gemetar, keringat dingin, otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, jantung berdebar-debar, dan sering merasa lelah. Kondisi ini sesuai dengan keluhan utama pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien menggunakan skala pengukuran yang sesuai.
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan dan mempertahankan kecemasan.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti relaksasi napas dalam, distraksi, atau imagery.
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan bimbingan untuk memfasilitasi ekspresi perasaan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya psikolog, psikiater) untuk konsultasi dan intervensi tambahan jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Kecemasan" dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala kecemasan, seperti gemetar, keringat dingin, otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, jantung berdebar-debar, dan sering merasa lelah. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengendalikan tingkat kecemasan pasien, dengan membantu pasien mengidentifikasi penyebab, belajar teknik relaksasi, dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian kecemasan, identifikasi faktor penyebab, pengajaran teknik relaksasi, pengembangan strategi koping, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengelola kecemasan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologisnya. -
Article No. 9811 | 25 Dec 2024
Klinis : keluhan utama gemetar dan keringat dingin yang sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga melaporkan otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, dada berdebar-debar, dan sering merasa lelah. Pasien tidur hanya 3-4 jam per malam dan sering terbangun dengan perasaan gelisah. Pemeriksaan fisik: Tekanan darah 130/85 mmHg, denyut nadi 95 kali/menit (reguler), kadar gula darah sewaktu 80 mg/dL,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
Etiologi:
- Ancaman perubahan status kesehatan
- Ancaman yang tidak jelas
- Krisis situasional
Gejala:
- Gemetar
- Keringat dingin
- Otot tegang
- Pusing
- Sakit kepala
- Mudah marah
- Susah tidur
- Dada berdebar-debar
- Sering merasa lelah
2. Pola Tidur Terganggu
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau disfungsi.
Etiologi:
- Ansietas
- Stres
Gejala:
- Sulit memulai tidur (>30 menit)
- Sering terbangun di malam hari
- Tidur hanya 3-4 jam per malam
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ansietas Terkendali
- Pasien melaporkan berkurangnya gejala ansietas
- Pasien mampu mengidentifikasi penyebab dan faktor pencetus ansietas
- Pasien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietas
2. Pola Tidur Membaik
- Pasien dapat memulai tidur dalam waktu 30 menit
- Pasien dapat tidur 6-8 jam per malam
- Pasien melaporkan merasa lebih segar saat bangun tidur
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ansietas
- Kaji tingkat ansietas pasien
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus ansietas
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dll.)
- Berikan dukungan emosional
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
2. Manajemen Tidur
- Kaji pola tidur pasien
- Identifikasi faktor yang mengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang nyaman
- Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan ansietas dan pola tidur terganggu sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu adanya perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan, serta gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur. Etiologi yang mendasari kondisi ini adalah ancaman perubahan status kesehatan, stres, dan ansietas itu sendiri.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mengendalikan ansietas dengan berkurangnya gejala dan mampu mengidentifikasi penyebab serta melakukan teknik relaksasi, serta pasien dapat memperoleh pola tidur yang membaik dengan dapat memulai tidur dalam waktu 30 menit, tidur 6-8 jam per malam, dan merasa lebih segar saat bangun tidur.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen ansietas dan manajemen tidur. Pada manajemen ansietas, fokus utamanya adalah mengkaji tingkat ansietas, mengidentifikasi penyebab dan faktor pencetus, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan dukungan emosional, serta berkolaborasi dengan pemberian terapi farmakologis jika diperlukan. Pada manajemen tidur, intervensi yang dilakukan meliputi pengkajian pola tidur, identifikasi faktor yang mengganggu tidur, modifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang nyaman, pengajaran teknik relaksasi sebelum tidur, serta evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat memperoleh luaran yang diinginkan, yaitu tercapainya kontrol ansietas yang baik dan perbaikan pola tidur. -
Article No. 9812 | 25 Dec 2024
Klinis : keluhan utama gemetar dan keringat dingin yang sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga melaporkan otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, dada berdebar-debar, dan sering merasa lelah. Pasien tidur hanya 3-4 jam per malam dan sering terbangun dengan perasaan gelisah. Pemeriksaan fisik: Tekanan darah 130/85 mmHg, denyut nadi 95 kali/menit (reguler), kadar gula darah sewaktu 80 mg/dL,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Cemas akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
1. Cemas akut
- SDKI: Cemas akut adalah respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Latihan relaksasi, Terapi musik, Terapi distraksi, Pemberian informasi.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat, dan pasien dapat beraktivitas sesuai toleransinya.
2. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur adalah ketidakmampuan untuk tidur atau mempertahankan tidur yang menyebabkan ketidakpuasan dengan kualitas atau kuantitas tidur.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen lingkungan, Terapi relaksasi, Edukasi mengenai higiene tidur.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat, pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, dan pasien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk membantu mempertahankan tidur.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan dari sumber daya fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen aktivitas, Bantuan peningkatan aktivitas, dan Edukasi mengenai aktivitas.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya, pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas, dan pasien dapat menerapkan teknik manajemen aktivitas untuk meningkatkan toleransi aktivitasnya. -
Article No. 9813 | 25 Dec 2024
Klinis : Perawat melakukan pengkajian pada salah satu anggota keluarga dengan TB paru. TB Paru sudah diderita sejak 1 bulan yang lalu. Klien mengeluh batuknya kambuh lagi dengan dahak yang sulit disembuhkan dan kadang disertai dengan rasa nyeri saat batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan auskultasi paru terdengar suara nafas tambahan pada daerah bronkus arterior. Keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi dari klien serta khawatir klien akan dirawat di rumah sakit. Keluarga ingin klien segera sembuh.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Gejala dan Tanda: Batuk tidak produktif, suara napas tambahan pada auskultasi, dispnea.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap persepsi ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
- Gejala dan Tanda: Klien dan keluarga menunjukkan tanda-tanda kecemasan, seperti khawatir dengan kondisi klien dan takut klien akan dirawat di rumah sakit.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Memberikan definisi dan ciri-ciri diagnosis keperawatan yang baku.
- Membantu perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Mengidentifikasi luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Membantu perawat dalam merencanakan intervensi yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Memberikan panduan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, berkualitas, dan berpusat pada pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 9814 | 25 Dec 2024
Klinis : Perawat melakukan pengkajian pada salah satu anggota keluarga dengan TB paru. TB Paru sudah diderita sejak 1 bulan yang lalu. Klien mengeluh batuknya kambuh lagi dengan dahak yang sulit disembuhkan dan kadang disertai dengan rasa nyeri saat batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan auskultasi paru terdengar suara nafas tambahan pada daerah bronkus arterior. Keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi dari klien serta khawatir klien akan dirawat di rumah sakit. Keluarga ingin klien segera sembuh.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif ditandai dengan adanya batuk yang kambuh dengan dahak yang sulit disembuhkan dan kadang disertai dengan rasa nyeri saat batuk, serta ditemukan suara napas tambahan pada daerah bronkus anterior saat auskultasi paru.
2. Kecemasan
Kecemasan ditandai dengan adanya kekhawatiran keluarga terhadap kondisi klien dan khawatir klien akan dirawat di rumah sakit. Keluarga ingin klien segera sembuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor Berhubungan: Gangguan struktur atau fungsi saluran napas.
- Karakteristik Definisi: Adanya sekret yang berlebihan, suara nafas tambahan, batuk tidak efektif, dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
- Faktor Berhubungan: Perubahan status kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Ekspresi verbal atau nonverbal dari kekhawatiran, rasa takut, dan keprihatinan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Kontrol Kecemasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan bersihan jalan napas.
- Intervensi: Monitoring jalan napas, suction, posisi semi fowler, dan latihan batuk efektif.
2. Manajemen Kecemasan
- Tujuan: Mengurangi kecemasan.
- Intervensi: Fasilitasi komunikasi, terapi relaksasi, dan edukasi.
Dalam kasus ini, perawat akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen jalan napas dan manajemen kecemasan untuk membantu klien dan keluarga mengatasi masalah yang dihadapi. -
Article No. 9815 | 25 Dec 2024
Klinis : keluhan utama gemetar dan keringat dingin yang sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga melaporkan otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, susah tidur, dada berdebar-debar, dan sering merasa lelah. Pasien tampak gelisah Pasien tidur hanya 3-4 jam per malam dan sering terbangun dengan perasaan gelisah. Pemeriksaan fisik: Tekanan darah 130/85 mmHg, denyut nadi 95 kali/menit (reguler), kadar gula darah sewaktu 80 mg/dL,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Ansietas Terkendali
- Pasien mampu mengidentifikasi penyebab ansietas
- Pasien menunjukkan tanda-tanda fisik yang terkendali (misalnya, denyut nadi normal, tidak ada keringat dingin)
- Pasien mampu melakukan relaksasi untuk mengatasi ansietas
- Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi ansietas
- Kaji tanda dan gejala ansietas
- Berikan informasi tentang ansietas dan penanganannya
- Ajarkan teknik relaksasi (pernafasan dalam, distraksi, visualisasi, dll.)
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan (misalnya, dokter atau psikolog)
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, pasien mengalami gejala-gejala ansietas, seperti gemetar, keringat dingin, otot tegang, pusing, sakit kepala, mudah marah, sulit tidur, jantung berdebar, dan sering merasa lelah. Pasien juga tampak gelisah dan hanya tidur 3-4 jam per malam. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ansietas".
Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mengendalikan tingkat ansietas yang dialami. Hal ini ditunjukkan dengan pasien mampu mengidentifikasi penyebab ansietas, menunjukkan tanda-tanda fisik yang terkendali, dapat melakukan relaksasi untuk mengatasi ansietas, serta dapat beristirahat dan tidur dengan baik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen ansietas, yaitu mengidentifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi ansietas, mengkaji tanda dan gejala ansietas, memberikan informasi tentang ansietas dan penanganannya, mengajarkan teknik relaksasi, memfasilitasi istirahat dan tidur yang cukup, memberikan dukungan emosional dan psikologis, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 9816 | 25 Dec 2024
Klinis : Seorang ibu berusia 30 tahun, gravida 0, para 1, dirawat di bangsal pascanatal, mengalami robekan perineum derajat dua saat melahirkan 6 jam yang lalu. Pasien tampak meringis karena nyeri. Saat ini, ia mengeluh nyeri di jalan lahir, dinilai 5 pada skala nyeri, ditandai dengan nyeri menusuk, diperburuk oleh gerakan, dan intermiten. Ia juga menggambarkan ketidaknyamanan di perutnya, mirip dengan kram menstruasi. Pasien melaporkan merasa lelah setelah melahirkan, kelelahan, kurang tidur, sedikit kebocoran ASI, dan kekhawatiran tentang pemberian ASI yang tidak mencukupi untuk bayinya. Keluarga menyebutkan bahwa bayi sering rewel selama menyusui, dan bayi sering melepaskan diri dari payudara ibu. Pasien menyangkal adanya keluhan apa pun selama kehamilannya, telah menyelesaikan imunisasi, dan menghadiri pemeriksaan antenatal secara teratur. Bayi yang lahir adalah perempuan yang sehat, dengan berat 3100 gram dan panjang 49 cm. Skor APGAR bayi adalah 7 pada menit ke-1 dan 9 pada menit ke-5 setelah lahir, yang menunjukkan tidak ada masalah dalam persalinan. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Denyut nadi: 90 kali/menit, Suhu: 37.0°C, Laju Pernapasan: 22 kali/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada kepala, leher, mata, telinga, dada, dengan payudara simetris tanpa kemerahan. Payudara terasa lembut saat diraba, puting susu kanan menonjol keluar, dan puting susu kiri interverd/masuk. Produksi ASI minimal tanpa menetes. Pada pemeriksaan abdomen, fundus uterus berada pada level pusar, teraba keras, kandung kemih kosong, Diastasis Recti Abdominis (kondisi ketika dua otot rektus abdominis di bagian perut terpisah): panjang 4 cm dan lebar 2 cm, Bising usus: 10 kali per menit. Tidak ada varises, edema, atau tanda-tanda Homan (nyeri di belakang lutut saat kaki ditekuk ke belakang secara paksa). Pada pemeriksaan genital, jahitan perineum terlihat dengan sedikit kemerahan tetapi tidak ada bintik merah atau pembengkakan tertentu. Tidak ada keluarnya darah/nanah dari jahitan dan jahitan masih utuh. Pasien melaporkan mengganti pembalut dua kali sehari, dengan keluarnya cairan berwarna merah berisi lendir dan sedikit berbau tidak sedap. Frekuensi buang air kecil 6-7 kali sehari dengan urin berwarna kuning tua, dan pasien tidak buang air besar karena takut jahitan terbuka. Pasien memiliki nafsu makan yang baik, berat badan saat ini 57 kg, tinggi badan 160 cm, tetapi ia kesulitan tidur karena bayinya rewel. Bayi menangis saat menyusu, dan isapannya tidak terus-menerus. Pasien buang air besar dan buang air kecil satu kali setiap 6 jam. Pasien bertanya kepada perawat tentang mengapa produksi ASI-nya rendah dan bagaimana ia dapat meningkatkannya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum derajat dua
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan dan bayi yang rewel
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit dan masalah dalam menyusui
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut
- Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 3 atau kurang
- Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa adanya peningkatan nyeri
- Pasien mengenali dan dapat mengatasi faktorfaktor yang memperparah nyeri
2. Pola tidur
- Pasien dapat tidur dengan durasi yang cukup (6-8 jam per hari)
- Pasien melaporkan istirahat dan tidur yang lebih baik
- Pasien mengenali dan dapat mengatasi faktorfaktor yang mengganggu pola tidurnya
3. Pemberian ASI yang efektif
- Pasien dapat menyusui bayi dengan pola yang teratur (setiap 2-3 jam)
- Bayi dapat menyusu dengan kuat dan isapan yang konsisten
- Pasien melaporkan produksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum derajat dua
- Manajemen nyeri: Berikan analgesik, kompres dingin pada daerah perineum, dan ajarkan teknik relaksasi
- Perawatan luka perineum: Bersihkan luka, oleskan salep antibiotik, dan ganti balutan secara teratur
- Edukasi: Ajarkan pasien tentang penyebab nyeri, faktor yang mempengaruhi, dan strategi penanganannya
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan dan bayi yang rewel
- Manajemen aktivitas dan istirahat: Bantu pasien untuk beristirahat saat bayi tidur, dan atur aktivitas pasien sesuai kemampuan
- Manajemen lingkungan: Buat lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur, minimalisir gangguan suara atau cahaya
- Edukasi: Ajarkan pasien teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit dan masalah dalam menyusui
- Optimalisasi pemberian ASI: Bantu pasien dalam posisi menyusui yang benar, ajarkan teknik isapan bayi yang efektif
- Peningkatan produksi ASI: Anjurkan pasien untuk menyusui secara sering dan rutin, berikan stimulasi payudara, serta ajarkan teknik perawatan payudara
- Edukasi: Beri edukasi tentang manfaat ASI, penyebab produksi ASI yang sedikit, dan strategi untuk meningkatkannya
- Konseling: Berikan dukungan dan konseling kepada pasien untuk mengatasi kekhawatiran terkait pemberian ASI -
Article No. 9818 | 25 Dec 2024
Klinis : Seorang ibu berusia 30 tahun, gravida 1, para O, dirawat di bangsal pasca persalinan, mengalami robekan perineum tingkat dua saat melahirkan 6 jam yang lalu. Pasien tampak meringis karena nyeri. Saat ini, ia mengeluhkan nyeri pada jalan lahir, dengan skala nyeri 5, yang ditandai dengan nyeri menusuk, memburuk saat bergerak, dan terputus-putus. Ia juga menggambarkan rasa tidak nyaman pada perutnya, seperti kram saat menstruasi. Pasien melaporkan merasa lelah setelah melahirkan, letih, kurang tidur, ASI sedikit keluar, dan khawatir tidak dapat memberikan ASI yang cukup untuk bayinya. Keluarga mengatakan bahwa bayinya sering rewel saat menyusui, dan bayinya sering sering terlepas dari payudara ibu. Pasien menyangkal memiliki keluhan selama kehamilannya, telah menyelesaikan imunisasi, dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi yang dilahirkan adalah seorang perempuan yang sehat, dengan berat badan 3100 gram dan panjang 49 cm. Skor APGAR bayi adalah 7 pada 1 menit dan 9 pada 5 menit setelah lahir, yang mengindikasikan tidak ada masalah persalinan. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 100/80 mmg, Nadi: 90 kali/menit, Suhu: 37,0°C, Kecepatan Pernapasan: 22 napas/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan temuan normal pada kepala, leher, mata, telinga, dada, dengan payudara yang simetris tanpa kemerahan. Payudara terasa lembut saat diraba, puting susu sebelah kanan masuk ke dalam, dan puting susu sebelah kiri masuk ke luar. Produksi ASI sedikit dan tidak menetes. Pada pemeriksaan abdomen, fundus uteri setinggi pusar, teraba keras, kandung kemih kosong, Diastasis Recti Abdominis: Panjang 4 cm dan lebar 2 cm, Bising usus: 10x per menit. Tidak ada varises, edema, atau tanda-tanda Homan. Pada pemeriksaan genital, jahitan perineum terlihat dengan kemerahan ringan tetapi tidak ada bintik merah atau pembengkakan. Tidak ada keluarnya darah/nanah dari jahitan dan jahitannya masih utuh. Pasien melaporkan mengganti pembalut dua kali sehari, dengan cairan berwarna merah yang mengandung lendir dan bau yang sedikit tidak sedap. Frekuensi buang air kecil 6-7 kali sehari dengan warna urine kuning tua, dan pasien belum buang air besar karena takut jahitannya terbuka. Pasien memiliki nafsu makan yang baik, berat badan saat ini 57 kg, tinggi 160 cm, tetapi ia mengalami kesulitan tidur karena bayinya yang rewel. Bayi menangis saat menyusu, dan menyusu tidak terus menerus. Pasien buang air besar dan buang air kecil setiap 6 jam sekali. Pasien bertanya kepada perawat mengapa produksi ASI-nya rendah dan bagaimana cara meningkatkannya. Hasil Laboratorium: Kadar hemoglobin 11,5 g/dL. Saat ini, pasien menerima Emibion 1 x 1 dan Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum tingkat dua
2. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan kelelahan pasca persalinan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
2. Pola Tidur Tidak Efektif: Pengalaman terus menerus mengalami kesulitan untuk memulai, mempertahankan, atau memperoleh jumlah atau kualitas tidur yang diinginkan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri.
2. Pola Tidur: Pola bangun dan tidur yang teratur.
3. Status Gizi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi kenyamanan pasien yang mengalami nyeri.
2. Manajemen Tidur: Tindakan untuk memfasilitasi tidur yang adekuat dan berkualitas.
3. Dukungan Laktasi: Tindakan untuk memaksimalkan produksi dan pemberian ASI.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan perineum tingkat dua: Pasien mengalami nyeri pada jalan lahir akibat robekan perineum saat persalinan. Nyeri ini perlu ditangani untuk mencapai kontrol nyeri yang efektif.
2. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan kelelahan pasca persalinan: Pasien mengalami kesulitan tidur akibat kelelahan setelah melahirkan. Intervensi manajemen tidur diperlukan untuk memfasilitasi pola tidur yang efektif.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi ASI yang sedikit: Pasien mengalami produksi ASI yang sedikit, yang dapat mempengaruhi status nutrisinya. Intervensi dukungan laktasi diperlukan untuk meningkatkan produksi ASI. -
Article No. 9819 | 25 Dec 2024
Klinis : Pasien tidak mampu batuk, terdapat darah pada area tenggorokan pasien, pasien mengeluh sesah dan terlihat gelisah. Pasien juga terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Pasien tidak mampu batuk, terdapat darah pada area tenggorokan, serta pasien mengeluh sesak dan terlihat gelisah, menunjukkan adanya hambatan dalam bersihan jalan napas. Selain itu, pasien juga terpasang NGT, yang dapat berkontribusi pada penurunan kemampuan klien dalam membersihkan jalan napas secara efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari sekret, mampu batuk efektif, dan mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
2. Tingkat Kenyamanan: Pasien menunjukkan rasa nyaman dan rileks, dengan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Status Nutrisi: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, dengan toleransi terhadap pemasukan nutrisi melalui NGT.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret dari jalan napas.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latih pasien untuk melakukannya secara mandiri.
d. Pertahankan posisi pasien semirekumbent untuk memfasilitasi drainase sekret.
2. Manajemen Kenyamanan
a. Berikan analgetik atau relaksan sesuai indikasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau gelisah.
b. Berikan dukungan psikologis dan komunikasi terapeutik untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
c. Monitor tanda-tanda vital secara berkala untuk memastikan stabilitas kondisi pasien.
3. Manajemen Nutrisi
a. Pantau toleransi pasien terhadap pemasukan nutrisi melalui NGT.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan formula dan kecepatan pemberian nutrisi yang sesuai.
c. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi untuk pemulihan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, memantau perkembangan, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga penting untuk memaksimalkan hasil perawatan.