Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9842 | 26 Dec 2024
Klinis : Perawat melakukan pengkajian pada salah satu anggota keluarga dengan TB paru. TB Paru sudah diderita sejak 1 bulan yang lalu. Klien mengeluh batuknya kambuh lagi dengan dahak yang sulit disembuhkan dan kadang disertai dengan rasa nyeri saat batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan auskultasi paru terdengar suara nafas tambahan pada daerah bronkus arterior. Keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi dari klien serta khawatir klien akan dirawat di rumah sakit. Keluarga ingin klien segera sembuh. Rumuskan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan simulasikan implementasi keperawatan pada kasus tersebut!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis dan rancangan asuhan keperawatan untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
- Penyebab: Hipersekresi, kelemahan otot napas, obstruksi jalan napas.
- Tanda dan Gejala: Batuk tidak produktif, suara napas tambahan, sputum kental dan sulit dikeluarkan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Sputum dapat dikeluarkan dengan mudah
- Tidak ada tanda-tanda distress napas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Kaji fungsi pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman napas)
- Lakukan fisioterapi dada (postural drainase, perkusi, vibrasi)
- Berikan bronkodilator inhalasi sesuai indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Pantau kelancaran jalan napas
- Kolaborasi pemberian oksigen dan tindakan suction jika perlu
2. Manajemen Ansietas
- Kaji tingkat ansietas pasien dan keluarga
- Beri informasi tentang kondisi pasien dan proses penyembuhan
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Anjurkan relaksasi, distraksi, dan teknik lainnya untuk mengurangi ansietas
Simulasi Implementasi Keperawatan:
1. Mengkaji fungsi pernapasan pasien: Frekuensi napas 24x/menit, suara napas tambahan di daerah bronkus anterior, sputum kental dan sulit dikeluarkan.
2. Melakukan fisioterapi dada: Posisikan pasien dalam posisi yang memfasilitasi drainase sputum, lakukan perkusi dan vibrasi dada untuk membantu mengeluarkan sputum.
3. Memberikan bronkodilator inhalasi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator sesuai indikasi untuk memperlancar jalan napas.
4. Mengajarkan teknik batuk efektif: Ajarkan pasien cara batuk efektif dengan menutup mulut dan menekan dada untuk membantu pengeluaran sputum.
5. Memantau kelancaran jalan napas: Evaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan dengan memantau frekuensi napas, suara tambahan, dan kemudahan pengeluaran sputum.
6. Memberikan dukungan emosional: Kaji tingkat ansietas pasien dan keluarga, beri informasi tentang kondisi pasien, libatkan keluarga dalam perawatan, dan berikan dukungan emosional dan spiritual.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan berupa bersihnya jalan napas pasien, penurunan ansietas pasien dan keluarga, serta peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola kondisinya. -
Article No. 9843 | 26 Dec 2024
Klinis : Pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak, adanya rasa sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak, adanya rasa sesak
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak, serta adanya rasa sesak, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
Pasien mengalami demam yang telah berlangsung selama 3 hari, yang merupakan tanda dari adanya proses infeksi di dalam tubuh.
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
Pasien mengalami rasa sakit saat menelan, yang dapat disebabkan oleh adanya proses infeksi di daerah tenggorokan.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
Pasien mengalami batuk berdahak dan sesak napas, yang menandakan adanya peningkatan produksi mukus yang mengganggu bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
- Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5°C)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pasien dapat mengenali dan menjelaskan penyebab hipertermia
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
- Pasien dapat mengontrol rasa nyeri saat menelan
- Pasien dapat mengenali dan menjelaskan penyebab nyeri
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
- Pasien dapat mengeluarkan dahak dengan efektif
- Frekuensi dan intensitas batuk berkurang
- Pasien dapat bernapas dengan nyaman dan tidak merasa sesak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Berikan kompres hangat pada area aksila dan leher
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau dingin secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam, jika perlu
- Edukasi pasien tentang penyebab dan penanganan hipertermia
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan kompres hangat atau dingin pada area tenggorokan
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau es batu
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, jika perlu
- Edukasi pasien tentang manajemen nyeri
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
- Lakukan suction untuk membantu pengeluaran dahak, jika perlu
- Berikan inhalasi uap air hangat untuk melembapkan jalan napas
- Anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan napas dalam
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi bronkodilator atau mukolitik, jika perlu
- Edukasi pasien tentang cara batuk efektif dan teknik relaksasi napas
Penjelasan rinci dan terperinci:
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur: Untuk mengidentifikasi perubahan suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi pasien.
- Berikan kompres hangat pada area aksila dan leher: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh secara bertahap dan menyediakan kenyamanan bagi pasien.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau dingin secara teratur: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi dan meningkatkan hidrasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam, jika perlu: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh secara lebih efektif, terutama jika kompres hangat dan asupan cairan tidak cukup.
- Edukasi pasien tentang penyebab dan penanganan hipertermia: Untuk membantu pasien memahami kondisinya dan berpartisipasi aktif dalam perawatannya.
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif: Untuk mengidentifikasi karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri yang dialami pasien.
- Berikan kompres hangat atau dingin pada area tenggorokan: Untuk membantu mengurangi rasa sakit dan inflamasi di area tenggorokan.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau es batu: Untuk membantu mengurangi rasa sakit saat menelan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, jika perlu: Untuk membantu mengurangi nyeri secara lebih efektif, terutama jika kompres dan asupan cairan tidak cukup.
- Edukasi pasien tentang manajemen nyeri: Untuk membantu pasien memahami dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyerinya.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
- Lakukan suction untuk membantu pengeluaran dahak, jika perlu: Untuk membantu mengeluarkan dahak yang mengganggu bersihan jalan napas.
- Berikan inhalasi uap air hangat untuk melembapkan jalan napas: Untuk membantu melembapkan jalan napas dan memudahkan pengeluaran dahak.
- Anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan napas dalam: Untuk membantu pasien mengeluarkan dahak secara efektif dan memperbaiki -
Article No. 9844 | 26 Dec 2024
Klinis : An A perempuan, usia 16 th, Berat Badan 45 kg, oleh keluarganya di bawa ke RSUD Kraton dengan keluhan utama demam, menurut keterangan pasien dan keluarganya, ± 3 bulan yang lalu pasien pernah opname di RS yang lain dengan keluhan yang sama panas naik turun, 5 hari sebelum pasien di bawa kembali ke RS panasnya kembali tinggi, saat di lakukan pengkajian Tgl 09 Desember 2024, jam 01.59 keadaan umum sedang kesadaran Compos Mentis, Tensi 110/70 x/mnt, Suh 389 °C, Nadi 106x/mnt, RR 21x/mnt, SPO2 97% Therapi Infus RL, Parasetamol 370 mg/6 jam, omeprazole 1amp/24 jam, Ceftriaxon 1 gram/24 jam, ondancetron 1amp/8 jam, Sultrafag 3x10 cc, Litacur 1x5 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
Dibuktikan dengan tanda-tanda vital: Suhu tubuh 38,9°C, nadi 106x/mnt, RR 21x/mnt. Pasien mengalami demam yang tinggi dan berulang.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertermia
Dibuktikan dengan tachykardia (nadi 106x/mnt) dan kenaikan suhu tubuh yang dapat menyebabkan vasokonstriksi dan gangguan pada perfusi jaringan.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui peningkatan suhu tubuh
Dibuktikan dengan demam tinggi yang berlangsung lama dapat menyebabkan dehidrasi akibat kehilangan cairan melalui keringat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali dalam batas normal (36,5-37,5°C)
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 110/70 mmHg, nadi 60-100x/mnt, RR 12-20x/mnt)
3. Tidak terjadi dehidrasi/kekurangan volume cairan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
a. Kaji suhu tubuh secara berkala
b. Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
c. Anjurkan pasien minum banyak cairan
d. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
2. Manajemen Cairan
a. Hitung intake dan output cairan
b. Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa kering, dll)
c. Berikan infus RL sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang
3. Manajemen Risiko
a. Kaji faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi pasien
b. Lakukan intervensi untuk mencegah komplikasi (misal: dehidrasi, sepsis, dll)
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen demam dan pencegahan komplikasi
Penjelasan rinci:
Pasien perempuan usia 16 tahun dengan keluhan utama demam yang tinggi dan berulang. Berdasarkan data pengkajian, pasien mengalami hipertermia dengan suhu tubuh 38,9°C, nadi 106x/menit, dan RR 21x/menit. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Kondisi hipertermia yang berlangsung lama dapat menyebabkan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan akibat vasokonstriksi dan dehidrasi. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen hipertermia, manajemen cairan, dan manajemen risiko untuk mencegah komplikasi.
Tujuan asuhan keperawatan adalah agar suhu tubuh kembali dalam batas normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan volume cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau suhu tubuh secara berkala, memberikan kompres hangat/dingin, menganjurkan pasien minum banyak cairan, memantau tanda-tanda vital, menghitung intake dan output cairan, memantau tanda-tanda dehidrasi, memberikan infus RL sesuai kebutuhan, mengkaji faktor risiko, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 9845 | 26 Dec 2024
Klinis : SIKI rileksasi otot progresif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, sebagai seorang dokter atau perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "SIKI rileksasi otot progresif" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F45.8
- Deskripsi: Gangguan somatoform lainnya, yang mencakup kondisi "SIKI rileksasi otot progresif". Kode ini menggambarkan gangguan mental yang ditandai dengan gejala fisik atau somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, yang mengganggu fungsi dan aktivitas sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Terapi relaksasi lainnya, yang dapat mencakup teknik SIKI rileksasi otot progresif. Kode ini menggambarkan prosedur terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot dan mencapai keadaan relaksasi.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 F45.8 untuk "Gangguan somatoform lainnya" menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami gejala fisik atau somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, seperti nyeri, kelelahan, atau gangguan fungsi organ. Dalam kasus "SIKI rileksasi otot progresif", pasien mungkin mengalami ketegangan otot yang persisten dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Kode ICD-9-CM 94.39 untuk "Terapi relaksasi lainnya" mencakup prosedur atau tindakan medis yang bertujuan untuk membantu pasien mencapai keadaan relaksasi, seperti teknik SIKI rileksasi otot progresif. Tindakan ini dapat dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih untuk membantu pasien mengelola stres dan ketegangan otot.
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kode diagnosis dan prosedur yang sesuai untuk kondisi "SIKI rileksasi otot progresif". Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9846 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan merasa lemas sepanjang hari meskipun sudah istirahat. Mengeluhkan adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki. Mengaku pola makan tidak terkontrol, sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan pada kondisi yang diderita oleh pasien, yaitu merasa lemas sepanjang hari, adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, serta pola makan tidak terkontrol dengan sering mengonsumsi makanan tinggi gula, maka diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM procedure (jika ada) adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan gejala-gejala yang umum dialami oleh penderita diabetes mellitus tipe 2, seperti lemas, kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, serta pola makan yang tidak terkontrol dengan sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
- Kode ICD-10 E11.9 menggambarkan diagnosis diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.22
- Deskripsi: Edukasi dan konseling tentang diabetes
Penjelasan:
- Untuk pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan yang diperlukan tidak hanya pengobatan farmakologis, tetapi juga edukasi dan konseling tentang manajemen penyakit, termasuk pengendalian pola makan.
- Kode ICD-9-CM 99.22 mencakup tindakan edukasi dan konseling yang dapat diberikan kepada pasien untuk membantu pengendalian diabetes mellitus tipe 2. -
Article No. 9847 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan merasa lemas sepanjang hari meskipun sudah istirahat. Mengeluhkan adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki. Mengaku pola makan tidak terkontrol, sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, yang berakibat pada penurunan kebugaran/kesehatan.
- Etiologi: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Fatigue Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Energi
- Peningkatan Mobilitas
- Manajemen Nutrisi
Rencana Keperawatan:
- Evaluasi status gizi dan pola makan pasien
- Edukasi tentang manajemen energi dan peningkatan aktivitas fisik yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang seimbang dan memenuhi kebutuhan energi pasien
- Monitoring tanda-tanda vital dan gejala lain yang mungkin muncul
Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas, mengurangi keluhan kelelahan, serta memperbaiki pola makan untuk mencapai status kesehatan yang optimal. -
Article No. 9848 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan merasa lemas sepanjang hari meskipun sudah istirahat. Mengeluhkan adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki. Mengaku pola makan tidak terkontrol, sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Fatigue (Kelelahan): Pasien mengeluhkan merasa lemas sepanjang hari meskipun sudah beristirahat, yang merupakan salah satu tanda dan gejala dari diagnosa ini.
2. Intoleransi Aktivitas: Kondisi pasien yang merasa lemas sepanjang hari menunjukkan adanya intoleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Sensasi Perifer: Pasien mengeluhkan adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, yang dapat menjadi salah satu tanda dan gejala dari diagnosa ini.
4. Manajemen Nutrisi Tidak Efektif: Pola makan pasien yang tidak terkontrol, sering mengonsumsi makanan tinggi gula, dapat mengarah pada diagnosa ini.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Fatigue (Kelelahan):
- Pasien dapat beristirahat cukup selama 8 jam setiap hari.
- Pasien dapat mengelola aktivitas sehari-hari tanpa merasa lemas.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kelelahan dini.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
- Pasien dapat mengelola energi dengan baik saat melakukan aktivitas.
- Pasien dapat mempertahankan kemampuan fungsional.
3. Gangguan Sensasi Perifer:
- Pasien dapat mengelola gejala kesemutan di ujung jari tangan dan kaki.
- Pasien dapat mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi.
- Pasien dapat meningkatkan mobilitas dan kemampuan fungsional.
4. Manajemen Nutrisi Tidak Efektif:
- Pasien dapat mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan nutrisi.
- Pasien dapat mengelola pola makan yang seimbang dan terkontrol.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Fatigue (Kelelahan):
- Kaji penyebab dan faktor risiko kelelahan.
- Bantu pasien dalam merencanakan dan mengatur aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi dan istirahat yang efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi kelelahan.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan fisik dan psikologis pasien dalam melakukan aktivitas.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien secara bertahap.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang tepat.
3. Gangguan Sensasi Perifer:
- Kaji penyebab dan gejala gangguan sensasi perifer.
- Ajarkan pasien tentang perawatan kulit dan pencegahan komplikasi.
- Berikan intervensi untuk mengurangi gejala kesemutan, seperti masase atau terapi panas/dingin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang diperlukan.
4. Manajemen Nutrisi Tidak Efektif:
- Kaji pola makan, preferensi makanan, dan kebutuhan nutrisi pasien.
- Berikan edukasi tentang gizi seimbang dan pentingnya kontrol pola makan.
- Berikan konseling dan dukungan untuk mengubah pola makan yang tidak sehat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memulihkan kondisinya secara optimal. -
Article No. 9849 | 26 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 4 jam yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sesak napas, berkeringat dingin, dan merasa sangat cemas. Riwayat penyakit sebelumnya menunjukkan hipertensi yang tidak terkontrol selama 5 tahun. Pasien tidak rutin meminum obat hipertensi yang diresepkan. Pemeriksaan fisik menunjukkan: Tekanan darah: 180/100 mmHg Frekuensi jantung: 110 kali/menit Frekuensi napas: 24 kali/menit Saturasi oksigen: 90% dengan nasal kanula 2 L/menit Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada murmur. Pemeriksaan EKG menunjukkan elevasi segmen ST pada lead II, III, dan aVF, mengindikasikan infark miokard akut inferior. Laboratorium menunjukkan: Troponin T: 1,8 ng/mL (normal <0,1 ng/mL)CK-MB: 45 U/L (normal 0
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Kondisi Pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut berdasarkan pemeriksaan EKG dan hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan Troponin T dan CK-MB.
2. Risiko perfusi jaringan kardiaks tidak efektif berhubungan dengan penyakit jantung koroner dan hipertensi yang tidak terkontrol.
3. Cemas berhubungan dengan ancaman nyata terhadap kesehatan berdasarkan keluhan pasien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke miokard.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
2. Risiko Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif:
- SDKI: Berisiko mengalami pengurangan aliran darah ke jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi untuk meningkatkan aliran darah ke jantung dan mengurangi risiko kerusakan jaringan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung dan mengurangi risiko kerusakan jaringan.
3. Cemas:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami pasien.
4. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik atau psikologis.
- SLKI: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan fisik dan psikologis dalam melakukan aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan fisik dan psikologis dalam melakukan aktivitas. -
Article No. 9850 | 26 Dec 2024
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Berhubungan dengan Aktivitas Kejang
Penjelasan:
- Risiko Cedera adalah diagnosa keperawatan yang mengindikasikan adanya kemungkinan terjadinya kerusakan fisik pada individu sebagai hasil dari interaksi antara kondisi kesehatan dan faktor lingkungan atau perilaku.
- Dalam kasus kejang, pasien memiliki risiko cedera yang tinggi karena gerakan kejang yang tidak terkontrol dapat menyebabkan trauma fisik, seperti luka pada kepala, patah tulang, atau luka pada jaringan lunak.
SDKI:
- Definisi: Kemungkinan terjadinya kerusakan fisik pada individu sebagai hasil dari interaksi antara kondisi kesehatan dan faktor lingkungan atau perilaku.
- Faktor Risiko: Aktivitas kejang, gangguan neurologis, riwayat cedera saat kejang sebelumnya.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami cedera selama atau setelah episode kejang.
- Kriteria Hasil: Pasien mempertahankan integritas kulit, pasien tidak mengalami fraktur, pasien tidak mengalami trauma kepala.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Kejang, Pencegahan Cedera, Observasi Tanda Vital.
- Tindakan Keperawatan: Memposisikan pasien dengan aman, menyingkirkan benda-benda di sekitar pasien, memonitor tanda-tanda vital secara berkala, memberikan tindakan pertolongan pertama jika terjadi cedera.
Sebagai perawat, saya akan berfokus pada pencegahan cedera dan pemantauan pasien dengan cermat selama dan setelah episode kejang untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 9851 | 26 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 4 jam yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sesak napas, berkeringat dingin, dan merasa sangat cemas. Riwayat penyakit sebelumnya menunjukkan hipertensi yang tidak terkontrol selama 5 tahun. Pasien tidak rutin meminum obat hipertensi yang diresepkan. Pemeriksaan fisik menunjukkan: Tekanan darah: 180/100 mmHg Frekuensi jantung: 110 kali/menit Frekuensi napas: 24 kali/menit Saturasi oksigen: 90% dengan nasal kanula 2 L/menit Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada murmur. Pemeriksaan EKG menunjukkan elevasi segmen ST pada lead II, III, dan aVF, mengindikasikan infark miokard akut inferior. Laboratorium menunjukkan: Troponin T: 1,8 ng/mL (normal <0,1 ng/mL)CK-MB: 45 U/L (normal 0-25 U/L)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut ditandai dengan nyeri dada menjalar ke lengan kiri, sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan ditandai dengan perasaan cemas yang sangat.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan infark miokard akut ditandai dengan peningkatan frekuensi jantung dan penurunan saturasi oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan skor nyeri.
- Pasien akan tampak rileks dan tenang.
- Tanda-tanda vital pasien akan membaik.
2. Ansietas:
- Pasien akan melaporkan penurunan tingkat kecemasan.
- Pasien akan tampak lebih tenang dan kooperatif.
- Pasien akan mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
3. Penurunan Curah Jantung:
- Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- Pasien akan mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Ansietas:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Berikan informasi tentang kondisi dan proses pengobatan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
- Kolaborasi pemberian obat anti-ansietas jika diperlukan.
3. Penurunan Curah Jantung:
- Pantau tanda-tanda vital secara ketat.
- Atur posisi pasien untuk memaksimalkan perfusi.
- Kolaborasi pemberian oksigen dan obat-obatan sesuai indikasi.
- Edukasi pasien tentang aktivitas yang aman.
- Pantau intake dan output cairan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data klinis yang ditemukan, yaitu nyeri dada, sesak napas, perubahan tanda-tanda vital, dan kecemasan yang dialami pasien. Nyeri akut terkait dengan infark miokard akut, ansietas terkait dengan ancaman terhadap status kesehatan, dan penurunan curah jantung terkait dengan dampak infark miokard akut.
Luaran/output yang diharapkan mencakup penurunan nyeri, penurunan kecemasan, dan peningkatan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian yang komprehensif, kolaborasi dengan tenaga medis, edukasi, dan penerapan terapi farmakologis dan non-farmakologis.
Penekanan diberikan pada pemantauan yang ketat, manajemen gejala, dan persiapan pasien untuk pemulihan. Intervensi harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan untuk mencapai luaran yang diharapkan.