Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9829 | 26 Dec 2024
Klinis : mual + muntah -, nyeri kepala + sulit makan +. BAB BAK dbn
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah
2. Nyeri Kepala
3. Ketidakefektifan Pola Makan
4. Gangguan Eliminasi Bowel dan Kandung Kemih
Penjelasan singkat:
1. Mual dan Muntah
- SDKI: Mual dan Muntah
- SLKI: Manajemen Mual dan Muntah
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual dan muntah, seperti pemberian antiemetik, terapi relaksasi, dan pengaturan pola makan.
2. Nyeri Kepala
- SDKI: Nyeri Kepala
- SLKI: Manajemen Nyeri Kepala
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri kepala, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan kompres dingin.
3. Ketidakefektifan Pola Makan
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Makan
- SLKI: Manajemen Pola Makan
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan pola makan, seperti edukasi gizi, pemberian makanan yang sesuai, dan pemantauan asupan nutrisi.
4. Gangguan Eliminasi Bowel dan Kandung Kemih
- SDKI: Gangguan Eliminasi Bowel dan Kandung Kemih
- SLKI: Manajemen Eliminasi Bowel dan Kandung Kemih
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan eliminasi bowel dan kandung kemih, seperti pengaturan pola eliminasi, pemberian laksatif atau diuretik, dan pemantauan input/output cairan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 9830 | 26 Dec 2024
Klinis : mual + muntah -, nyeri kepala + sulit makan +. BAB BAK dbn
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Mual dan Muntah
- Definisi: Sensasi tidak nyaman yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah, disertai dengan kontraksi otot abdomen.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit gastrointestinal, efek samping obat, stres psikologis, ketidakseimbangan elektrolit, kemoterapi.
2. Nyeri Kepala
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat aktivitas atau kerusakan sistem saraf yang berhubungan dengan kepala.
- Faktor yang Berhubungan: Stres, dehidrasi, gangguan visual, penyakit sistemik.
3. Ketidakefektifan Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Mual, muntah, anoreksia, nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mual dan Muntah:
- Tidak ada episode mual dan muntah
- Pasien dapat mempertahankan asupan makanan dan cairan yang adekuat
- Pasien melaporkan penurunan tingkat keparahan mual
2. Nyeri Kepala:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri kepala
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri kepala
- Pasien dapat mempertahankan aktivitas harian yang penting
3. Ketidakefektifan Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai
- Pasien dapat mengonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau malnutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mual dan Muntah:
- Identifikasi dan atasi penyebab mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual
- Bantu pasien mengonsumsi makanan dan cairan yang mudah dicerna
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi
2. Nyeri Kepala:
- Identifikasi faktor penyebab nyeri kepala
- Berikan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatasi faktor penyebab nyeri kepala (misalnya dehidrasi)
- Anjurkan istirahat yang cukup
3. Ketidakefektifan Nutrisi:
- Pantau status nutrisi dan cairan pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Bantu pasien mengonsumsi makanan dan cairan yang disukai
- Ajarkan teknik makan yang nyaman
- Motivasi dan dukung pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan mengatasi kondisi mual, muntah, nyeri kepala, dan ketidakefektifan nutrisi pada pasien. -
Article No. 9831 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis awal dari pasien adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi di rongga dada
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Radiografi dada, proyeksi tunggal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan lesi di rongga dada) sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Radiografi dada, proyeksi tunggal) merupakan prosedur diagnostik yang dilakukan untuk mendeteksi adanya lesi di paru, yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
Dalam proses diagnosis dan manajemen selanjutnya, dokter atau perekam medik perlu mempertimbangkan pemeriksaan lebih lanjut, seperti tes mikrobiologi (misalnya pemeriksaan sputum untuk deteksi Mycobacterium tuberculosis) dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memastikan diagnosis dan menentukan rencana pengobatan yang sesuai. -
Article No. 9832 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien pria berusia 45 tahun yang datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif
Untuk kode ICD-9-CM prosedur atau tindakan medis, belum dapat ditentukan secara pasti karena informasi yang diberikan tidak mencakup tindakan spesifik yang dilakukan. Namun, beberapa prosedur yang mungkin dilakukan dalam penanganan kasus ini antara lain:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.21
- Deskripsi: Bronkoskopi
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologi dahak untuk tuberkulosis
Bronkoskopi mungkin dilakukan untuk memperoleh sampel jaringan atau cairan dari lesi di paru untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sementara pemeriksaan mikrobiologi dahak diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 9833 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret paru akibat tuberkulosis paru.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan bersihan jalan napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dengan menunjukkan parameter seperti frekuensi napas normal, irama napas teratur, bunyi napas normal, dan tidak ada sesak napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen jalan napas: Mengatur posisi pasien, memfasilitasi batuk efektif, melakukan suction jika perlu, dan memantau status pernapasan.
- Terapi oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen batuk, pentingnya istirahat, dan nutrisi yang cukup.
Secara keseluruhan, pasien dengan tuberkulosis paru memerlukan penanganan yang komprehensif untuk mempertahankan jalan napas yang efektif, mengatasi komplikasi, dan mendukung proses pemulihan. -
Article No. 9834 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan perspektif keperawatan yang sesuai.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Faktor yang berhubungan: Produksi sekresi yang berlebihan, penyakit pernapasan kronis (tuberkulosis paru).
b. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit pernapasan kronis (tuberkulosis paru), malnutrisi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Indikator:
- Bebas dari sputum yang berlebihan
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada suara napas tambahan
b. Toleransi Aktivitas Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Indikator:
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
- Tidak ada kelelahan yang berlebihan saat beraktivitas
- Tidak ada penurunan berat badan yang signifikan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan fisik, dan status oksigenasi
- Auskultasi suara napas danidentifikasi adanya suara tambahan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat, seperti bronkodilator dan mukolitik
- Berikan posisi yang nyaman untuk memudahkan drainase sekresi
- Lakukan suction bila diperlukan
b. Intoleransi Aktivitas
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Berikan istirahat yang cukup
- Atur aktivitas dan jadwalkan aktivitas sesuai toleransi
- Berikan gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein
- Ajarkan teknik menghemat energi saat beraktivitas
- Berikan motivasi dan dukungan psikologis untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Dengan penjelasan yang rinci di atas, diharapkan Anda dapat memahami langkah-langkah keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Sebagai seorang perawat, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9835 | 26 Dec 2024
Klinis : Defisit nutriai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
Penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai intake nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial-ekonomi, atau lingkungan yang mempengaruhi asupan atau penggunaan nutrisi oleh tubuh.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari perawatan pasien dengan Defisit Nutrisi adalah:
1. Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
2. Berat badan sesuai standar
3. Tidak terjadi komplikasi terkait defisit nutrisi
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Nutrisi antara lain:
1. Analisis status nutrisi
2. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral
3. Edukasi tentang nutrisi yang adekuat
4. Monitoring asupan dan output nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan rencana diet
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi Defisit Nutrisi yang dialami. -
Article No. 9836 | 26 Dec 2024
Klinis : Ckd post dialisis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut saya paparkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi CKD post dialisis:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan dispnea.
- Definisi: Kondisi di mana terdapat volume cairan yang berlebih dalam tubuh yang melebihi kebutuhan normal.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal yang mengganggu kemampuan ginjal untuk membuang kelebihan cairan dari tubuh.
- Tanda dan gejala: Edema, peningkatan berat badan, dispnea, kenaikan tekanan darah, distensi vena leher.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan malabsorbsi, ditandai dengan penurunan berat badan.
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Penyebab: Anoreksia, mual, malabsorbsi akibat penyakit ginjal kronis.
- Tanda dan gejala: Penurunan berat badan, penurunan massa otot, kadar albumin rendah.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
- Jumlah cairan masuk dan keluar seimbang
- Tidak ada edema
- Berat badan stabil
- Tidak ada gejala kelebihan cairan (dispnea, distensi vena leher)
- Target: Pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
2. Status Gizi Adekuat
- Indikator:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Intake nutrisi adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (kadar albumin normal, massa otot baik)
- Target: Pasien mencapai status gizi yang optimal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik dan dialisis jika perlu
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
2. Manajemen Nutrisi
- Lakukan asesmen nutrisi komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi optimal
- Berikan makanan/suplemen sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai
- Monitor status nutrisi secara berkala (berat badan, kadar albumin, dll.)
Penjelasan rinci:
Pasien dengan CKD post dialisis mengalami gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan nutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah kelebihan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi. Luaran yang diharapkan adalah pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal dan status gizi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen cairan (monitor input-output, pembatasan cairan, kolaborasi pemberian diuretik/dialisis) dan manajemen nutrisi (asesmen, kolaborasi ahli gizi, pemberian makanan/suplemen, edukasi diet). Intervensi ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan cairan dan status gizi yang optimal bagi pasien CKD post dialisis. -
Article No. 9837 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol rasa nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penyebab:
1. Agen cedera fisik
2. Agen cedera psikologis
3. Disfungsi neurotransmitter
4. Gangguan aliran darah
Gejala dan Tanda:
1. Ekspresi verbal tentang nyeri
2. Perubahan tanda-tanda vital
3. Perubahan perilaku
4. Perubahan fungsi sensori
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri terkontrol
2. Tingkat kenyamanan meningkat
3. Kemampuan mengatasi nyeri meningkat
4. Kepuasan terhadap manajemen nyeri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri farmakologis
2. Manajemen nyeri non-farmakologis
3. Monitoring tanda-tanda vital
4. Pendidikan manajemen nyeri
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, mengidentifikasi penyebab nyeri, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen nyeri secara farmakologis dan non-farmakologis untuk membantu pasien mencapai tingkat nyeri yang terkontrol, kenyamanan yang meningkat, dan kepuasan terhadap pengelolaan nyerinya. -
Article No. 9838 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Nyeri: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Penyebab Nyeri: cedera, penyakit, atau prosedur medis
3. Faktor yang Mempengaruhi: psikologis, sosial, dan lingkungan
4. Respons Nyeri: perilaku verbal dan non-verbal, perubahan fisiologis, dan dampak pada fungsi dan kualitas hidup
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri
2. Tingkat Nyeri: intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien
3. Kualitas Hidup: kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: tindakan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi nyeri
2. Terapi Modalitas Nyeri: penggunaan terapi non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
3. Edukasi Pasien: pemberian informasi tentang nyeri dan strategi pengelolaan nyeri
Penjelasan:
Manajemen nyeri merupakan salah satu fokus utama dalam praktik keperawatan. Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien. Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan penilaian komprehensif terhadap nyeri, menetapkan tujuan perawatan, dan mengimplementasikan intervensi yang efektif untuk mengelola nyeri pasien. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kontrol nyeri, menurunkan tingkat nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.