Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21076 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut dan mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit perut dan mual:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau lambat, dengan tingkat ringan hingga berat, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial.
2. Mual (00134)
Definisi: Perasaan ingin muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau lambat, dengan tingkat ringan hingga berat, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial.
2. Mual
Kode: 00134
Definisi: Perasaan ingin muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian Nyeri
Kode: 1605
Definisi: Tingkat kenyamanan individu yang dilaporkan atau ditunjukkan selama pengurangan nyeri ke tingkat yang dapat diterima.
2. Kontrol Mual
Kode: 1618
Definisi: Tingkat kenyamanan individu yang dilaporkan atau ditunjukkan selama mual berkurang atau tidak ada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
Kode: 1400
Definisi: Upaya untuk mengenali dan mengendalikan nyeri pada pasien.
2. Manajemen Mual dan Muntah
Kode: 2440
Definisi: Upaya untuk mengenali dan mengendalikan mual dan muntah pada pasien.
Tone akademis dan persona pakar/perawat:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan sakit perut dan mual, diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Nyeri akut dan Mual. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut telah dijabarkan di atas beserta kode dan definisinya sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sebagai perawat, saya akan membantu pasien untuk mengenali dan mengendalikan nyeri serta mual yang dialaminya melalui manajemen nyeri dan manajemen mual dan muntah yang tepat. -
Article No. 21077 | 26 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 27 tahun diantar oleh keluarganya ke Instalasi Gawat Darurat RS TNI AD TK II Pelamonia Makassar pada tanggal 28 April 2023 dengan diagnosis Congestive Heart Failure (CHF). Pasien masuk dengan keluhan sesak napas. Pasien mengeluh sesak napas sejak tidak mendapatkan O2 di rumah disertai dengan mual dan pusing, pasien mengatakan merasakan nyeri dada saat batuk dan sesak napas, keringat dingin serta edema pada wajah, perut dan ekstremitas bawah pasien sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki Riwayat jantung bawaan. Dari hasil pengkajian, didapatkan GCS pasien M5V4E3, kesadaran apatis, pasien tampak lemah dan mudah lelah jika bergerak, tampak pasien tidak nyaman ketika berbaring ditempat tidur, nadi teraba lemah, ekstremitas teraba dingin, perkusi thorax terdengar pekak, terdengar bunyi jantung gallop, pitting edema 3. Pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan tekanan darah: 128/90 mmHg, nadi: 120x/menit, suhu: 36,9°C, pernapasan: 50x/menit, SpO2: 59%. Hasil pemeriksaan yang lain didapatkan EKG menunjukkan sinus takikardia, pemeriksaan darah didapatkan WBC: 11.69 10^3/uL serta kimia darah didapatkan Albumin: 2.67 g/dl, Kreatinin: 0.58 mg/dl dan eGFR(CKD-EPI): eGFR <60 ml/menit/1.73 m2 dan berlangsung selama >3bulan menunjukkan adanya Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Saat masuk rumah sakit pasien diberikan posisi fowler, pemberian terapi oksigen NRM 12 liter/menit, pemasangan infus dengan abocath 20, cairan yang terpasang Nacl 0,9% 10 tetes/menit, terapi yang diberikan furosemide 2 ml, Dexametazone 1 ml, digoxin 1 ampul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan sesak napas, ditandai dengan pasien tampak lemah dan mudah lelah saat bergerak.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan penumpukan cairan di paru-paru, ditandai dengan sesak napas, perkusi thoraks terdengar pekak, dan pernapasan 50x/menit.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan pada fungsi jantung, ditandai dengan edema pada wajah, perut, dan ekstremitas bawah.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan jantung, ditandai dengan nyeri dada saat batuk dan sesak napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien mampu mendemonstrasikan teknik aktivitas yang tepat.
- Pasien dapat beradaptasi dengan peningkatan toleransi aktivitas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Pasien dapat menunjukkan jalan napas yang bersih dan bebas dari sputum.
- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sputum.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda penurunan edema.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
- Pasien dapat menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat.
4. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beradaptasi dengan pengurangan atau penghilangan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kapasitas aktivitas pasien.
- Rencanakan aktivitas dengan mempertimbangkan toleransi pasien.
- Ajarkan teknik-teknik aktivitas yang tepat, seperti pengaturan energi dan istirahat yang cukup.
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk rehabilitasi.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Kaji pola pernapasan dan karakteristik sputum.
- Berikan posisi yang memfasilitasi ekspansi paru-paru.
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas jika perlu.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk latihan pernapasan.
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Pantau tanda-tanda kelebihan cairan, seperti edema.
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan.
- Berikan diuretik sesuai resep dokter.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan asupan cairan dan elektrolit.
4. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri yang komprehensif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan dengan mempertimbangkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan. Diharapkan penjelasan ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 21079 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien mengeluh mual,pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mual dan pusing.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Mual" (SDKI, 2017). Mual didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, gangguan gastrointestinal, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual: Pasien mampu mengendalikan rasa mual yang dirasakan.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala mual dan pusing yang dialami.
3. Stabilitas Tanda Vital: Tanda vital pasien, seperti tekanan darah, nadi, dan suhu, berada dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual:
a. Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya efek samping obat, kondisi medis, kecemasan, dll.).
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab mual.
c. Berikan intervensi farmakologis (antiemetik) atau nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, kompres dingin) untuk mengurangi mual.
d. Ajarkan pasien teknik manajemen mual, seperti makan sedikit tapi sering, menghindari makanan yang memperburuk mual, dll.
e. Pantau tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
2. Manajemen Gejala:
a. Identifikasi gejala-gejala yang dialami pasien, seperti pusing, sakit kepala, atau kelelahan.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab gejala.
c. Berikan intervensi untuk mengurangi gejala, seperti pemberian analgesik, antivertigo, atau istirahat yang cukup.
d. Ajarkan pasien strategi manajemen gejala, seperti penggunaan teknik relaksasi atau distraksi.
e. Pantau respons pasien terhadap intervensi dan evaluasi efektivitasnya.
3. Pemantauan Tanda Vital:
a. Ukur tanda vital pasien secara rutin, termasuk tekanan darah, nadi, suhu, dan laju pernapasan.
b. Bandingkan hasil pengukuran dengan nilai normal dan analisis tren perubahan.
c. Laporkan kepada tenaga kesehatan lain jika terjadi perubahan yang signifikan pada tanda vital.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan tindakan yang tepat jika terjadi perubahan tanda vital.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan keluhan mual dan pusing. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut.
Wassalamualaikum. -
Article No. 21080 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien mengeluh mual,pusing pasien terpasang noreepineprin 0,1 mcg, td 100/67
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh". Hal ini didasarkan pada keluhan pasien yaitu mual dan pusing, yang dapat mengganggu asupan nutrisi dan cairan tubuh. Selain itu, pemberian norepinefrin 0,1 mcg dapat menyebabkan efek samping berupa mual dan pusing, sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan nutrisi pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai, ditandai dengan:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 80-100 x/menit, suhu 36,5-37,5°C)
- Tidak ada keluhan mual dan pusing
- Intake dan output cairan seimbang
2. Asupan nutrisi yang adekuat, ditandai dengan:
- Berat badan stabil atau meningkat sesuai kebutuhan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Pasien dapat menerima dan menghabiskan makanan yang disediakan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemantauan intake dan output cairan serta keseimbangan cairan
3. Pemberian terapi cairan intravena sesuai kebutuhan
4. Manajemen mual dan pusing, misalnya dengan pemberian antiemetik atau terapi komplementer (aromaterapi, akupresur)
5. Pengkajian dan monitoring status nutrisi pasien
6. Pemberian makanan yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti makanan dengan tekstur lunak atau mudah dicerna
7. Edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk pemulihan
8. Kolaborasi dengan tim medis lain (dokter, ahli gizi) untuk optimalisasi penanganan nutrisi pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh" dipilih karena keluhan mual dan pusing yang dialami pasien dapat menghambat asupan makanan dan cairan, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Pemberian norepinefrin juga dapat menyebabkan efek samping berupa mual dan pusing, yang dapat memperburuk kondisi nutrisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit, serta asupan nutrisi yang adekuat. Hal ini penting untuk mendukung pemulihan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, penanganan mual dan pusing, serta pengkajian dan optimalisasi status nutrisi pasien. Kolaborasi dengan tim medis lain juga diperlukan untuk memastikan penanganan yang komprehensif.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang terstruktur dan komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memperoleh pemulihan yang optimal. -
Article No. 21081 | 26 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Kode SDKI: 00092
Definisi: Keterbatasan pada toleransi aktivitas fisik.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kode SDKI: 00002
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons klien terhadap masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat. Setiap diagnosa keperawatan dalam SDKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Setiap luaran keperawatan dalam SLKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Setiap intervensi keperawatan dalam SIKI memiliki kode dan definisi yang jelas.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 21082 | 26 Aug 2025
Klinis : demam , batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi demam dan batuk dengan tone akademis dan persona pakar/nurse, berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Hipertermia
Kode SDKI: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
3. Batuk
Kode SDKI: 00037
Definisi: Respons refleks untuk membersihkan jalan napas dengan mengeluarkan udara secara paksa.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kumpulan diagnosa keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia.
- Terdiri dari definisi, karakteristik, faktor terkait, dan kode diagnosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kumpulan luaran keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan kode luaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kumpulan intervensi keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan kode intervensi.
Dalam konteks ini, perawat perlu menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk merumuskan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk diagnosa, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 21083 | 26 Aug 2025
Klinis : Apsien diare 10 x sudah 5 hari, mual nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien diare 10 kali dalam 5 hari, mual, dan nafsu makan menurun, dapat ditetapkan beberapa diagnosis keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Defisit Volume Cairan
- Kode SDKI: 00027
- Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Keseimbangan Cairan
- Kode SLKI: 00001
- Definisi: Keadaan seimbang antara asupan dan pengeluaran cairan dalam tubuh.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Manajemen Cairan
- Kode SIKI: 00001
- Definisi: Upaya untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami diare yang dapat menyebabkan defisit volume cairan. Hal ini dapat ditangani melalui manajemen cairan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemberian cairan oral atau intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan edukasi terkait perawatan diri.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar/perawat, Anda dapat menggunakan penjelasan ini sebagai panduan dalam menetapkan diagnosis keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 21041 | 25 Aug 2025
Klinis : kembung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi kembung sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Kembung (Constipation) - Kode: 00011
Definisi:
Kembung atau konstipasi adalah keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar, dengan frekuensi yang lebih sedikit dari normal, disertai dengan tinja yang keras dan kering.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00011
Judul: Kembung
Definisi: Keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar, dengan frekuensi yang lebih sedikit dari normal, disertai dengan tinja yang keras dan kering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 00011
Judul: Pengeluaran Usus Teratur
Definisi: Kemampuan untuk mengeluarkan tinja secara teratur dan lancar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 00011
Judul: Manajemen Kembung
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi kembung atau konstipasi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Kembung (Constipation) merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar, dengan frekuensi yang lebih sedikit dari normal, disertai dengan tinja yang keras dan kering. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memiliki kode 00011 dengan definisi yang sama. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) terkait dengan diagnosa ini adalah Pengeluaran Usus Teratur (LS 00011), yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengeluarkan tinja secara teratur dan lancar. Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah Manajemen Kembung (IP 00011), yang mencakup serangkaian tindakan untuk mengatasi kondisi kembung atau konstipasi. -
Article No. 21042 | 25 Aug 2025
Klinis : Seorang anak perempuan usia 5 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu, disertai sakit kepala hebat, muntah proyektil, dan kejang 1 kali sebelum masuk rumah sakit. Orang tua juga melaporkan anak tampak mengantuk dan kurang responsif sejak pagi hari. Riwayat kehamilan dan persalinan baik. Tidak ada riwayat trauma kepala. Riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis paru pada anggota keluarga dinyatakan positif. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: sakit sedang-berat, anak tampak somnolen Tanda vital: Suhu: 39,5 °C Nadi: 120x/menit RR: 28x/menit TD: 110/70 mmHg Status neurologis: GCS: E3 M5 V3 (total 11) Kaku kuduk (+) Brudzinski sign (+) Kernig sign (+) Papil edema (+) pada funduskopi Tidak ditemukan kelumpuhan fokal, tetapi pasien tampak fotofobia Pemeriksaan laboratorium: Leukosit: 18.000/?L (neutrofil dominan) CRP: meningkat Kultur darah: pending Pungsi lumbal: Tekanan pembukaan: meningkat Cairan keruh Sitologi: leukosit 800/?L (90% neutrofil) Protein: meningkat Glukosa: rendah (20 mg/dL, plasma 90 mg/dL)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: {\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl\f0\fswiss\fcharset0 Arial;}\f0\fs24
\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\line
\b Kode: 00028\b0\line
\b Nama: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral\b0\line
\line
\b PENJELASAN SINGKAT\b0\line
Diagnosis ini ditetapkan berdasarkan temuan klinis yang menunjukkan gangguan perfusi serebral sekunder akibat proses infeksi dan inflamasi pada meninges. Data pendukung utama meliputi: penurunan kesadaran (somnolen, GCS 11), tanda meningeal (kaku kuduk, Brudzinski, Kernig positif), peningkatan tekanan intrakranial (papil edema, tekanan pembukaan meningkat pada pungsi lumbal), serta bukti laboratorium cairan serebrospinal yang konsisten dengan meningitis bakterial (cairan keruh, pleositosis neutrofil, peningkatan protein, dan penurunan glukosa).\line
\line
\b STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI)\b0\line
\b Kode: 00028\b0\line
\b Definisi:\b0 Risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak yang dapat menyebabkan gangguan fungsi neurologis.\line
\b Karakteristik Mayor:\b0 Perubahan status mental, peningkatan tekanan intrakranial.\line
\b Karakteristik Minor:\b0 Perubahan tanda vital, perilaku/emosional.\line
\line
\b STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)\b0\line
\b Kode: 1402\b0\line
\b Nama Luaran:\b0 Status Sirkulasi Serebral\line
\b Indikator:\b0\line
1. Tingkat kesadaran\line
2. Fungsi kognitif\line
3. Tanda vital dalam rentang normal\line
4. Tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial\line
\b Skala Pengukuran:\b0 1 (selalu terganggu) hingga 5 (tidak pernah terganggu)\line
\line
\b STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)\b0\line
\b Kode: 2620\b0\line
\b Nama Intervensi:\b0 Manajemen Perfusi Serebral\line
\b Aktivitas:\b0\line
1. Monitor status neurologis setiap 2-4 jam (GCS, pupil, tanda vital)\line
2. Pertahankan posisi kepala elevasi 30°\line
3. Hindari manuver yang meningkatkan tekanan intrakranial (mis. fleksi leher berlebihan)\line
4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan\line
5. Kolaborasi pemberian antibiotik dan terapi simtomatik (antipiretik, antikonvulsan)\line
6. Monitor balance cairan dan elektrolit\line
7. Berikan edukasi pada keluarga tentang tanda-tanda deteriorasi neurologis\line
\line
\b Catatan:\b0 Diagnosis ini memerlukan pendekatan kolaboratif dengan tim medis mengingat kondisi akut dan potensi komplikasi neurologis yang mengancam jiwa. Pemantauan ketat dan intervensi tepat waktu merupakan aspek kritis dalam tatalaksana kasus ini.\line
} -
Article No. 21043 | 25 Aug 2025
Klinis : tumor paru
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi terkait kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi tumor paru:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C34
- Deskripsi: Tumor ganas pada bronkus dan paru
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 32.2x
- Deskripsi: Lobektomi paru, termasuk segmentektomi atau kuadrantektomi paru
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 C34 digunakan untuk menggambarkan tumor ganas (kanker) yang terjadi pada bronkus dan paru-paru. Kategori ini mencakup semua jenis kanker paru, seperti karsinoma sel kecil, karsinoma sel non-kecil, dan tumor ganas lainnya pada organ paru.
2. Terkait prosedur/tindakan medis, kode ICD-9-CM 32.2x mencakup berbagai jenis pembedahan pengangkatan sebagian paru, seperti lobektomi, segmentektomi, atau kuadrantektomi paru. Tindakan ini dilakukan sebagai salah satu modalitas pengobatan untuk tumor ganas paru.
Sebagai dokter atau perekam medis, kode-kode ini digunakan untuk mengkodekan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan tumor paru, sehingga dapat digunakan untuk keperluan dokumentasi, tagihan, serta analisis epidemiologi dan penelitian medis.