Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9915 | 27 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, Ny. R (40 tahun) dirawat di ruang bedah dengan cidera kepala. Hasil pengkajian TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi 60x/menit, kesadaran somnolen, muntah menyembur (proyektil), respon pupil melambat. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
Diagnosa Keperawatan: Penurunan Kesadaran
Definisi: Keterbatasan dalam merespon terhadap rangsangan internal dan eksternal.
Penyebab: Cedera kepala.
Tanda dan Gejala: Kesadaran somnolen, respon pupil melambat, muntah menyembur (proyektil).
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
a. Luaran Utama: Tingkat Kesadaran
Definisi: Kemampuan individu untuk merespon secara tepat terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
Kriteria Hasil:
- Pasien mencapai tingkat kesadaran komposmentis.
- Pasien menunjukkan respon yang sesuai terhadap rangsangan.
- Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Luaran Tambahan:
- Hemodinamik Stabil: Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Tidak ada Tanda-Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial: Tidak ada muntah menyembur, respon pupil normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, antara lain:
a. Pemantauan Kesadaran
- Lakukan penilaian tingkat kesadaran pasien secara berkala menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS).
- Amati tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti perubahan pupil, muntah, dan perubahan tanda-tanda vital.
b. Manajemen Jalan Napas dan Oksigenasi
- Pasang alat bantu napas yang sesuai, seperti oksigen nasal atau ventilasi mekanik, untuk menjaga oksigenasi.
- Evaluasi status pernapasan dan oksigenasi secara berkala.
c. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Pantau intake dan output cairan pasien.
- Lakukan terapi cairan intravena sesuai kebutuhan untuk menjaga status hemodinamik.
- Pantau kadar elektrolit dan lakukan koreksi jika diperlukan.
d. Manajemen Nyeri
- Identifikasi dan evaluasi sumber nyeri yang mungkin dialami pasien.
- Berikan terapi analgesik yang sesuai untuk mengurangi nyeri.
e. Pencegahan Komplikasi
- Lakukan posisioning dan mobilisasi pasien untuk mencegah komplikasi.
- Berikan perawatan kulit dan pencegahan luka tekan.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan lakukan tindakan pencegahan.
Penjelasan di atas memberikan gambaran diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk menangani kasus penurunan kesadaran akibat cedera kepala pada pasien Ny. R. Diharapkan dengan asuhan keperawatan yang komprehensif, kondisi pasien dapat membaik dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9916 | 27 Dec 2024
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang bersih.
Penyebab:
Berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
Kode SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
00031
Kode SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
0301 Bersihan Jalan Nafas
Kode SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I0180 Manajemen Jalan Nafas
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" merujuk pada kondisi ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga mengakibatkan jalan nafas tidak bersih. Hal ini berhubungan dengan hipersekresi pada jalan nafas.
Standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencakup tiga komponen utama, yaitu:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yang memberikan kode dan definisi diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang menyediakan kode dan deskripsi luaran keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang menyajikan kode dan deskripsi intervensi keperawatan.
Dengan menggunakan standar ini, perawat dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang terstandar dan terukur. -
Article No. 9917 | 27 Dec 2024
Klinis : Bab cair 3 kali, nyeri perut melilit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diare akut adalah pembuangan tinja dengan konsistensi encer dan frekuensi yang meningkat (lebih dari 3 kali per hari).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan dari penanganan diare akut adalah untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit, mempertahankan status nutrisi, dan mencegah komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit, penatalaksanaan nutrisi, dan edukasi mengenai diare akut.
Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa diare akut merupakan kondisi yang sering terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri, virus, atau parasit, serta dapat juga disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan komplikasi lainnya. -
Article No. 9918 | 27 Dec 2024
Klinis : gangguan eliminasi urine
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan eliminasi urine.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urine
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Eliminasi Urine didefinisikan sebagai perubahan pola berkemih yang tidak normal, yang ditandai dengan frekuensi, volume, atau karakteristik urine yang tidak sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Eliminasi Urine adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urine yang normal, dengan indikator seperti frekuensi berkemih, volume urine, dan karakteristik urine yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Eliminasi Urine antara lain:
1. Observasi pola dan karakteristik urine
2. Pengaturan asupan cairan
3. Teknik relaksasi dan latihan berkemih
4. Perawatan kateter urin, jika diperlukan
5. Edukasi dan konseling terkait manajemen eliminasi urine
Secara umum, penanganan Gangguan Eliminasi Urine bertujuan untuk memulihkan pola eliminasi urine yang normal, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 9920 | 27 Dec 2024
Klinis : gangguan eliminasi urine
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan eliminasi urine.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urin
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Eliminasi Urin adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan pola atau fungsi berkemih yang berbeda dari normal. Tanda dan gejala dapat meliputi inkontinensia, retensi urin, disuria, polakiuria, dan nokturia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan eliminasi urin adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien dapat mandiri dalam melakukan perawatan diri terkait eliminasi urin.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan eliminasi urin meliputi:
a. Manajemen eliminasi urin: mengkaji pola eliminasi, memantau intake dan output cairan, mengatur jadwal berkemih, dan memberikan bantuan atau alat bantu eliminasi urin jika diperlukan.
b. Edukasi dan konseling: memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pola eliminasi urin yang normal, serta melatih pasien untuk melakukan perawatan diri terkait eliminasi urin.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: berkoordinasi dengan dokter atau ahli lain untuk menentukan penyebab dan penanganan lebih lanjut.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang berpusat pada pasien, komprehensif, dan kolaboratif diperlukan untuk menangani gangguan eliminasi urin secara efektif. Pemantauan dan evaluasi yang teratur sangat penting untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 9921 | 27 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala, hidung tersumbat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala dan hidung tersumbat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala Berhubungan Dengan Sinus Tersumbat
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri kepala adalah perasaan tidak nyaman di daerah kepala, leher, atau kulit kepala.
- Sinus tersumbat dapat menyebabkan peningkatan tekanan di dalam sinus, sehingga menimbulkan rasa nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien mengalami penurunan intensitas nyeri kepala.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala.
- Pasien dapat melakukan manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri secara komprehensif, memberikan intervensi farmakologi dan non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
- Peningkatan Sirkulasi Sinus: Mengajarkan teknik relaksasi, kompres hangat, dan hidrasi yang adekuat untuk memperlancar aliran sinus.
Tone: Akademis, penjelasan disajikan secara terstruktur dan informatif.
Persona: Pakar, menyampaikan diagnosa dan penjelasan dengan wawasan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 9922 | 27 Dec 2024
Klinis : pasien datang ingin mengontrol luka, luka masih bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Integritas Kulit Terganggu didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Integritas Kulit Terganggu adalah:
1. Luka memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Pasien menunjukkan perilaku untuk mempertahankan integritas kulit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Integritas Kulit Terganggu antara lain:
1. Perawatan Luka
2. Manajemen Nyeri
3. Edukasi Perawatan Luka
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan luka yang masih bengkak, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu. Perawat perlu melakukan intervensi perawatan luka, manajemen nyeri, dan edukasi perawatan luka agar luka dapat segera memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan dan tidak terjadi komplikasi. -
Article No. 9923 | 27 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek sudah 2 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 2 hari, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan obstruksi jalan napas.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Pasien dapat membatukkan sekret dengan efektif, frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada obstruksi jalan napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas hambatan.
- Tindakan: Identifikasi sumber obstruksi, auskultasi suara napas, monitor pola napas, berikan oksigen, lakukan hidrasi, berikan humidifikasi, lakukan suction jika perlu.
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 2 hari, yang dapat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, dengan indikator pasien dapat membatukkan sekret dengan efektif, frekuensi napas dalam batas normal, dan tidak ada obstruksi jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, dengan tujuan mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas hambatan, melalui identifikasi sumber obstruksi, auskultasi suara napas, monitor pola napas, pemberian oksigen, hidrasi, humidifikasi, dan suction jika perlu. -
Article No. 9924 | 27 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
- Penjelasan: Hipertermia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh berbagai faktor.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, kondisi medis lainnya.
- Tanda dan Gejala: Suhu tubuh meningkat, kulit hangat, wajah kemerahan, menggigil, sakit kepala, kelelahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Suhu tubuh kembali normal, pasien tidak lagi menggigil, kulit tidak lagi hangat, wajah tidak lagi kemerahan.
- Intervensi Keperawatan: Memantau suhu tubuh, mengompres dingin, memberikan cairan, memakai pakaian tipis, menjaga lingkungan sejuk.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Hipertermia, yang meliputi pemantauan suhu tubuh, pemberian kompres dingin, pemberian cairan, pengaturan lingkungan, dan pemberian obat penurun demam jika diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi hipertermia yang dialami pasien. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai suhu tubuh normal dan meningkatkan kenyamanannya. -
Article No. 9926 | 27 Dec 2024
Klinis : DS: suami px mengatakan pasien sering mengeluh lelah saat melakukan aktivitas dan pasien mempunyai riwayat DM DO: Badan lemas sejak 3 hari mulai siang penurunan kesadaran,tidak ada batuk tidak ada demam TD : 80/50 mmhg Suhu :36 derajat celcius Spo2 : 100% Pernafasan 22 kali per menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ini.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko hipovolemia berhubungan dengan penurunan intake cairan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko hipovolemia adalah keadaan ketidakseimbangan antara volume cairan tubuh yang tersedia dan volume cairan yang dibutuhkan untuk perfusi jaringan yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada penurunan kesadaran, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala
- Menyediakan akses intravena dan memberikan cairan sesuai indikasi
- Memantau intake dan output cairan
- Mengidentifikasi penyebab penurunan volume cairan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya asupan cairan yang adekuat.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mengatasi risiko hipovolemia dan mencapai kondisi yang stabil.