Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9905 | 27 Dec 2024
Klinis : gangguan eliminasin urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang komprehensif mengenai kondisi gangguan eliminasi urin dari perspektif perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi gangguan eliminasi urin adalah "Inkontinensia". Inkontinensia merupakan ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan urin secara sukarela. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan anatomis, masalah neurologis, atau penurunan fungsi otot panggul.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Kontrol Eliminasi Urin
- Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara efektif.
- Pasien dapat mengendalikan waktu dan frekuensi berkemih.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda yang menunjukkan perlunya berkemih.
2. Manajemen Gejala
- Pasien menunjukkan penurunan frekuensi kebocoran urin.
- Pasien menunjukkan penurunan volume kebocoran urin.
- Pasien melaporkan peningkatan kepuasan dengan kontrol eliminasi urin.
3. Peningkatan Kenyamanan
- Pasien melaporkan penurunan rasa tidak nyaman akibat inkontinensia.
- Pasien melaporkan peningkatan harga diri dan kepercayaan diri.
- Pasien menunjukkan peningkatan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia
- Identifikasi penyebab dan tipe inkontinensia.
- Evaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol berkemih.
- Bantu pasien dalam menggunakan alat bantu inkontinensia (misalnya, kateter, popok).
- Ajarkan latihan otot panggul (Kegel) untuk memperkuat otot-otot dasar panggul.
- Berikan edukasi tentang pola minum, diet, dan kebiasaan berkemih yang sehat.
2. Perawatan Kulit
- Inspeksi kulit daerah genital dan perineal secara teratur.
- Berikan perawatan kulit yang lembut dan higienis untuk mencegah iritasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kulit yang tepat.
3. Manajemen Stres
- Identifikasi faktor-faktor penyebab stres terkait inkontinensia.
- Ajarkan teknik relaksasi dan pengelolaan stres.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk meningkatkan harga diri.
- Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses perawatan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan kontrol eliminasi urin, manajemen gejala yang efektif, dan peningkatan kenyamanan serta kualitas hidup. Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien mengatasi kondisi inkontinensia melalui pemberian asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 9906 | 27 Dec 2024
Klinis : gangguan retensi urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi gangguan retensi urin.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan retensi urin adalah "Inkontinensia Urin". Inkontinensia urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menahan urin sehingga terjadi kebocoran urin yang tidak disengaja. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan pada fungsi kandung kemih, otot-otot pelvis, atau saraf yang mengatur kontrol miksi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Kandung Kemih: Pasien dapat mempertahankan pola berkemih yang normal dan efektif.
2. Kontrol Urinasi: Pasien dapat mengontrol proses berkemih dan mencegah kebocoran urin.
3. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait dengan masalah inkontinensia urin.
4. Integritas Kulit: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit di sekitar area genitalia dan perineum.
5. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan terkait dengan masalah inkontinensia urin.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi Penyebab dan Faktor Risiko Inkontinensia Urin
- Evaluasi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan penyebab inkontinensia.
- Identifikasi faktor-faktor risiko yang berkontribusi, seperti kondisi medis, obat-obatan, dan gaya hidup.
2. Manajemen Inkontinensia Urin
- Lakukan pelatihan kandung kemih, seperti latihan Kegel, untuk meningkatkan kontrol otot-otot pelvis.
- Ajarkan teknik berkemih dan manajemen volume cairan untuk mengoptimalkan pola berkemih.
- Pertimbangkan penggunaan bantalan atau alat bantu untuk mengelola kebocoran urin.
- Edukasi dan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen inkontinensia urin.
3. Perawatan Kulit dan Kebersihan
- Ajarkan teknik perawatan kulit di sekitar area genitalia dan perineum untuk mencegah iritasi dan infeksi.
- Berikan perawatan kulit yang lembut dan hindari penggunaan sabun yang dapat menyebabkan iritasi.
- Bantu pasien dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan area yang terkena inkontinensia.
4. Manajemen Nyeri dan Kenyamanan
- Lakukan pengkajian nyeri dan kenyamanan pasien terkait dengan inkontinensia urin.
- Berikan intervensi farmakologis atau non-farmakologis untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan fungsi kandung kemih, kontrol urinasi yang optimal, perawatan diri yang baik, integritas kulit yang terjaga, serta peningkatan kenyamanan secara keseluruhan. -
Article No. 9907 | 27 Dec 2024
Klinis : pasien gangguan hiperplasi prostat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) pada pasien dengan gangguan hiperplasi prostat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Untuk pasien dengan gangguan hiperplasi prostat, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang dapat dipertimbangkan, diantaranya:
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra akibat hiperplasi prostat. Tanda dan gejala dapat berupa peningkatan frekuensi berkemih, rasa tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara penuh, aliran urin yang lemah, dan perasaan tidak dapat menahan urin.
2. Nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat. Pasien dapat merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman di area suprapubik atau perineal.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan retensi urin. Pasien memiliki risiko tinggi mengalami infeksi saluran kemih akibat terhambatnya aliran urin.
4. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi uretra. Pasien dapat mengalami kesulitan dalam memulai dan mengakhiri berkemih, serta mengalami inkontinensia urin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat berkemih secara efektif dengan indikator: frekuensi berkemih normal, aliran urin lancar, dan kandung kemih dapat dikosongkan dengan baik.
2. Pasien melaporkan nyeri atau rasa tidak nyaman minimal (skala nyeri ≤ 3) dan dapat mengelola nyerinya dengan baik.
3. Tidak terjadi infeksi saluran kemih selama perawatan, dengan indikator: tidak ada tanda-tanda infeksi (suhu tubuh normal, urin jernih, tidak ada keluhan disuria).
4. Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang efektif dan tidak mengalami inkontinensia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan gangguan hiperplasi prostat, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Retensi Urin:
- Pantau intake dan output cairan serta tanda-tanda retensi urin
- Lakukan kateterisasi intermiten atau tetap jika diperlukan untuk mengatasi retensi urin
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik berkemih yang benar
2. Manajemen Nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas)
- Berikan analgesik sesuai indikasi dan pantau efektivitasnya
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi dan distraksi
3. Pencegahan Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih (suhu tubuh, karakteristik urin, keluhan disuria)
- Tingkatkan asupan cairan dan anjurkan pasien untuk sering berkemih
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian antibiotik jika diperlukan
4. Manajemen Eliminasi Urin:
- Kaji pola eliminasi urin pasien secara komprehensif
- Ajarkan teknik berkemih yang efektif, seperti double voiding
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu melancarkan aliran urin
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien dengan gangguan hiperplasi prostat mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 9908 | 27 Dec 2024
Klinis : pemberi asuhan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, saya akan membantu Anda dengan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "pemberi asuhan" sesuai dengan format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z76.3
- Deskripsi: Orang yang menerima perawatan dan bantuan lain di rumah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik terkait dengan "pemberi asuhan". Kondisi ini lebih merupakan suatu situasi sosial dan tidak melibatkan tindakan medis yang dapat dikodekan menggunakan ICD-9-CM.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Z76.3 digunakan untuk mengindikasikan orang yang menerima perawatan dan bantuan lain di rumah. Ini mencakup individu yang menerima perawatan dari anggota keluarga atau orang lain di rumah, tanpa memerlukan hospitalisasi atau perawatan kesehatan formal.
2. Dalam kasus "pemberi asuhan", tidak ada tindakan medis spesifik yang dapat dikodekan menggunakan ICD-9-CM. Ini merupakan suatu kondisi sosial di mana seseorang memberikan bantuan dan perawatan kepada orang lain di rumah, dan tidak melibatkan prosedur atau tindakan medis yang memerlukan kode ICD-9-CM. -
Article No. 9909 | 27 Dec 2024
Klinis : D0015
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi D0015 berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan nada akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi D0015:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Jatuh
Definisi: Risiko terjatuh yang dapat menyebabkan cedera, yang ditandai oleh faktor risiko intrinsik dan/atau ekstrinsik.
Karakteristik Definitif:
- Riwayat jatuh sebelumnya
- Penurunan fungsi sensori (penglihatan, pendengaran, proprioseptif)
- Penurunan kekuatan otot
- Gangguan keseimbangan dan gaya berjalan
- Penggunaan alat bantu jalan
- Riwayat penyakit kronik (misal: hipertensi, diabetes, stroke)
- Penggunaan obat-obatan tertentu (misal: analgesik, antidepresan, antihipertensi)
- Lingkungan yang tidak aman (misal: lantai licin, pencahayaan kurang)
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran Keperawatan: Keamanan Diri
Definisi: Integritas fisik dan psikologis individu yang terjaga.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali faktor risiko jatuh
- Pasien menunjukkan perilaku yang mengurangi risiko jatuh
- Pasien dapat menggunakan alat bantu jalan dengan benar
- Lingkungan pasien aman dan bebas dari bahaya jatuh
- Pasien tidak mengalami cedera akibat jatuh selama menjalani perawatan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Risiko Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai risiko jatuh dan tindakan pencegahan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan masalah terkait risiko jatuh
b. Pelatihan Mobilisasi
- Evaluasi kemampuan mobilisasi pasien
- Ajarkan teknik berjalan yang aman dan penggunaan alat bantu jalan yang tepat
- Latih pasien melakukan aktivitas mobilisasi secara bertahap
- Monitor dan evaluasi kemajuan pasien dalam mobilisasi
c. Pencegahan Cedera
- Identifikasi potensi bahaya di lingkungan pasien
- Atur lingkungan untuk meminimalkan risiko jatuh (misal: pasang pegangan di kamar mandi)
- Kolaborasi dengan tim terkait untuk modifikasi lingkungan yang aman
- Evaluasi efektivitas tindakan pencegahan cedera yang telah dilakukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Kondisi D0015 merujuk pada risiko jatuh pada pasien, yang dapat menyebabkan cedera. Perawat perlu melakukan identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien, baik faktor intrinsik (seperti riwayat jatuh, penurunan fungsi sensori, gangguan keseimbangan) maupun faktor ekstrinsik (seperti lingkungan yang tidak aman). Berdasarkan identifikasi ini, perawat dapat menetapkan diagnosa keperawatan "Risiko Jatuh" dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif.
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk mencapai luaran "Keamanan Diri", di mana integritas fisik dan psikologis pasien terjaga. Kriteria hasil yang diharapkan meliputi pasien dapat mengenali faktor risiko jatuh, menunjukkan perilaku yang mengurangi risiko jatuh, dapat menggunakan alat bantu jalan dengan benar, serta lingkungan pasien aman dan bebas dari bahaya jatuh.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang tepat, antara lain Manajemen Risiko Jatuh (identifikasi faktor risiko, modifikasi lingkungan, edukasi pasien dan keluarga), Pelatihan Mobilisasi (evaluasi kemampuan, ajarkan teknik berjalan yang aman, latih aktivitas mobilisasi), serta Pencegahan Cedera (identifikasi potensi bahaya, atur lingkungan yang aman, kolaborasi dengan tim terkait). Melalui intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai keamanan diri dan terhindar dari risiko jatuh serta cedera yang dapat timbul. -
Article No. 9910 | 27 Dec 2024
Klinis : anak dengan pneumonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk anak dengan kondisi pneumonia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk anak dengan pneumonia adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (00030)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Sekret yang berlebihan, obstruksi jalan napas.
- Karakteristik mayor: Sputum yang berlebihan, napas cuping hidung, retraksi dinding dada.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas meningkat (0410)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang memadai.
- Indikator:
a. Sputum dapat dikeluarkan dengan efektif
b. Frekuensi napas dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
d. Bunyi napas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen jalan napas (3160)
- Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas dan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
b. Ajarkan teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Monitor fungsi pernapasan secara berkala.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam penanganan pneumonia.
2. Manajemen Respiraasi (3390)
- Definisi: Memberikan terapi untuk meningkatkan atau mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas.
b. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep dokter.
c. Pertahankan posisi yang memfasilitasi ekspansi paru.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi pernapasan.
e. Edukasikan keluarga tentang teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu anak dengan pneumonia untuk mencapai perbaikan kondisi pernapasan dan peningkatan kualitas hidupnya. -
Article No. 9911 | 27 Dec 2024
Klinis : anak dengan pneumonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak dengan pneumonia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- SLKI: Pola Napas, Frekuensi Napas, Volume Napas, Kedalaman Napas.
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Oksigenasi, Ventilasi Mekanis.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- SLKI: Bersihan Jalan Napas, Sputum, Fase Ekspirasi.
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Terapi Pernapasan, Suction.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Toleransi Aktivitas, Kekuatan Otot, Energi.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Terapi Latihan, Manajemen Energi.
Penjelasan Singkat:
Anak dengan pneumonia memiliki masalah keperawatan utama terkait dengan pola napas tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif, dan intoleransi aktivitas. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi anak ini meliputi pengkajian dan manajemen terkait jalan napas, oksigenasi, ventilasi, terapi pernapasan, suction, manajemen aktivitas, terapi latihan, dan manajemen energi.
Sebagai perawat dengan persona pakar, pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi yang komprehensif kepada pasien dan keluarga, serta menyusun rencana perawatan yang spesifik dan terukur untuk mencapai luaran yang optimal bagi anak dengan pneumonia. -
Article No. 9912 | 27 Dec 2024
Klinis : Ny. T datang ke poli kebidanan tanggal 17 Desember 2024 dengan tujuan untuk kontrol kandungan, statua gestasi G1P0A0 HPHT 25 Maret 2024 dan usia kandungan 38 minggu 4 hari. Keluhan utama yang dirasakan adalah gerak janin berkurang, nyeri perut bagian bawah dan kaki bengkak. Hasil pemeriksaan: td. 137/90, n 76x/menit, suhu 36c, spo2 99, rr:20x/menit. Hasil leopold: leopold 1: bokong, leopold 2: bagian kecil sebelah kanan, punggung kiri, leopold 3 kepala, leopold 4: kepala masuk PAP sebagian, TFU 31 cm, TBJ: 3096g DJJ 139x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sesuai dengan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O36.4
- Deskripsi: Perhatian maternal untuk gerak janin yang berkurang, tidak memuaskan atau tidak dirasakan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.79
- Deskripsi: Pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk pemeriksaan fisikal, laboratorium, dan pemeriksaan khusus lainnya.
Penjelasan:
Ny. T datang ke poli kebidanan dengan keluhan utama gerak janin berkurang, nyeri perut bagian bawah, dan kaki bengkak. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 137/90 mmHg, nadi 76x/menit, suhu 36°C, dan saturasi oksigen 99%. Hasil pemeriksaan fisik Leopold menyebutkan bahwa presentasi janin adalah bokong, bagian kecil di sebelah kanan, punggung kiri, dan kepala masuk PAP sebagian. Tinggi fundus uteri 31 cm dan taksiran berat janin 3096 g, dengan denyut jantung janin 139x/menit.
Berdasarkan informasi tersebut, kode ICD-10 yang sesuai adalah O36.4 (Perhatian maternal untuk gerak janin yang berkurang, tidak memuaskan atau tidak dirasakan). Selain itu, terdapat pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kehamilan, seperti pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan khusus lainnya, yang dapat dikodekan dengan ICD-9-CM 59.79 (Pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kehamilan). -
Article No. 9913 | 27 Dec 2024
Klinis : Ny. T datang ke poli kebidanan tanggal 17 Desember 2024 dengan tujuan untuk kontrol kandungan, statua gestasi G1P0A0 HPHT 25 Maret 2024 dan usia kandungan 38 minggu 4 hari. Keluhan utama yang dirasakan adalah gerak janin berkurang, nyeri perut bagian bawah dan kaki bengkak. Hasil pemeriksaan: td. 137/90, n 76x/menit, suhu 36c, spo2 99, rr:20x/menit. Hasil leopold: leopold 1: bokong, leopold 2: bagian kecil sebelah kanan, punggung kiri, leopold 3 kepala, leopold 4: kepala masuk PAP sebagian, TFU 31 cm, TBJ: 3096g DJJ 139x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. T yang anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan akibat edema
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kekurangan Volume Cairan
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Risiko: Peningkatan kebutuhan cairan, perubahan pola makan dan minum, penggunaan obat-obatan, penyakit/kondisi yang mengakibatkan kehilangan cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Cairan Tubuh Adekuat
- Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan volume cairan tubuh yang sesuai.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, turgor kulit baik, produksi urin normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Definisi: Upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki volume dan komposisi cairan tubuh.
- Aktivitas: Monitor tanda-tanda vital, intake dan output cairan, berat badan, edema; kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai kebutuhan.
Penjelasan singkat:
Ny. T memiliki risiko kekurangan volume cairan yang ditandai dengan adanya edema pada kaki. Hal ini perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Perawat perlu melakukan pemantauan tanda-tanda vital, asupan dan pengeluaran cairan, serta berat badan secara berkala. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain terkait pemberian terapi cairan juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh Ny. T. -
Article No. 9914 | 27 Dec 2024
Klinis : Ny. T datang ke poli kebidanan tanggal 17 Desember 2024 dengan tujuan untuk kontrol kandungan, statua gestasi G1P0A0 HPHT 25 Maret 2024 dan usia kandungan 38 minggu 4 hari. Keluhan utama yang dirasakan adalah gerak janin berkurang, nyeri perut bagian bawah dan kaki bengkak. Hasil pemeriksaan: td. 137/90, n 76x/menit, suhu 36c, spo2 99, rr:20x/menit. Hasil leopold: leopold 1: bokong, leopold 2: bagian kecil sebelah kanan, punggung kiri, leopold 3 kepala, leopold 4: kepala masuk PAP sebagian, TFU 31 cm, TBJ: 3096g DJJ 139x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. T:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan edema ekstremitas yang ditandai dengan kaki bengkak.
2. Risiko Kekurangan Suplai Nutrisi Janin berhubungan dengan gerak janin berkurang.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri perut bagian bawah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan:
- Cairan tubuh dalam rentang normal
- Eliminasi urine dalam batas normal
- Tidak terjadi edema
2. Risiko Kekurangan Suplai Nutrisi Janin:
- Janin tumbuh dan berkembang dengan baik
- DJJ dalam batas normal
- Ibu dapat memantau pergerakan janin dengan baik
3. Nyeri Akut:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan:
- Kaji tanda-tanda edema ekstremitas
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan edukasi tentang manajemen cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi diuretik jika diperlukan
2. Risiko Kekurangan Suplai Nutrisi Janin:
- Monitor pergerakan janin secara berkala
- Auskultasi DJJ secara teratur
- Berikan edukasi kepada ibu tentang pentingnya memantau pergerakan janin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemantauan status janin (USG, NST, dll.)
3. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
- Berikan kenyamanan secara holistik (posisi tidur, lingkungan, dll.)
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis Ny. T secara komprehensif, mengidentifikasi masalah keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merancang intervensi keperawatan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan Ny. T. Perawat juga harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk memastikan perawatan yang optimal bagi Ny. T dan janinnya.