Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9982 | 28 Dec 2024
Klinis : Pasien datang dengan keadaan lemas dan mudah lelah, pasien mengalami mentruasi lebih dari 21 hari, pasein wanita usia 12 tahun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang disebutkan, yaitu pasien datang dengan keadaan lemas dan mudah lelah, pasien mengalami menstruasi lebih dari 21 hari, dan pasien wanita usia 12 tahun, maka dapat diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N92.0
- Deskripsi: Menstruasi berlebihan dengan siklus teratur
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 69.2
- Deskripsi: Kuretase dan aspirasi uterus, dilakukan sebagai tindakan terapeutik.
Penjelasan:
Kode ICD-10 N92.0 (Menstruasi berlebihan dengan siklus teratur) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami menstruasi lebih dari 21 hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gangguan hormonal, kelainan anatomis, atau kondisi medis lainnya.
Pada kasus ini, pasien wanita usia 12 tahun mengalami gangguan menstruasi yang berlebihan. Hal ini dapat menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang sesuai.
Jika diperlukan tindakan medis, kode ICD-9-CM 69.2 (Kuretase dan aspirasi uterus, dilakukan sebagai tindakan terapeutik) dapat dipertimbangkan. Prosedur ini dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan uterus yang berlebihan dan mengevaluasi penyebabnya.
Pemeriksaan lebih lanjut, seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diperlukan untuk menentukan diagnosis yang tepat dan rencana penanganan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 9983 | 28 Dec 2024
Klinis : Klien, Ny. E, berusia 35 tahun, dibawa ke UGD salah satu rumah sakit. Ny. E mengeluh sesak napas dan telah batuk selama 3 bulan tanpa sembuh. Ia merasa lelah dan lesu karena tidurnya tidak nyenyak, sering terbangun akibat batuk dan sesak napas. Ny. E tampak gelisah, kesulitan bernapas, terlihat sputum berlebihan, dan terdengar bunyi napas tambahan berupa wheezing. Kulit, bibir, dan kuku tampak membiru. Pengukuran tanda vital menunjukkan: TD 140/90mmHg. N 102x/mnt, S 36C, RR 30x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan keterangan yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.1
- Deskripsi: Asma persisten moderat
Penjelasan:
- Ny. E mengalami gejala sesak napas dan batuk yang berkepanjangan selama 3 bulan, serta tidur tidak nyenyak akibat batuk dan sesak napas. Hal ini menunjukkan adanya kondisi asma persisten.
- Dari pemeriksaan fisik, ditemukan gejala klinis asma seperti wheezing, sputum berlebihan, dan sianosis (pembiru-an pada kulit, bibir, dan kuku), yang sesuai dengan asma persisten moderat.
- Pengukuran tanda vital menunjukkan takikardia (denyut nadi 102 x/menit) dan takipnea (laju napas 30 x/menit), yang juga mendukung diagnosis asma persisten moderat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemberian obat pernapasan, lainnya
Penjelasan:
- Pada kasus ini, kemungkinan besar akan dilakukan pemberian obat pernapasan, seperti bronkodilator atau kortikosteroid inhalasi, untuk mengatasi gejala sesak napas dan wheezing.
- Kode ICD-9-CM 93.08 mencakup pemberian obat pernapasan lainnya, yang sesuai dengan penatalaksanaan asma persisten moderat pada Ny. E. -
Article No. 9874 | 27 Dec 2024
Klinis : Kesiapan peningkatan menjadi orang fua
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kesiapan peningkatan menjadi orang tua adalah kemampuan individu untuk mempersiapkan diri secara fisik, mental, emosional, dan sosial dalam menghadapi peran dan tanggung jawab baru sebagai orang tua.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah individu dapat menunjukkan kesiapan fisik, mental, emosional, dan sosial untuk menjalankan peran dan tanggung jawab baru sebagai orang tua.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Edukasi tentang perubahan fisik, psikologis, dan sosial selama kehamilan dan periode postpartum.
2. Fasilitasi diskusi tentang ekspektasi dan peran baru sebagai orang tua.
3. Dukungan emosional dan psikologis selama masa transisi menjadi orang tua.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (obgyn, psikolog, dll) untuk memastikan kesiapan individu.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, penjelasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi terkait kesiapan peningkatan menjadi orang tua. -
Article No. 9875 | 27 Dec 2024
Klinis : Kesiapan peningkatan menjadi orang fua
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni "Kesiapan peningkatan menjadi orang tua", berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z64.0
- Deskripsi: Masalah yang terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z64.0 mengacu pada masalah yang terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Dalam konteks "Kesiapan peningkatan menjadi orang tua", ini dapat mencakup situasi di mana individu atau pasangan merasa belum siap atau belum mempersiapkan diri secara emosional, finansial, atau praktis untuk menjadi orang tua. Kondisi ini dapat mencakup perencanaan kehamilan, pengaturan kehidupan, dan persiapan untuk peran baru sebagai orang tua.
Sayangnya, tidak ada kode ICD-9-CM yang secara khusus sesuai dengan kondisi ini, karena kode-kode ICD-9-CM lebih fokus pada prosedur dan tindakan medis, bukan pada kondisi psikososial atau persiapan untuk peran orang tua. -
Article No. 9876 | 27 Dec 2024
Klinis : Kesiapan peningkatan menjadi orang fua
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua
Definisi:
Pola hidup yang menunjukkan kesiapan dan kemampuan untuk menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai orang tua.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi diagnosis keperawatan yang menggambarkan kondisi terkait kesiapan individu atau keluarga untuk menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai orang tua.
- Contoh faktor yang mempengaruhi: pengetahuan, keterampilan, sikap, dukungan sosial, dan pengalaman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan terkait kesiapan menjadi orang tua, misalnya: pemahaman tentang peran dan tanggung jawab orang tua, kemampuan merawat bayi/anak, dan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk membantu individu atau keluarga meningkatkan kesiapan menjadi orang tua, seperti: edukasi, konseling, latihan keterampilan, dan pemberian dukungan sosial.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang standar asuhan keperawatan terkait kesiapan menjadi orang tua berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 9877 | 27 Dec 2024
Klinis : harga diri rendah kronis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi harga diri rendah kronis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
"Harga Diri Rendah Kronis"
Definisi:
Perasaan negatif yang berlangsung lama terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Karakteristik Definisi:
1. Ekspresi verbal negatif tentang diri sendiri
2. Perilaku menarik diri dari hubungan sosial
3. Penampilan fisik yang tidak terawat
4. Ungkapan putus asa
5. Sikap pasif
6. Penerimaan yang rendah terhadap pujian
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Harga Diri
- Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan positif tentang dirinya
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan harga diri yang positif
2. Kemampuan Sosialisasi
- Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial
- Pasien dapat mengembangkan hubungan interpersonal yang positif
- Pasien dapat menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitar
3. Perawatan Diri
- Pasien dapat memelihara penampilan fisik yang rapi dan bersih
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Pasien dapat mengekspresikan rasa percaya diri dalam merawat dirinya
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Peningkatan Harga Diri
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pasien
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan emosi secara terbuka
- Berikan umpan balik positif dan pujian yang realistis untuk meningkatkan harga diri pasien
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatannya
2. Fasilitasi Sosialisasi
- Bantu pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar
- Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang positif
- Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan dukungan sosial
- Ajarkan pasien keterampilan komunikasi dan kemampuan berinteraksi sosial
3. Peningkatan Perawatan Diri
- Ajarkan kepada pasien cara merawat diri secara mandiri
- Dorong pasien untuk memelihara penampilan fisik yang rapi dan bersih
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Berikan pujian dan dukungan positif saat pasien melakukan perawatan diri dengan baik
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu pasien dengan harga diri rendah kronis untuk meningkatkan harga dirinya, kemampuan sosialisasi, dan perawatan diri, sehingga tercapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9878 | 27 Dec 2024
Klinis : Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS di Ruangan Cempaka RSUD Prof.DR.W.Z.Johanes Kupang.Pasien yang dirawat bernama Ny. R, umur 40 tahun, pekerjaan wiraswasta, masuk rumah sakit tanggal 20 Juni 2018 jam 05.00 Wita.Sumber informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan keluarga pasien,observasi,pemeriksaan fisik dan catatan medik Hasil studi kasus didapatkan pasien atas nama Ny R berumur 40 tahun. Pasien dirawat dengan diagnosa suspek TB+ B20. Pasien masuk RSUD Prof.DR W.Z Yohanes Kupang melalui UGD dirujuk dari RSU Kota Kupang pada tanggal 20 Juni 2018 05.00 WITA, dengan keluhan demam tinggi sejak satu bulan yang lalu, diare tiga kali dalam sehari konsistensi cair, berwarna kuning kehitaman, badan terasa lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Keluhan utama, pada saat pengkajian tanggal 24 Juni 2018 jam 08.00 WITA keadaan umum pasien tampak lemah dan letih pasien mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi tiga kali sehari konsistensi cair, berwarna kuning, pasien mengatakan sering haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang. Riwayat penyakit keluarga, Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau penyakit menular. Pola aktivitas dan latihan didapatkan , saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual dan muntah, pasien mendapatkan diet ML rendah serat, porsi makanan hanya dihabiskan tiga sendok makan, pasien minum empat gelas sehari ± 800 cc. Saat sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan untuk tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu terbangunkarena BAB, demam serta keringat malam. Aktivitas pasien banyak dibantu oleh keluarga dan perawat. Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Wajah : tampak pucat, kepala : rambut tampak berwarna hitam kusam distribusi merata dan berketombe. Mata : konjungtiva anemis, abdomen : bising usus 20x/ menit, kulit : terlihat kering, turgor kulit kembali > 2 detik,; ekstremitas:tidak ada edema, akral teraba hangat, tonus otot melemah. Dada : inspeksi, simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas teraba simetris, tidak ada massa, pernapasan cepat dan dalam. Abdomen: inspeksi: warna kulit putih. Auskultasi: Suara bising usus 30x/menit.Perkusi: Suara timpani dan ada acites.Palpasi: tidak ada pembesaran hepar dan tidak ada distensi abdomen. Ekstremitas: Terpasang infus di tangan kanan,dan tidak ada edema pada tangan kiri. Integumen: turgor kulit tidak elastis. Status emosional tampak murung dan lesuh, status kecemasan: pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk dan belum meraskan perubahan dari kesehatannya. Komunikasi pasien : pasien mampu diajak berkomunikasi, namun lebih banyak diam dan tertidur karena badan terasa lemah. Status kepercayaan pasien tampak tidak percaya akan Tuhannya sendiri lagi, tidak melakukan ibadah seperti yng seharusnya dan lebih memilih mempercayai dukun: pasien mengatakan untuk apa saya melakukan ibadah dan berdoa karena "dia" yang telah memberikan penyakit ini kepada saya, hanya karna melakukan kesalahan kecil Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 24 juni 2018 yaitu hemoglobin 8,4 g/dl, jumlah eritrosit 3,10 10^6/µL, hematokrit 25,4 %, MCV 81,9 fL,MCH 271,1 pg, MMCHC 14,5%, jumlah leukosit 2,77 10^3/ul, Eosinofil 2,9%, Basofil 0,0%, Neutrofil 87,0 %, Limfosit 5,4 %, Monosit 4,7%, jumlah Eosinofil 0,08 10^3/ul, jumlah Basofil 0,00 10^3/uljumlah Neutrofil 2,41 10^3/ul, jumlah Limfosit 0,15 L10^3/ul, jumlah Trombosit 91 10^3/ul, PDW12,1 fL, MPV 11,5 fL, P-LCR 32,4 %, PCT 0,10 %.Hasil pemeriksaan kimia darah tanggal 24 Juni 2018 yaitu natrium darah 1,33 mmol/L, Kalium darah 3,4 mmol/L, Klorida darah 102 mmol/L, Calcium darah 0,880 mmol/L. Pasien mendapat terapi parenteral NaCl 0,9%/24 jam. Terapi pengobatan paracetamol 3x 500 mg tablet, OAT kat 1, rifampisin 1x450 mg tablet, etambutol 1x 750mg, sanfuliq TAB 30S, B6 2x10 cc. Analisa Data Untuk menemukan masalah yang terjadi pada klien maka perlu dilakukan analisa data yang telah diperoleh diperoleh melalui pengkajian (wawancara, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang) yang dilakukan pada tanggal 24 Juni 2018. Dari data-data itu dapat dirumuskan masalah keperawatan yaitu : Data Subjektif : - Data objektif : Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Dari data diatas maka masalah keperawatan yang pertama yang muncul adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme. Data subjektif :- Data objektif : Pasien nampak lemah,kulit nampak kering, diare,adanya mual muntah, membran mukosa nampak kering dan turgor kulit jelek. Hasil pengukuran TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Pasien tampak berkeringat. Dari data diatas maka masalah keperawatan kedua yang muncul adalah defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: B20
- Deskripsi: Penyakit akibat Human Immunodeficiency Virus [HIV]
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.99
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena dan elektrolit. Pasien mendapat terapi parenteral NaCl 0,9%/24 jam untuk mengatasi defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. R berusia 40 tahun dengan diagnosis suspek Tuberkulosis (TB) dan HIV/AIDS (B20). Pasien dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W.Z. Yohanes Kupang dengan keluhan demam tinggi, diare, badan lemah, nafsu makan menurun, dan berat badan turun.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti kulit kering, turgor kulit jelek, dan membran mukosa kering. Hasil laboratorium menunjukkan adanya anemia dan trombositopenia. Pasien mendapatkan terapi parenteral cairan NaCl 0,9% untuk mengatasi defisit volume cairan.
Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai untuk diagnosis pasien adalah B20 (Penyakit akibat Human Immunodeficiency Virus [HIV]). Sementara tindakan pemberian cairan intravena dan elektrolit untuk mengatasi defisit volume cairan dapat dikodekan dengan ICD-9-CM 99.99 (Pemberian cairan intravena dan elektrolit). -
Article No. 9879 | 27 Dec 2024
Klinis : Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS di Ruangan Cempaka RSUD Prof.DR.W.Z.Johanes Kupang.Pasien yang dirawat bernama Ny. R, umur 40 tahun, pekerjaan wiraswasta, masuk rumah sakit tanggal 20 Juni 2018 jam 05.00 Wita.Sumber informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan keluarga pasien,observasi,pemeriksaan fisik dan catatan medik Hasil studi kasus didapatkan pasien atas nama Ny R berumur 40 tahun. Pasien dirawat dengan diagnosa suspek TB+ B20. Pasien masuk RSUD Prof.DR W.Z Yohanes Kupang melalui UGD dirujuk dari RSU Kota Kupang pada tanggal 20 Juni 2018 05.00 WITA, dengan keluhan demam tinggi sejak satu bulan yang lalu, diare tiga kali dalam sehari konsistensi cair, berwarna kuning kehitaman, badan terasa lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Keluhan utama, pada saat pengkajian tanggal 24 Juni 2018 jam 08.00 WITA keadaan umum pasien tampak lemah dan letih pasien mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi tiga kali sehari konsistensi cair, berwarna kuning, pasien mengatakan sering haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang. Riwayat penyakit keluarga, Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau penyakit menular. Pola aktivitas dan latihan didapatkan , saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual dan muntah, pasien mendapatkan diet ML rendah serat, porsi makanan hanya dihabiskan tiga sendok makan, pasien minum empat gelas sehari ± 800 cc. Saat sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan untuk tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu terbangunkarena BAB, demam serta keringat malam. Aktivitas pasien banyak dibantu oleh keluarga dan perawat. Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Wajah : tampak pucat, kepala : rambut tampak berwarna hitam kusam distribusi merata dan berketombe. Mata : konjungtiva anemis, abdomen : bising usus 20x/ menit, kulit : terlihat kering, turgor kulit kembali > 2 detik,; ekstremitas:tidak ada edema, akral teraba hangat, tonus otot melemah. Dada : inspeksi, simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas teraba simetris, tidak ada massa, pernapasan cepat dan dalam. Abdomen: inspeksi: warna kulit putih. Auskultasi: Suara bising usus 30x/menit.Perkusi: Suara timpani dan ada acites.Palpasi: tidak ada pembesaran hepar dan tidak ada distensi abdomen. Ekstremitas: Terpasang infus di tangan kanan,dan tidak ada edema pada tangan kiri. Integumen: turgor kulit tidak elastis. Status emosional tampak murung dan lesuh, status kecemasan: pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk dan belum meraskan perubahan dari kesehatannya. Komunikasi pasien : pasien mampu diajak berkomunikasi, namun lebih banyak diam dan tertidur karena badan terasa lemah. Status kepercayaan pasien tampak tidak percaya akan Tuhannya sendiri lagi, tidak melakukan ibadah seperti yng seharusnya dan lebih memilih mempercayai dukun: pasien mengatakan untuk apa saya melakukan ibadah dan berdoa karena "dia" yang telah memberikan penyakit ini kepada saya, hanya karna melakukan kesalahan kecil Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 24 juni 2018 yaitu hemoglobin 8,4 g/dl, jumlah eritrosit 3,10 10^6/µL, hematokrit 25,4 %, MCV 81,9 fL,MCH 271,1 pg, MMCHC 14,5%, jumlah leukosit 2,77 10^3/ul, Eosinofil 2,9%, Basofil 0,0%, Neutrofil 87,0 %, Limfosit 5,4 %, Monosit 4,7%, jumlah Eosinofil 0,08 10^3/ul, jumlah Basofil 0,00 10^3/uljumlah Neutrofil 2,41 10^3/ul, jumlah Limfosit 0,15 L10^3/ul, jumlah Trombosit 91 10^3/ul, PDW12,1 fL, MPV 11,5 fL, P-LCR 32,4 %, PCT 0,10 %.Hasil pemeriksaan kimia darah tanggal 24 Juni 2018 yaitu natrium darah 1,33 mmol/L, Kalium darah 3,4 mmol/L, Klorida darah 102 mmol/L, Calcium darah 0,880 mmol/L. Pasien mendapat terapi parenteral NaCl 0,9%/24 jam. Terapi pengobatan paracetamol 3x 500 mg tablet, OAT kat 1, rifampisin 1x450 mg tablet, etambutol 1x 750mg, sanfuliq TAB 30S, B6 2x10 cc. Analisa Data Untuk menemukan masalah yang terjadi pada klien maka perlu dilakukan analisa data yang telah diperoleh diperoleh melalui pengkajian (wawancara, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang) yang dilakukan pada tanggal 24 Juni 2018. Dari data-data itu dapat dirumuskan masalah keperawatan yaitu : Data Subjektif : - Data objektif : Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Dari data diatas maka masalah keperawatan yang pertama yang muncul adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme. Data subjektif :- Data objektif : Pasien nampak lemah,kulit nampak kering, diare,adanya mual muntah, membran mukosa nampak kering dan turgor kulit jelek. Hasil pengukuran TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Pasien tampak berkeringat. Dari data diatas maka masalah keperawatan kedua yang muncul adalah defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kasus pasien HIV/AIDS yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
Luaran Keperawatan SLKI:
1. Hipertermia
- Luaran: Suhu tubuh dalam rentang normal
- Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam rentang 36-38°C
- Tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
2. Keseimbangan cairan
- Luaran: Status cairan dalam rentang normal
- Kriteria hasil:
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Intake dan output cairan seimbang
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Hipertermia
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan tindakan penurun panas (kompres hangat, obat antipiretik)
- Fasilitasi lingkungan yang nyaman (suhu ruangan sejuk, sirkulasi udara baik)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan hipertermia
2. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan (input, output, turgor kulit, membran mukosa)
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi (NaCl 0,9%)
- Pantau tanda-tanda dehidrasi dan elektrolit
- Anjurkan asupan cairan oral yang adekuat
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya intake cairan yang cukup
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dan defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh. Luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh dalam rentang normal dan status cairan dalam rentang normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen hipertermia dan manajemen cairan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi tersebut meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi penurun panas, pemberian cairan intravena, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Semua intervensi ini dilakukan secara komprehensif untuk membantu pasien mencapai kondisi yang stabil. -
Article No. 9880 | 27 Dec 2024
Klinis : Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS di Ruangan Cempaka RSUD Prof.DR.W.Z.Johanes Kupang.Pasien yang dirawat bernama Ny. R, umur 40 tahun, pekerjaan wiraswasta, masuk rumah sakit tanggal 20 Juni 2018 jam 05.00 Wita.Sumber informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan keluarga pasien,observasi,pemeriksaan fisik dan catatan medik Hasil studi kasus didapatkan pasien atas nama Ny R berumur 40 tahun. Pasien dirawat dengan diagnosa suspek TB+ B20. Pasien masuk RSUD Prof.DR W.Z Yohanes Kupang melalui UGD dirujuk dari RSU Kota Kupang pada tanggal 20 Juni 2018 05.00 WITA, dengan keluhan demam tinggi sejak satu bulan yang lalu, diare tiga kali dalam sehari konsistensi cair, berwarna kuning kehitaman, badan terasa lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Keluhan utama, pada saat pengkajian tanggal 24 Juni 2018 jam 08.00 WITA keadaan umum pasien tampak lemah dan letih pasien mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi tiga kali sehari konsistensi cair, berwarna kuning, pasien mengatakan sering haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang. Riwayat penyakit keluarga, Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau penyakit menular. Pola aktivitas dan latihan didapatkan , saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual dan muntah, pasien mendapatkan diet ML rendah serat, porsi makanan hanya dihabiskan tiga sendok makan, pasien minum empat gelas sehari ± 800 cc. Saat sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan untuk tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu terbangunkarena BAB, demam serta keringat malam. Aktivitas pasien banyak dibantu oleh keluarga dan perawat. Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Wajah : tampak pucat, kepala : rambut tampak berwarna hitam kusam distribusi merata dan berketombe. Mata : konjungtiva anemis, abdomen : bising usus 20x/ menit, kulit : terlihat kering, turgor kulit kembali > 2 detik,; ekstremitas:tidak ada edema, akral teraba hangat, tonus otot melemah. Dada : inspeksi, simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas teraba simetris, tidak ada massa, pernapasan cepat dan dalam. Abdomen: inspeksi: warna kulit putih. Auskultasi: Suara bising usus 30x/menit.Perkusi: Suara timpani dan ada acites.Palpasi: tidak ada pembesaran hepar dan tidak ada distensi abdomen. Ekstremitas: Terpasang infus di tangan kanan,dan tidak ada edema pada tangan kiri. Integumen: turgor kulit tidak elastis. Status emosional tampak murung dan lesuh, status kecemasan: pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk dan belum meraskan perubahan dari kesehatannya. Komunikasi pasien : pasien mampu diajak berkomunikasi, namun lebih banyak diam dan tertidur karena badan terasa lemah. Status kepercayaan pasien tampak tidak percaya akan Tuhannya sendiri lagi, tidak melakukan ibadah seperti yng seharusnya dan lebih memilih mempercayai dukun: pasien mengatakan untuk apa saya melakukan ibadah dan berdoa karena "dia" yang telah memberikan penyakit ini kepada saya, hanya karna melakukan kesalahan kecil Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 24 juni 2018 yaitu hemoglobin 8,4 g/dl, jumlah eritrosit 3,10 10^6/µL, hematokrit 25,4 %, MCV 81,9 fL,MCH 271,1 pg, MMCHC 14,5%, jumlah leukosit 2,77 10^3/ul, Eosinofil 2,9%, Basofil 0,0%, Neutrofil 87,0 %, Limfosit 5,4 %, Monosit 4,7%, jumlah Eosinofil 0,08 10^3/ul, jumlah Basofil 0,00 10^3/uljumlah Neutrofil 2,41 10^3/ul, jumlah Limfosit 0,15 L10^3/ul, jumlah Trombosit 91 10^3/ul, PDW12,1 fL, MPV 11,5 fL, P-LCR 32,4 %, PCT 0,10 %.Hasil pemeriksaan kimia darah tanggal 24 Juni 2018 yaitu natrium darah 1,33 mmol/L, Kalium darah 3,4 mmol/L, Klorida darah 102 mmol/L, Calcium darah 0,880 mmol/L. Pasien mendapat terapi parenteral NaCl 0,9%/24 jam. Terapi pengobatan paracetamol 3x 500 mg tablet, OAT kat 1, rifampisin 1x450 mg tablet, etambutol 1x 750mg, sanfuliq TAB 30S, B6 2x10 cc. Analisa Data Untuk menemukan masalah yang terjadi pada klien maka perlu dilakukan analisa data yang telah diperoleh diperoleh melalui pengkajian (wawancara, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang) yang dilakukan pada tanggal 24 Juni 2018. Dari data-data itu dapat dirumuskan masalah keperawatan yaitu : Data Subjektif : - Data objektif : Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Dari data diatas maka masalah keperawatan yang pertama yang muncul adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme. Data subjektif :- Data objektif : Pasien nampak lemah,kulit nampak kering, diare,adanya mual muntah, membran mukosa nampak kering dan turgor kulit jelek. Hasil pengukuran TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Pasien tampak berkeringat. Dari data diatas maka masalah keperawatan kedua yang muncul adalah defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Intake dan output cairan seimbang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Fasilitasi intake cairan yang adekuat
- Berikan terapi antipiretik sesuai resep dokter
- Identifikasi tanda-tanda infeksi dan laporkan kepada dokter
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Kaji status hidrasi pasien (turgor kulit, membran mukosa, dll.)
- Berikan cairan intravena sesuai resep dokter
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi dengan dokter terkait terapi cairan yang dibutuhkan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang telah dirumuskan berdasarkan kondisi pasien yaitu hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dan defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) adalah suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi dan dehidrasi untuk hipertermia, serta tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, dan intake-output cairan seimbang untuk defisit volume cairan. Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian kompres hangat/dingin, hidrasi cairan, pemberian terapi antipiretik, identifikasi tanda infeksi, edukasi pasien dan keluarga untuk hipertermia, serta pemantauan status hidrasi, pemberian cairan intravena, pemantauan intake-output cairan, dan edukasi untuk defisit volume cairan. Intervensi tersebut ditujukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 9881 | 27 Dec 2024
Klinis : Pathway hipertermi pasien suhu 38°, nadi 101x/menit, hasil laboratorium leukosit 13,4 10³/ul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh normal
2. Kenyamanan
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Demam
3. Manajemen Cairan
Penjelasan Singkat:
Hipertermia merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang dalam kasus ini ditandai dengan suhu tubuh 38°C, nadi yang cepat (101x/menit), dan peningkatan jumlah leukosit (13,4 10³/ul). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen demam (seperti pemberian antipiretik, kompres hangat, dll.), dan manajemen cairan (untuk mencegah dehidrasi). Tujuan luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh kembali normal, pasien merasa nyaman, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.