Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9962 | 28 Dec 2024
Klinis : Pada end-stage renal disease (ESRD), salah satu manifestasi klinis yang umum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi end-stage renal disease (ESRD) dengan salah satu manifestasi klinis yang umum:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.6
- Deskripsi: Penyakit Ginjal Stadium Akhir (ESRD)
Penyakit Ginjal Stadium Akhir (ESRD) merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal kronis, di mana fungsi ginjal telah menurun secara signifikan dan tidak dapat mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh. Salah satu manifestasi klinis yang umum pada ESRD adalah edema.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Pada pasien dengan ESRD, tindakan hemodialisis sering dilakukan sebagai terapi pengganti fungsi ginjal. Hemodialisis merupakan prosedur di mana darah dialirkan keluar dari tubuh, dibersihkan melalui sebuah mesin dialisis, dan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh. Hal ini membantu mengatur keseimbangan cairan, elektrolit, dan zat-zat sisa metabolisme dalam tubuh. -
Article No. 9963 | 28 Dec 2024
Klinis : Pada gagal jantung kiri, peningkatan tekanan venosa pulmonalis dapat menyebabkan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Pada kasus gagal jantung kiri dengan peningkatan tekanan venosa pulmonalis, kode diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.1
- Deskripsi: Gagal jantung kiri
Penjelasan:
Gagal jantung kiri adalah kondisi di mana jantung kiri tidak dapat memompa darah dengan efektif, menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru-paru (venosa pulmonalis). Hal ini dapat mengakibatkan berbagai gejala seperti sesak napas, edema paru, dan kongesti vena sistemik.
Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk prosedur medis, karena kondisi ini biasanya ditangani dengan terapi farmakologis, modifikasi gaya hidup, dan manajemen tanda dan gejala yang muncul.
Penanganan gagal jantung kiri meliputi pemberian obat-obatan seperti diuretik, ACE inhibitor, atau antagonis reseptor angiotensin II untuk mengurangi beban jantung, serta tindakan suportif lainnya sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 9964 | 28 Dec 2024
Klinis : Pada penyakit jantung akhir, akumulasi cairan pada ekstremitas bawah dapat disebabkan oleh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda sebutkan, yaitu akumulasi cairan pada ekstremitas bawah yang dapat terjadi pada penyakit jantung akhir, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.9
- Deskripsi: Gagal jantung, tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
Pada penyakit jantung akhir, akumulasi cairan pada ekstremitas bawah dapat disebabkan oleh gagal jantung. Gagal jantung merupakan kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif, sehingga cairan dapat terakumulasi di berbagai jaringan, termasuk ekstremitas bawah. Kode ICD-10 I50.9 mencakup gagal jantung yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Untuk menangani akumulasi cairan pada ekstremitas bawah, salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah pemberian cairan intravena (kode ICD-9-CM 99.15). Tindakan ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh dan membantu mengurangi pembengkakan pada ekstremitas bawah. -
Article No. 9965 | 28 Dec 2024
Klinis : Ds: pasien mengatakan selalu merasa ada yang mengikuti kemanapun ia pergi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian yang Anda berikan, pasien mengalami Gejala Halusinasi. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan, standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Gejala Halusinasi
Penjelasan Singkat:
Gejala Halusinasi adalah persepsi sensorik yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang nyata. Pasien mengalami persepsi palsu, seperti mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang tidak ada.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gejala Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensorik yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang nyata, yang dapat mengganggu fungsi dan perkembangan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gejala Halusinasi adalah pasien dapat mengenali halusinasi, mengontrol halusinasi, dan tidak terganggu aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Gejala Halusinasi antara lain:
1. Terapi Realitas: Membantu pasien membedakan realitas dan halusinasi.
2. Stimulasi Persepsi: Mengalihkan perhatian pasien dari halusinasi.
3. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
4. Edukasi dan Konseling: Memberikan informasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga.
Persona: Sebagai perawat, saya akan membantu Anda memahami kondisi pasien dan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 9966 | 28 Dec 2024
Klinis : Dalam melakukan penegakan diagnosis pasti pada osteosarkoma, maka pada pemeriksaan mikroskopik harus dijumpai
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam melakukan penegakan diagnosis pasti pada osteosarkoma, maka pada pemeriksaan mikroskopik harus dijumpai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C40.0
- Deskripsi: Osteosarkoma tulang panjang, bagian atas atau bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.11
- Deskripsi: Biopsi eksisi tulang, kecuali tulang jari tangan atau kaki
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 C40.0 merupakan kode untuk osteosarkoma yang muncul pada bagian atas atau bawah tulang panjang. Osteosarkoma adalah jenis tumor ganas yang berasal dari sel-sel pembentuk tulang.
2. Kode ICD-9-CM 85.11 merujuk pada prosedur biopsi eksisi tulang, kecuali tulang jari tangan atau kaki. Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sampel jaringan tulang untuk diperiksa secara mikroskopik, yang merupakan langkah penting dalam penegakan diagnosis pasti osteosarkoma. -
Article No. 9967 | 28 Dec 2024
Klinis : klien menanyakan kapan bisa segera pindah ruangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan untuk Peningkatan Mobilitas (Readiness for Enhanced Mobility)
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kesiapan untuk Peningkatan Mobilitas merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kemampuan dan keinginan individu untuk meningkatkan mobilitas yang lebih baik dari sebelumnya.
- Karakteristik utama: Klien menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk terlibat dalam upaya meningkatkan mobilitas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Mobilitas Meningkat, yang ditandai dengan:
a. Klien dapat bergerak dengan lebih mudah dan aman.
b. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengkajian dan perencanaan peningkatan mobilitas.
b. Memfasilitasi klien dalam melakukan latihan gerak dan aktivitas sesuai kemampuan.
c. Memberikan edukasi dan informasi terkait manfaat peningkatan mobilitas dan strategi yang dapat dilakukan.
d. Memantau kemajuan dan respon klien terhadap intervensi yang dilakukan.
Dalam kondisi ini, klien menanyakan kapan bisa segera pindah ruangan, yang menunjukkan adanya kesiapan dan keinginan untuk meningkatkan mobilitasnya. Peran perawat adalah memberikan dukungan, edukasi, dan memfasilitasi klien untuk mencapai tujuan peningkatan mobilitas yang diharapkan. -
Article No. 9968 | 28 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun, mengeluh nyeri lengan bawah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 6 (skala numerik 0-10). Pasien mengatakan sering mengangkat aqua galon. Pasien mengalami strain otot lengan bawah. Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung kondisi pasien diatas adalah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M65.9
- Deskripsi: Tendinitis, tidak spesifik
Penjelasan: Kode M65.9 dalam ICD-10 digunakan untuk menggambarkan kondisi tendinitis yang tidak terspesifikasi secara lebih detail. Dalam kasus ini, pasien mengalami strain otot lengan bawah, yang dapat diklasifikasikan sebagai bentuk tendinitis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang sesuai
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilakukan dalam kasus ini. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian obat antiinflamasi, terapi fisik, atau penanganan konservatif lainnya.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami strain otot lengan bawah akibat sering mengangkat galon air, sehingga tidak memerlukan tindakan medis yang spesifik. Penanganan yang sesuai adalah dengan memberikan terapi konservatif, seperti obat antiinflamasi, kompres dingin, dan terapi fisik untuk membantu pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 9969 | 28 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 32 tahun dirawat di bangsal bedah dengan fraktur tertutup radius ulna dextrA. Pasien mengeluh nyeri dengan skala 6, nyeri bertambah saat bergerak, tampak membatasi gerakan pada tangan kanannyA. Pemenuhan kebutuhan pasien dibantu. Pasien dipasang spalk, edema pada punggung tangan kanan. Pasien direncanakan operasi ORIF minggu depan dan pasien mengatakan takut. Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fraktur radius ulna dextra, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dengan skala 6 dan nyeri bertambah saat bergerak.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi tangan kanan, ditandai dengan pasien tampak membatasi gerakan pada tangan kanannya dan memerlukan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan.
3. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan, ditandai dengan pasien mengatakan takut.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fraktur radius ulna dextra:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan melaporkan penurunan nyeri selama perawatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, yaitu tindakan untuk mengontrol atau mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi tangan kanan:
- SDKI: Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pergerakan fisik yang disengaja atau tidak disengaja pada satu atau lebih ekstremitas.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan mobilitas fisik selama perawatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan mobilitas, yaitu tindakan untuk memfasilitasi pergerakan pasien.
3. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan:
- SDKI: Kecemasan adalah pengalaman emosi dan sensasi somatik yang tidak menyenangkan akibat sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan melaporkan penurunan tingkat kecemasan selama perawatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kecemasan, yaitu tindakan untuk mengurangi dan mengontrol kecemasan yang dirasakan pasien.
Dengan memahami diagnosis keperawatan dan penerapan SDKI, SLKI, serta SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 9970 | 28 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 33 tahun dengan osteosarcoma, terjadi fraktur tibia sinistra tertutup, post Open Reduction Internal Fixation (ORIF) 6 jam yang lalu. Pasien mengaku nyeri di skala 5 setelah diberikan analgesic dan melakukan tarik nafas dalam, dia ingin segera bisa pulih dan berjalan lagi. Saat ini pasien sudah mampu menekuk dan meluruskan kembali tangan dan kaki kanannyA. Apakah langkah selanjutnya pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta langkah selanjutnya yang disarankan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C40.2
- Deskripsi: Osteosarcoma pada tulang panjang tungkai bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 79.35
- Deskripsi: Open reduction of fracture with internal fixation, tibia and fibula
Langkah selanjutnya yang disarankan adalah:
Berdasarkan kondisi pasien saat ini, setelah menjalani prosedur ORIF (Open Reduction Internal Fixation) pada fraktur tulang tibia sinistra 6 jam yang lalu, langkah selanjutnya adalah memberikan perawatan lanjutan dan rehabilitasi yang tepat. Pasien mengalami nyeri skala 5 setelah diberikan analgesik dan melakukan tarik napas dalam, yang menunjukkan adanya peradangan dan nyeri setelah tindakan operasi. Hal ini normal dan dapat diatasi dengan pemberian analgesik yang tepat, kompres es, dan mobilisasi dini.
Selanjutnya, disarankan untuk:
1. Melakukan evaluasi dan pemantauan yang ketat terhadap kondisi luka, tanda-tanda infeksi, dan kontrol nyeri.
2. Memberikan obat analgesik yang sesuai untuk mengelola nyeri pasien.
3. Melatih dan memotivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini, seperti menggerakkan sendi, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan.
4. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai perawatan luka, latihan fisik, dan rencana rehabilitasi yang harus dijalani.
5. Melakukan pemeriksaan radiologis secara berkala untuk memonitor proses penyembuhan fraktur.
6. Merujuk pasien ke fisioterapis untuk mendapatkan program rehabilitasi yang tepat.
Dengan perawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik dan dapat berjalan kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama. -
Article No. 9971 | 28 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 42 tahun dirawat di ruang penyakit bedah dengan fraktur femur. Pasien mengeluh nyeri, TD 140/90 mmHg, Nadi 90x/menit, Frekuensi nafas 23x/menit, Suhu 37,20C. Pasien mengungkapkan kecemasan karena akan dioperasi, tampak gelisah dan murung. Apakah tindakan yang harus dilakuakan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: S72.0
- Deskripsi: Fraktur leher femur
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 79.15
- Deskripsi: Operasi terbuka untuk fraktur femur, termasuk fiksasi internal.
Berdasarkan kasus yang diberikan, seorang pasien perempuan berusia 42 tahun datang ke ruang penyakit bedah dengan keluhan fraktur femur. Pasien mengeluhkan nyeri, dengan tanda vital yang menunjukkan tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 90 kali per menit, frekuensi napas 23 kali per menit, dan suhu 37,2°C. Pasien juga mengungkapkan kecemasan karena akan menjalani operasi, tampak gelisah dan murung.
Tindakan yang harus dilakukan pada kasus ini adalah:
1. Stabilisasi kondisi pasien, termasuk manajemen nyeri dan kecemasan.
2. Pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk memastikan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Pemeriksaan radiologi (misalnya, foto polos) untuk mengonfirmasi diagnosis fraktur femur.
4. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
5. Persiapan pembedahan untuk fiksasi internal fraktur femur, sesuai dengan kode ICD-9-CM 79.15.
6. Upaya untuk mengurangi kecemasan pasien, seperti memberikan edukasi tentang prosedur dan prognosis, serta dukungan emosional.
7. Perencanaan perawatan pasca-operasi, termasuk rehabilitasi dan pemulihan.
Penanganan yang komprehensif, termasuk stabilisasi kondisi, pembedahan, dan dukungan psikologis, sangat penting dalam menangani pasien dengan fraktur femur untuk mencapai hasil yang optimal.