Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10000 | 28 Dec 2024
Klinis : dehidrasi bibir kering dan turgor kulit menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi dehidrasi dengan bibir kering dan turgor kulit menurun.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan intrakorporeal, yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Individu berisiko mengalami kekurangan cairan intrakorporeal yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti intake cairan yang tidak adekuat, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan mekanisme regulasi cairan.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah individu dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan bibir lembab, turgor kulit normal, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur intake dan output cairan, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan edukasi kepada individu mengenai pentingnya menjaga keseimbangan cairan.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya telah menyajikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 10001 | 28 Dec 2024
Klinis : dehidrasi bibir kering dan turgor kulit menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu dehidrasi dengan gejala bibir kering dan turgor kulit menurun, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan (SDKI)
Penjelasan:
- Risiko Ketidakseimbangan Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami risiko terjadinya kekurangan atau kelebihan cairan dalam tubuh.
- Pada kasus ini, pasien mengalami dehidrasi dengan gejala bibir kering dan turgor kulit menurun, yang mengindikasikan adanya risiko ketidakseimbangan cairan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan Cairan
- Hidrasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Cairan
- Terapi Cairan
- Pemantauan Cairan
Penjelasan Singkat:
Perawat akan melakukan intervensi manajemen cairan dan terapi cairan untuk mengatasi risiko ketidakseimbangan cairan pada pasien. Tujuannya adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan hidrasi yang adekuat. Perawat akan melakukan pemantauan cairan secara berkala, seperti mengukur intake dan output cairan, serta tanda-tanda vital untuk memastikan kondisi pasien stabil.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 10002 | 28 Dec 2024
Klinis : dehidrasi bibir kering dan turgor kulit menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran atau output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi dehidrasi dengan bibir kering dan turgor kulit menurun:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Defisit Volume Cairan" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Defisit Volume Cairan didefinisikan sebagai "Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular". Kondisi ini ditandai dengan bibir kering dan turgor kulit menurun, yang menunjukkan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Hidrasi Terjaga: Cairan tubuh seimbang sebagaimana yang dibutuhkan oleh tubuh.
b. Turgor Kulit Membaik: Peningkatan kemampuan kulit untuk kembali ke posisi semula ketika ditarik.
c. Membran Mukosa Lembab: Membran mukosa, seperti bibir, menunjukkan kelembaban yang baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Cairan:
- Pantau asupan dan output cairan pasien.
- Identifikasi tanda-tanda dehidrasi, seperti bibir kering dan turgor kulit yang menurun.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan, seperti cek elektrolit dan osmolaritas.
b. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
- Pilih jenis cairan yang sesuai, seperti cairan elektrolit atau cairan isotonis.
- Sesuaikan laju pemberian cairan berdasarkan status cairan pasien.
c. Perawatan Mulut:
- Berikan perawatan mulut secara teratur, seperti membasahi bibir dan membersihkan rongga mulut.
- Gunakan pelembab bibir atau salep untuk menjaga kelembaban bibir.
d. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya hidrasi yang adekuat.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara memantau asupan dan output cairan.
- Berikan informasi tentang tanda-tanda dehidrasi dan pentingnya melaporkan perubahan kondisi.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan, yaitu hidrasi yang terjaga, turgor kulit yang membaik, dan membran mukosa yang lembab, sehingga dapat memulihkan kondisi dehidrasi pasien. -
Article No. 10003 | 28 Dec 2024
Klinis : defisit volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi defisit volume cairan.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan
Definisi:
Kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang melebihi masukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Status Hidrasi
3. Perubahan Tanda-tanda Vital
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Pemantauan Cairan
3. Terapi Cairan
Penjelasan Singkat:
Defisit volume cairan adalah kondisi di mana kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler melebihi masukan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kehilangan cairan yang berlebihan (misalnya diare, muntah, atau perdarahan), gangguan asupan cairan, atau gangguan keseimbangan elektrolit.
Luaran keperawatan yang diharapkan meliputi keseimbangan cairan yang memadai, status hidrasi yang optimal, dan stabilitas tanda-tanda vital. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen cairan, pemantauan cairan, dan pemberian terapi cairan sesuai kebutuhan pasien.
Perawat berperan penting dalam mengevaluasi status cairan pasien, memantau tanda-tanda vital, dan mengimplementasikan intervensi yang tepat untuk mengatasi defisit volume cairan. Pemahaman yang mendalam tentang patofisiologi, faktor risiko, dan pendekatan manajemen yang komprehensif sangat diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif. -
Article No. 10004 | 28 Dec 2024
Klinis : Kasus 2 Ny. A. Berusia 18 tahun, mengalami diare sejak kemarin setelah mengonsumsi makanan yang sangat pedas. Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan BAB cair sebanyak 7 kali dalam 24 jam terakhir, disertai mulas dan kram perut dengan skala nyeri 5, nyeri seperti diremas-remas. Pasien mengatakan sangat menyukai makanan pedas dan sering menambahkan banyak cabai saat makan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, Suhu 37,2°C, RR 22x/mnt. Terlihat tanda-tanda dehidrasi ringan dengan bibir kering dan turgor kulit menurun.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis noninfektif, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. A. mengalami diare sejak kemarin setelah mengonsumsi makanan yang sangat pedas. Gejala yang dialami pasien meliputi BAB cair sebanyak 7 kali dalam 24 jam terakhir, disertai mulas dan kram perut dengan skala nyeri 5, serta tanda-tanda dehidrasi ringan dengan bibir kering dan turgor kulit menurun.
Kode ICD-10 yang sesuai dengan kondisi ini adalah K52.9 (Gastroenteritis dan kolitis noninfektif, tidak dispesifikasi). Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi peradangan gastrointestinal atau kolon yang disebabkan oleh faktor-faktor selain infeksi, seperti makanan pedas yang dikonsumsi oleh pasien.
Tidak terdapat kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian rehidrasi, antiemetik, dan analgesik untuk mengatasi gejala diare, mual, dan nyeri perut. -
Article No. 10005 | 28 Dec 2024
Klinis : Kasus 2 Ny. A. Berusia 18 tahun, mengalami diare sejak kemarin setelah mengonsumsi makanan yang sangat pedas. Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan BAB cair sebanyak 7 kali dalam 24 jam terakhir, disertai mulas dan kram perut dengan skala nyeri 5, nyeri seperti diremas-remas. Pasien mengatakan sangat menyukai makanan pedas dan sering menambahkan banyak cabai saat makan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, Suhu 37,2°C, RR 22x/mnt. Terlihat tanda-tanda dehidrasi ringan dengan bibir kering dan turgor kulit menurun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. A.:
1. Diare akut berhubungan dengan konsumsi makanan pedas yang berlebihan
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau setengah cair yang terjadi secara tiba-tiba dan menetap kurang dari 14 hari.
- Karakteristik: BAB cair sebanyak 7 kali dalam 24 jam, disertai mulas dan kram perut.
2. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare akut
- Definisi: Keadaan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang berpotensi terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.
- Karakteristik: Tanda-tanda dehidrasi ringan seperti bibir kering dan turgor kulit menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Diare akut berhubungan dengan konsumsi makanan pedas yang berlebihan:
- Pasien dapat melaporkan penurunan frekuensi BAB
- Pasien dapat melaporkan penurunan rasa mulas dan kram perut
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan konsistensi feses
2. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare akut:
- Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat
- Pasien dapat melaporkan peningkatan intake cairan
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Diare akut berhubungan dengan konsumsi makanan pedas yang berlebihan:
- Kaji frekuensi, konsistensi, dan volume BAB
- Berikan informasi tentang penyebab diare dan pentingnya pembatasan konsumsi makanan pedas
- Ajarkan teknik manajemen nyeri perut, seperti kompres hangat dan distraksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat antidiare, jika diperlukan
2. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare akut:
- Kaji tanda-tanda dehidrasi, seperti bibir kering, turgor kulit, dan intake-output cairan
- Berikan edukasi tentang pentingnya peningkatan asupan cairan dan elektrolit
- Beri asupan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, baik per oral maupun parenteral
- Pantau tanda-tanda vital secara reguler
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi rehidrasi, jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan Ny. A. dapat pulih dari diare akut dan terhindar dari komplikasi dehidrasi. -
Article No. 10006 | 28 Dec 2024
Klinis : pasien datang dibawa dengan kejang terus menerus , berdurasi singkat , kejang tonik klonik , disertai demam 1 hari riw epilepsi , sudah minum obat tp kejang tidak berhenti
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera (RSKO)
- SDKI: Keadaan yang rentan terhadap cidera fisik, psikologis, sosial, atau spiritual yang dapat mengganggu integritas tubuh, fungsi, serta proses pertumbuhan dan perkembangan individu.
- SLKI: Tidak terjadi cidera fisik, psikologis, sosial, atau spiritual yang dapat mengganggu integritas tubuh, fungsi, serta proses pertumbuhan dan perkembangan individu.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen lingkungan, manajemen medikasi, pemantauan tanda vital, dan konseling keselamatan.
Penjelasan:
Pasien mengalami kejang terus-menerus dengan durasi singkat, kejang tonik-klonik, disertai demam, dan riwayat epilepsi. Meskipun pasien telah minum obat, kejang tidak berhenti, sehingga berisiko mengalami cedera fisik maupun psikologis akibat kejang yang berlangsung lama. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Risiko Cedera (RSKO).
Tujuan keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya cedera fisik, psikologis, sosial, atau spiritual yang dapat mengganggu integritas tubuh, fungsi, serta proses pertumbuhan dan perkembangan individu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen lingkungan, manajemen medikasi, pemantauan tanda vital, dan konseling keselamatan. -
Article No. 10008 | 28 Dec 2024
Klinis : Risiko Perubahan Perfusi Serebral (SDKI)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya adalah Perawat senior di Rumah Sakit X. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Risiko Perubahan Perfusi Serebral.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perubahan Perfusi Serebral (SDKI)
- Definisi: Risiko terjadinya gangguan suplai darah ke otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral.
- Faktor risiko: Hipertensi, diabetes, penyakit jantung, merokok, obesitas, stres, dll.
- Tanda dan gejala: Perubahan kesadaran, gangguan motorik, perubahan tanda-tanda vital, sakit kepala, dll.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Terdiri dari daftar diagnosis keperawatan beserta definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, serta kriteria hasil.
- Diagnosa Risiko Perubahan Perfusi Serebral termasuk dalam kategori diagnosis keperawatan domain Nutrisi-Metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Berisi daftar luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan.
- Luaran yang terkait dengan Risiko Perubahan Perfusi Serebral antara lain: Perfusi Serebral Adekuat, Fungsi Neurologi Membaik, Tekanan Darah Terkendali, dll.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi yang terkait dengan Risiko Perubahan Perfusi Serebral antara lain: Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Hipertensi, Edukasi Gaya Hidup Sehat, dll.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan Risiko Perubahan Perfusi Serebral dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI dari PPNI. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 10009 | 28 Dec 2024
Klinis : takipnoe
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi takipnoe.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang dapat mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Karakteristik Mayor: Frekuensi napas di atas atau di bawah rentang normal.
2. SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. SIKI:
- Intervensi Keperawatan:
a. Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas.
b. Kaji pola napas, irama, dan kedalaman napas.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab takipnoe.
Dalam kondisi ini, takipnoe (peningkatan frekuensi pernapasan) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi medis, gangguan paru-paru, atau stres. Perawat perlu melakukan penilaian komprehensif, memantau tanda-tanda vital, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab dan mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 10010 | 28 Dec 2024
Klinis : pasien hemodialisa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien hemodialisis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, asupan cairan yang berlebihan, dan gangguan mekanisme homeostasis.
- Tanda dan Gejala: Edema, peningkatan berat badan, hipertensi, sesak napas, dan kelelahan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, anemia, dan efek samping terapi hemodialisis.
- Tanda dan Gejala: Fatigue, lemah, dan mudah lelah saat melakukan aktivitas.
3. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
- Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan konsentrasi normal elektrolit dalam cairan tubuh.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, ketidakseimbangan asupan dan ekskresi elektrolit.
- Tanda dan Gejala: Perubahan kadar elektrolit dalam darah, kram otot, iritabilitas, dan aritmia jantung.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi klien dan masalah keperawatan yang ditemukan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI - SLKI - SIKI dalam praktik keperawatan hemodialisis membantu perawat untuk melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang realistic, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan kondisi hemodialisis.