Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12110 | 11 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. Jelaskan patofisiologi penyakit pada kasus di atas!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Patofisiologi Penyakit pada Kasus Diabetes Mellitus Tipe II:
Diabetes Mellitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat resistensi insulin dan/atau penurunan sekresi insulin oleh pankreas. Pada kasus Tn. Y, riwayat DM Tipe II selama 6 tahun menunjukkan adanya resistensi insulin yang progresif. Resistensi insulin ini dipicu oleh berbagai faktor seperti obesitas, pola makan tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang. Kondisi ini menyebabkan sel-sel tubuh tidak responsif terhadap insulin, sehingga glukosa tidak dapat diangkut dengan baik ke dalam sel-sel dan menumpuk di dalam pembuluh darah, mengakibatkan hiperglikemia. Selain itu, penurunan sekresi insulin oleh pankreas juga dapat terjadi seiring dengan progresivitas penyakit. Hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi akut seperti ketoacidosis diabetik atau sindrom hiperosmolar non-ketotik, yang ditandai dengan gejala pusing, mual, muntah, dan gangguan kesadaran.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Teratasinya risiko gangguan keseimbangan cairan yang ditandai dengan:
- Asupan dan pengeluaran cairan seimbang
- Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
2. Kontrol Glikemik: Terkendalinya kadar glukosa darah yang ditandai dengan:
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (70-180 mg/dL)
- Tidak terjadi komplikasi akut terkait hiperglikemia
3. Manajemen Penyakit Kronis: Kemampuan pasien dalam mengelola penyakit DM Tipe II yang ditandai dengan:
- Pasien dapat menjelaskan penyakitnya, komplikasi, dan cara pengelolaannya
- Pasien mengikuti regimen pengobatan, diet, dan aktivitas fisik yang direkomendasikan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi terkait Keseimbangan Cairan:
- Pemantauan intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Edukasi tentang pentingnya asupan cairan yang cukup
2. Intervensi terkait Kontrol Glikemik:
- Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala
- Pemberian insulin atau antidiabetik sesuai resep dokter
- Edukasi tentang manajemen diet dan aktivitas fisik untuk kontrol glikemik
3. Intervensi terkait Manajemen Penyakit Kronis:
- Edukasi tentang penyakit DM Tipe II, komplikasi, dan pengelolaannya
- Fasilitasi pasien untuk mematuhi regimen pengobatan, diet, dan aktivitas fisik
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk optimalisasi pengelolaan penyakit
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, yaitu keseimbangan cairan, kontrol glikemik yang baik, serta kemampuan pasien dalam mengelola penyakit DM Tipe II secara efektif. -
Article No. 12111 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien anak datang dengan keluhan demam sejak 3 hari smrs, batuk, mual, muntah 1x di rumah,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien anak dengan keluhan demam, batuk, mual, dan muntah, berikut ini adalah contoh diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen.
- SLKI: Tujuan dari pengelolaan Risiko Infeksi adalah pasien menunjukkan tidak terjadi infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengatur pemberian antibiotik.
2. Mual berhubungan dengan penyakit akut
Penjelasan:
- SDKI: Mual adalah sensasi tidak menyenangkan di daerah lambung yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Tujuan dari pengelolaan Mual adalah pasien melaporkan tidak ada lagi mual.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola faktor penyebab mual, memberikan obat anti-mual, dan mengajarkan teknik relaksasi.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan.
- SLKI: Tujuan dari pengelolaan Intoleransi Aktivitas adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengatur aktivitas, dan memberikan dukungan emosional.
Harap diingat bahwa diagnosis keperawatan dan intervensi yang tepat harus ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien dan kondisi yang dialaminya. -
Article No. 12112 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien anak datang dengan keluhan demam sejak 3 hari smrs, batuk, mual, muntah 1x di rumah, Saat ini demam sihu 38.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien anak yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam, batuk, mual, dan muntah, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Suhu Tubuh r/t proses patologis penyakit akut yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh hingga 38,2°C.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
- Pasien dapat mencapai suhu tubuh dalam rentang normal, yaitu 36,5-37,5°C.
- Tanda-tanda vital pasien stabil dan tidak ada peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Demam
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala.
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi dokter.
- Tingkatkan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Edukasikan keluarga tentang penatalaksanaan demam.
2. Manajemen Nutrisi
- Pantau intake dan output cairan pasien.
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna selama gejala mual dan muntah.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi rehidrasi, jika diperlukan.
3. Manajemen Jalan Napas
- Pantau pernapasan pasien dan berikan oksigen, jika diperlukan.
- Lakukan suction pada jalan napas, jika ada lendir berlebih.
- Berikan terapi inhalasi, jika diperlukan, untuk membantu bersihan jalan napas.
4. Edukasi Keluarga
- Edukasikan keluarga tentang penyebab, tanda dan gejala, serta penatalaksanaan penyakit.
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien dan pantau respon mereka.
- Berikan informasi tentang prognosis dan rencana perawatan selanjutnya.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien anak dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu suhu tubuh dalam rentang normal dan kondisi klinis yang stabil. -
Article No. 12056 | 10 Feb 2025
Klinis : anak 5 tahun sesak, batuk batuk, lemas, tidak mau minum, rewel, sering menangis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak 5 tahun yang mengalami sesak, batuk, lemas, tidak mau minum, rewel, dan sering menangis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
Penyebab: Sekresi jalan napas yang berlebihan, spasme otot, dan obstruksi jalan napas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, mual, dan kesulitan menelan.
3. Risiko Gangguan Oxygenasi
Definisi: Berisiko mengalami gangguan pertukaran gas yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, dan hiperventilasi.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam menentukan masalah kesehatan pasien secara sistematis dan terstandar.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terstruktur, dan berkualitas tinggi untuk menangani kondisi anak 5 tahun yang mengalami sesak, batuk, lemas, tidak mau minum, rewel, dan sering menangis. -
Article No. 12057 | 10 Feb 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diare:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan Diare
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan asam-basa akibat faktor internal atau eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan terpelihara, yang ditandai dengan:
1. Intake dan output cairan seimbang
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Turgor kulit dan membran mukosa dalam batas normal
4. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dilakukan antara lain:
1. Pemantauan intake dan output cairan
2. Pemberian cairan intravena atau oral sesuai indikasi
3. Edukasi tentang manajemen diare
4. Kolaborasi pemberian terapi antidiare dan rehidrasi oral/intravena
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, dan melakukan evaluasi terhadap luaran yang diharapkan. Pendekatan yang saya gunakan adalah berpusat pada pasien, dengan mempertimbangkan aspek bio-psiko-sosio-spiritual. -
Article No. 12058 | 10 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Jaringan Perifer
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit dan membran mukosa.
Batasan Karakteristik:
- Mata merah
- Nyeri
- Edema
Faktor Terkait:
- Infeksi
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko:
- Peningkatan paparan terhadap patogen
- Disfungsi sistem pertahanan tubuh
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang diperoleh dari pasien. Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Integritas Jaringan Perifer dan Risiko Infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah perbaikan integritas jaringan perifer dan pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Dalam kasus ini, intervensi yang dapat dilakukan adalah pemberian kompres hangat, pemberian obat tetes mata, dan edukasi terkait perawatan mata.
Tone akademis, persona pakar, dan nurse:
Dalam menjawab pertanyaan ini, saya berusaha untuk memberikan informasi yang objektif dan ilmiah, sesuai dengan persona pakar. Namun, saya juga berusaha untuk menyampaikan informasi dalam bahasa yang mudah dipahami, seperti yang dilakukan oleh seorang perawat yang berinteraksi dengan pasien. -
Article No. 12059 | 10 Feb 2025
Klinis : patah tulang bahu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan patah tulang bahu:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S42.2
- Deskripsi: Patah tulang bahu
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 79.11
- Deskripsi: Tindakan reduksi terbuka dengan fiksasi tulang bahu
Penjelasan rinci:
1. Kode ICD-10 S42.2 (Patah tulang bahu):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan patah tulang pada area bahu, termasuk patah tulang klavikula, skapula, dan tulang humerus bagian proksimal.
- Diagnosis ini dapat melibatkan berbagai tingkat keparahan, mulai dari patah tulang sederhana hingga fraktur komplit dengan dislocatio.
- Penanganan dapat melibatkan tindakan reduksi dan fiksasi, baik secara tertutup maupun terbuka, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi patah tulang.
2. Kode ICD-9-CM 79.11 (Tindakan reduksi terbuka dengan fiksasi tulang bahu):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan tindakan pembedahan berupa reduksi terbuka (open reduction) dan fiksasi tulang bahu.
- Tindakan ini dilakukan untuk mengembalikan tulang ke posisi anatomis yang benar dan menstabilkannya dengan alat fiksasi seperti plate, sekrup, atau kawat.
- Prosedur ini biasanya diperlukan untuk patah tulang yang kompleks, tidak dapat direduksi secara tertutup, atau memerlukan stabilisasi yang lebih baik.
- Tindakan ini bertujuan untuk memfasilitasi penyembuhan tulang yang patah dan mencegah komplikasi seperti malunion atau nonunion.
Dengan menggunakan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat, perekam medis dapat memberikan informasi yang akurat dan terstruktur mengenai diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan untuk menangani patah tulang bahu pada pasien. -
Article No. 12060 | 10 Feb 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan infark miokard akut.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung.
4. Resiko Komplikasi berhubungan dengan infark miokard akut, hipertensi, dan diabetes melitus tipe 2.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
2. Penurunan Curah Jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
4. Resiko Komplikasi: Rentan terhadap kejadian yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien mampu mengendalikan rasa nyeri.
2. Perfusi Jaringan Adekuat: Pasien mampu mempertahankan pasokan darah dan oksigen yang cukup ke jaringan.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas dengan lebih baik.
4. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengontrol atau mengurangi nyeri yang dialami pasien.
2. Manajemen Kardiovaskular: Intervensi untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
3. Peningkatan Aktivitas: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan toleransi dan kapasitas aktivitas.
4. Pencegahan Komplikasi: Intervensi untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 12061 | 10 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Rontgen thoraks (paru-paru), termasuk fluoroskopi dan/atau foto (satu proyeksi atau lebih); dengan pembacaan dan interpretasi
Berdasarkan kode ICD-10, diagnosis awal pasien adalah Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif (A15.0). Pemeriksaan rontgen thoraks (kode ICD-9-CM 87.44) dilakukan untuk mendukung diagnosis awal tuberkulosis paru, dengan pembacaan dan interpretasi hasil pemeriksaan.
Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pemeriksaan sputum, untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. Selain itu, pemeriksaan penunjang lainnya seperti tes tuberculin atau pemeriksaan penunjang lainnya juga dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan rencana pengobatan yang tepat. -
Article No. 12062 | 10 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Tanda dan gejala: Pasien mengeluhkan batuk berdahak, suara napas bronkial di paru kanan atas, dan sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Tanda dan gejala: Pasien mengalami kehilangan nafsu makan dan demam, yang dapat menyebabkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan irama pernapasan yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi.
- Tanda dan gejala: Pasien mengalami sesak napas, yang menunjukkan adanya perubahan pola napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sianosis
- Dahak dapat dikeluarkan dengan mudah
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tidak ada penurunan berat badan yang signifikan
- Tidak ada demam
3. Pola Napas Efektif
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama dan kedalaman napas normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas yang berlebihan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen Jalan Napas
- Fisioterapi Dada
- Terapi Oksigen
- Edukasi Batuk Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas Bertahap
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Demam
3. Ketidakefektifan Pola Napas
- Manajemen Jalan Napas
- Teknik Relaksasi
- Terapi Oksigen
- Edukasi Teknik Pernapasan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Ketidakefektifan Pola Napas. Pasien mengalami gejala batuk berdahak, sesak napas, dan penurunan toleransi aktivitas yang dapat disebabkan oleh tuberkulosis paru.
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah tercapainya bersihan jalan napas yang efektif, peningkatan toleransi aktivitas, dan pola napas yang efektif. Indikator-indikator ini menunjukkan bahwa kondisi pasien telah membaik dan mampu beraktivitas secara optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, fisioterapi dada, terapi oksigen, edukasi batuk efektif, manajemen energi, peningkatan aktivitas bertahap, manajemen nutrisi, manajemen demam, teknik relaksasi, dan edukasi teknik pernapasan. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memperbaiki pola napas pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai kondisi yang optimal dan mampu beraktivitas secara mandiri tanpa adanya komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis paru.