Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12097 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit tenggorakan sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak, pilek.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu sakit tenggorokan, batuk berdahak, dan pilek, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Gejala yang mendukung diagnosa ini adalah sakit tenggorokan, batuk berdahak, dan pilek yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Kriteria hasil yang diharapkan:
a. Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
b. Pasien tidak lagi merasakan sakit tenggorokan.
c. Pasien dapat bernapas dengan lancar tanpa suara napas tambahan.
d. Frekuensi pernapasan pasien dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Posisikan pasien dalam posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
b. Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sekret.
c. Berikan hidrasi yang adekuat untuk melembapkan sekret.
d. Ajarkan teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
e. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien.
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji tingkat nyeri tenggorokan pasien.
b. Berikan analgesik sesuai resep untuk mengurangi nyeri tenggorokan.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti gargling air hangat.
3. Edukasi Kesehatan
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda, dan gejala infeksi saluran pernapasan atas.
b. Ajarkan strategi pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, etika batuk, dan menjaga kebersihan.
c. Diskusikan tanda-tanda yang memerlukan konsultasi medis lebih lanjut.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif sehingga dapat mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. -
Article No. 12098 | 11 Feb 2025
Klinis : nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
a. Asupan Nutrisi: Adekuat
b. Status Nutrisi: Membaik
c. Berat Badan: Membaik
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Manajemen Nutrisi
b. Monitoring Asupan Nutrisi
c. Edukasi Gizi
d. Kolaborasi dengan Ahli Gizi
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terkait status nutrisi pasien, menentukan intervensi yang sesuai, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat dan mencapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 12099 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dokter/Perekam Medik:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.26
- Deskripsi: Bronkoskopi, dengan atau tanpa biopsi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Pasien memenuhi kriteria ini dengan gejala klinis dan hasil pemeriksaan yang mengarah pada tuberkulosis paru.
Kode ICD-9-CM 33.26 untuk prosedur bronkoskopi, dengan atau tanpa biopsi, dapat dipertimbangkan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru secara lebih definitif melalui pemeriksaan langsung pada saluran napas dan pengambilan sampel untuk analisis. -
Article No. 12100 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau penurunan hilangnya panas tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Tanda-tanda vital stabil
3. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kaji suhu tubuh secara berkala
2. Berikan kompres hangat/dingin untuk mengontrol suhu tubuh
3. Berikan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang penanganan hipertermia
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kasus pasien dengan keluhan demam. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 12101 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang mengeluhkan sakit pinggang, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Muskuloskeletal
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan muskuloskeletal yang aktual atau potensial.
Penjelasan Singkat:
Nyeri muskuloskeletal adalah keluhan umum yang sering dialami oleh pasien. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, penyakit, atau postur tubuh yang tidak tepat. Pasien yang mengalami nyeri muskuloskeletal biasanya merasakan ketidaknyamanan, kekakuan, atau penurunan mobilitas di area yang terkena. Perawat harus melakukan penilaian yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan karakteristik nyeri, serta menentukan intervensi yang tepat untuk membantu mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian Nyeri
2. Mobilitas Fisik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Latihan
3. Perawatan Posisi
Dengan demikian, berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan sakit pinggang, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Muskuloskeletal. Perawat harus melakukan penilaian yang komprehensif, memberikan intervensi yang tepat untuk mengelola nyeri dan meningkatkan mobilitas fisik pasien, serta melakukan edukasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12102 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit tenggorokan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit tenggorokan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Tenggorokan
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan tenggorokan, baik aktual maupun potensial.
- Penyebab: Infeksi, iritasi, trauma, atau faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan nyeri pada tenggorokan.
- Gejala dan Tanda: Rasa tidak nyaman atau nyeri pada tenggorokan, menelan sulit, dan suara serak.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri tenggorokan menurun, dapat menelan dengan mudah, dan suara kembali normal.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan memantau efektivitas penanganan nyeri.
b. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan nyeri tenggorokan.
c. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dan kecemasan terkait nyeri tenggorokan.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi nyeri tenggorokan pada pasien. -
Article No. 12103 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan saat ini tidak ada keluhan (+) O: Kesadaran Composmentis, hemodinamik TD: 112/66 mmHg, HR: 65 x/menit, RR; 17 x/menit, S: 36,50C, Spo2: 98% dengan menggunakan binasal 5 lpm, terpasang IV line di VMS np. 22 dengan cairan infuse Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam, terpasang condom ukuran M produksi urine belum ada, post PRC 2 bag, rencana pindah ruangan biasa mutasi (+), skala nyeri 0
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Disfungsi Neurovaskular Perifer r/t pemasangan IV line
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda disfungsi neurovaskular perifer
- Pasien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat
- Pasien menunjukkan penyembuhan luka akibat pemasangan IV line yang baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pantau tanda-tanda disfungsi neurovaskular perifer (warna, suhu, nadi perifer, capillary refill time)
- Lakukan perawatan IV line sesuai prosedur
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait pemasangan ulang IV line jika perlu
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan IV line
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait penyembuhan luka akibat pemasangan IV line
Penjelasan:
Pasien tidak memiliki keluhan saat ini, namun terdapat pemasangan IV line pada ekstremitas. Hal ini dapat menyebabkan risiko disfungsi neurovaskular perifer, seperti nyeri, penurunan perfusi, dan gangguan penyembuhan luka. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah risiko disfungsi neurovaskular perifer. Luaran yang diharapkan adalah pasien tidak mengalami tanda-tanda disfungsi neurovaskular, memiliki perfusi jaringan perifer yang adekuat, dan penyembuhan luka yang baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda disfungsi, perawatan IV line, kolaborasi dengan tim kesehatan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 12104 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan mual muntah, nyeri perut,demam naik turun, batuk,lemas dan pusing?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi yang Anda paparkan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Mual (00134): Sensasi yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
b. Nyeri akut (00132): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
c. Hipertermia (00007): Suhu tubuh di atas kisaran normal dikarenakan peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
d. Batuk (00037): Kontraksi ekspirasi yang mendadak dan kuat untuk membersihkan saluran napas dari sekret, benda asing, atau iritasi.
e. Kelelahan (00093): Sensasi fisik yang menyenangkan dan terkait dengan keterbatasan kapasitas untuk melakukan kegiatan.
f. Gangguan pola tidur (00198): Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu atau tidak sesuai dengan harapan individu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol mual (1608): Pasien dapat mengontrol sensasi mual dan tidak mengalami episode muntah selama masa perawatan.
b. Kontrol nyeri (1605): Pasien dapat mengontrol nyeri perut dan melaporkan nyeri yang terkendali.
c. Suhu tubuh dalam batas normal (0800): Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal selama masa perawatan.
d. Respirasi efektif (0403): Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa ada batuk yang mengganggu.
e. Tingkat energi (0002): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi selama masa perawatan.
f. Kualitas tidur (0004): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Kontrol mual:
i. Evaluasi faktor pencetus mual
ii. Ajarkan teknik manajemen mual (relaksasi, distraksi, dll.)
iii. Berikan antiemetik sesuai indikasi
b. Kontrol nyeri:
i. Kaji karakteristik dan penyebab nyeri
ii. Berikan analgesik sesuai indikasi
iii. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
c. Kontrol suhu tubuh:
i. Pantau suhu tubur secara teratur
ii. Identifikasi penyebab peningkatan suhu
iii. Lakukan tindakan penurun demam (kompres dingin, pemberian antipiretik)
d. Manajemen jalan napas:
i. Anjurkan pasien untuk batuk dan ekspektorasi
ii. Ajarkan teknik batuk efektif
iii. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
e. Manajemen kelelahan:
i. Evaluasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan
ii. Bantu pasien untuk mengatur aktivitas dan istirahat
iii. Ajarkan teknik manajemen energi
f. Peningkatan kualitas tidur:
i. Kaji pola tidur pasien
ii. Identifikasi faktor yang mengganggu tidur
iii. Ajarkan teknik relaksasi dan higiene tidur
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memperoleh perawatan yang optimal selama masa pemulihan. -
Article No. 12105 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan mual muntah,nyeri perut, demam naik turun,batuk,lemas dan pusing?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan analisis komprehensif berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu mual muntah, nyeri perut, demam naik turun, batuk, lemas, dan pusing, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Mual (SDKI 2017)
Definisi: Sensasi ketidaknyamanan yang tidak menyenangkan dan keinginan untuk muntah.
Penyebab: Infeksi gastrointestinal, obat-obatan, gangguan metabolik, nyeri, kecemasan.
b. Nyeri Akut (SDKI 2017)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Agen infeksi, proses penyakit.
c. Hipertermia (SDKI 2017)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Penyebab: Infeksi, respon inflamasi, dehidrasi.
d. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI 2017)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
e. Kelelahan (SDKI 2017)
Definisi: Pengalaman subjektif dari keletihan yang tidak menyenangkan dan tidak dapat diatasi.
Penyebab: Penyakit, malnutrisi, kurang istirahat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Mual (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan sensasi mual yang tidak menyenangkan.
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengidentifikasi faktor pencetus mual.
2) Mampu menggunakan teknik-teknik untuk mengurangi mual.
3) Melaporkan berkurangnya sensasi mual.
b. Kontrol Nyeri (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa sakit yang dialami.
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengidentifikasi faktor pencetus nyeri.
2) Mampu menggunakan teknik-teknik untuk mengurangi nyeri.
3) Melaporkan berkurangnya rasa sakit.
c. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria Hasil:
1) Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
2) Tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia.
d. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Kriteria Hasil:
1) Tidak ada sumbatan pada jalan napas.
2) Suara napas normal, tidak ada bunyi tambahan.
3) Frekuensi napas dalam rentang normal.
e. Pemulihan Energi (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk memulihkan dan mempertahankan tingkat energi yang optimal.
Kriteria Hasil:
1) Melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan.
2) Mampu menjalankan aktivitas sehari-hari.
3) Tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Kontrol Mual:
1) Manajemen Mual (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi sensasi mual yang tidak menyenangkan.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor pencetus mual
- Anjurkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan farmakologis
b. Intervensi untuk Kontrol Nyeri:
1) Manajemen Nyeri (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi rasa sakit yang dialami individu.
Aktivitas:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Anjurkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan farmakologis
c. Intervensi untuk Suhu Tubuh dalam Rentang Normal:
1) Manajemen Hipertermia (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Lakukan tindakan penurunan suhu tubuh secara farmakologis dan non-farmakologis
- Monitor suhu tubuh secara berkala
d. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
1) Manajemen Jalan Napas (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan dan menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Lakukan tindakan untuk meningkatkan bersihan jalan napas (suction, nebulizer, fisioterapi dada)
- Monitor status pernapasan secara berkala
e. Intervensi untuk Pemulihan Energi:
1) Manajemen Kelelahan (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan energi yang optimal.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor penyebab kelelahan
- Anjurkan teknik-teknik untuk meningkatkan energi (istirahat, nutrisi adekuat, aktivitas teratur)
- Monitor tanda-tanda kelelahan secara berkala
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keperawatan, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12106 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien ingin buang air besar dan buang air kecil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Inkontinensia Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin secara sukarela.
Penyebab: Kelemahan otot sfingter, infeksi saluran kemih, penurunan fungsi kognitif, dan faktor-faktor lainnya.
2. Inkontinensia Fekal
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan feses secara sukarela.
Penyebab: Kelemahan otot sfingter, diare, konstipasi, dan faktor-faktor lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Inkontinensia Urin
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda akan berkemih.
- Pasien dapat menahan urin hingga mencapai toilet.
- Pasien dapat mempertahankan kontinensi urin.
2. Inkontinensia Fekal
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda akan buang air besar.
- Pasien dapat menahan feses hingga mencapai toilet.
- Pasien dapat mempertahankan kontinensi feses.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Inkontinensia Urin
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko inkontinensia urin.
- Ajarkan teknik latihan otot pelvis (Kegel).
- Atur pola eliminasi urin sesuai jadwal.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pengobatan yang tepat.
- Berikan perawatan kulit yang tepat untuk mencegah iritasi.
- Sediakan alat bantu inkontinensia (misalnya popok, kateter) jika diperlukan.
2. Inkontinensia Fekal
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko inkontinensia fekal.
- Ajarkan teknik latihan otot pelvis (Kegel).
- Atur pola eliminasi feses sesuai jadwal.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pengobatan yang tepat.
- Berikan perawatan kulit yang tepat untuk mencegah iritasi.
- Sediakan alat bantu inkontinensia (misalnya popok) jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Pasien dengan keluhan ingin buang air besar dan buang air kecil menunjukkan adanya masalah terkait dengan eliminasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah inkontinensia urin dan inkontinensia fekal. Perawat perlu mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko untuk masing-masing masalah, lalu menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang diberikan harus mencakup edukasi, latihan otot pelvis, pengaturan pola eliminasi, perawatan kulit, dan penggunaan alat bantu inkontinensia jika diperlukan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga penting untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan pasien dapat mencapai kontinensi urin dan feses serta meningkatkan kualitas hidupnya.