Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10239 | 02 Jan 2025
Klinis : Diagnosa nya nausea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci terkait kondisi nausea berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nausea berdasarkan SDKI adalah "Nausea". Nausea didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Nausea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping pengobatan, gangguan gastrointestinal, stres, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan SLKI, luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan nausea adalah:
1. Kontrol Gejala: Pasien dapat mengendalikan gejala nausea yang dirasakan.
2. Kenyamanan: Pasien merasakan kenyamanan selama mengalami nausea.
3. Status Nutrisi: Pasien mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
4. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan nausea, beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan SIKI adalah:
1. Manajemen Nausea:
- Identifikasi faktor penyebab nausea
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nausea
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nausea
- Berikan antiemetik sesuai dengan indikasi dan rencana pengobatan
2. Manajemen Nutrisi:
- Monitor asupan nutrisi dan cairan pasien
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan dapat ditoleransi
- Ajarkan teknik makan yang dapat membantu mengurangi nausea
3. Manajemen Aktivitas:
- Bantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
- Ajarkan teknik pengaturan aktivitas untuk mengurangi kelelahan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memfasilitasi aktivitas yang tepat
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi nausea pada pasien. Sebagai perawat, kami berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. -
Article No. 10136 | 01 Jan 2025
Klinis : DS : - Keluarga klien mengatakan klien tidak menghbiskan makanannya saat makan - Keluarga klien mengatakan klien hanya mau makan makanan lembut - Keluarga klien mengatakan klien belum BAB selama masuk rumah sakit. DO : - BB sebelum sakit : 30kg - BB setelah sakit : 25kg - TB : 142cm - IMT : 12,4 - Rambut tampak rontok
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Penurunan Asupan Makanan
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Malnutrisi adalah keadaan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan fungsi tubuh.
- Faktor yang berhubungan dengan kondisi ini adalah penurunan asupan makanan, yang terlihat dari klien yang tidak menghabiskan makanannya dan hanya mau makan makanan lembut.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, asupan nutrisi yang adekuat, dan tidak terjadi komplikasi terkait malnutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi kebutuhan nutrisi, meningkatkan asupan makanan, dan memantau perubahan berat badan.
2. Konstipasi Berhubungan dengan Perubahan Pola Eliminasi
Penjelasan:
- SDKI: Konstipasi adalah pengalaman defekasi yang tidak teratur, sulit, atau tidak lengkap.
- Faktor yang berhubungan dengan kondisi ini adalah perubahan pola eliminasi, yang terlihat dari klien yang belum BAB selama masuk rumah sakit.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan pola eliminasi yang normal, tidak mengalami komplikasi terkait konstipasi, dan merasa nyaman.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi pola eliminasi, memberikan edukasi tentang pentingnya pola eliminasi yang normal, dan memberikan intervensi untuk memperlancar eliminasi.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, saya telah memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien dan penjelasan singkatnya. Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan meningkatkan kualitas hidup klien. -
Article No. 10137 | 01 Jan 2025
Klinis : defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi untuk memelihara proses biologis. Karakteristik definisi ini mencakup ketidakmampuan untuk makan, ketidakcukupan nutrisi, dan penurunan berat badan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis Defisit Nutrisi adalah pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan asupan nutrisi, mempertahankan berat badan ideal, dan menunjukkan tanda-tanda perbaikan status nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Nutrisi meliputi:
1. Pengkajian nutrisi secara komprehensif
2. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
3. Edukasi tentang kebutuhan nutrisi dan manajemen diet
4. Monitoring status nutrisi dan berat badan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang tepat
Dalam pendekatan akademis, perawat sebagai pakar harus memastikan bahwa diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang diterapkan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terukur, dan berpusat pada pasien. -
Article No. 10138 | 01 Jan 2025
Klinis : S: -pasien mengatakan mengeluh sesak nafas dan lemas, pasien - pasien mengatakan BAB berwana hitam sejak 1 minggu yang lalu O: compos mentis, TD: 148/65, Nadi: 68 x/menit, RR: 12x/menit, Suhu: 36,7 Celcius terpasang chimino di tangan kiri hematome dari rumah, CDL di jugularis kanan, terpasang infus DI VMD no. 22 tanggal 31/12/2024 bengkak dan vena pedis sinestra no.22 tanggal 01/01/2025. cairan infus Nacl 0,9 % 500 ml/24 jam dan drip Pantoprazole 8 mg/jam. BAK spontan, urine minimal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini, yaitu:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal
- S: Pasien mengeluh BAB berwarna hitam sejak 1 minggu yang lalu.
- O: Pasien terpasang chimino di tangan kiri dengan hematoma, dan CDL di jugularis kanan.
- Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- S: Pasien mengeluh sesak napas dan lemas.
- O: RR pasien 12x/menit.
- Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakefektifan Pola Napas
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal:
- Perubahan Warna Kulit: Membaik
- Perdarahan Gastrointestinal: Terkendali
- Rasa Tidak Nyaman Saluran Cerna: Terkurangi
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Frekuensi Napas: Membaik
- Upaya Napas: Membaik
- Oksigenasi: Membaik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi perdarahan atau hematemesis
- Atur posisi pasien untuk memaksimalkan aliran darah ke saluran cerna
- Kolaborasi pemberian obat-obatan antihemoragik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan gejala dan tanda-tanda perdarahan
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Bantu pasien dengan teknik pernapasan yang efektif
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga pola napas yang efektif
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dipilih berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan sesak napas, lemas, dan BAB berwarna hitam. Gangguan perfusi jaringan gastrointestinal dan ketidakefektifan pola napas merupakan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mengacu pada penggunaan SLKI, yakni memantau perbaikan kondisi pasien terkait perubahan warna kulit, perdarahan gastrointestinal, rasa tidak nyaman saluran cerna, frekuensi napas, upaya napas, dan oksigenasi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran menggunakan SIKI, yaitu pemantauan tanda-tanda vital, observasi gejala, pengaturan posisi pasien, kolaborasi pemberian obat-obatan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Intervensi ini bertujuan untuk mengendalikan perdarahan, memperbaiki pola napas, dan meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 10139 | 01 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan pusing, mual dan muntah (+)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk permintaan Anda:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Pasien mengatakan pusing, mual dan muntah (+)
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan pusing, mual, dan muntah, yang merupakan gejala-gejala dari ketidakseimbangan nutrisi karena asupan makanan dan cairan yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Mual dan muntah dapat menyebabkan pasien kehilangan nafsu makan, sehingga asupan nutrisi terganggu. Hal ini mengarah pada diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah".
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
Keseimbangan Cairan: Adekuat
Penjelasan:
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output "Keseimbangan Cairan: Adekuat". Ini berarti pasien dapat mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mencegah dehidrasi dan memfasilitasi proses penyembuhan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Keseimbangan Cairan: Adekuat" adalah:
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Mual
3. Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
1. Manajemen Cairan
- Pantau status cairan pasien, termasuk intake dan output, berat badan, dan tanda-tanda dehidrasi.
- Berikan cairan intravena atau enteral sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat mual dan muntah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan pasien.
2. Manajemen Mual
- Identifikasi faktor penyebab mual, seperti efek samping obat, infeksi, atau ketidakseimbangan elektrolit.
- Berikan antiemetik sesuai resep untuk mengurangi mual.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual.
3. Manajemen Nutrisi
- Hitung kebutuhan kalori dan nutrisi pasien, serta berikan makanan/suplemen yang mudah dicerna.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pantau asupan makanan dan cairan pasien, serta berikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
Dengan penerapan Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output "Keseimbangan Cairan: Adekuat", sehingga dapat membantu proses pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 10140 | 01 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan badan pegel (+)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan pegel.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengatakan badan pegel, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah Nyeri Akut. Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut. Pasien yang mengeluhkan badan pegel umumnya mengalami nyeri akut, yang ditandai dengan gejala seperti rasa tidak nyaman, kaku, dan keterbatasan dalam pergerakan.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagaimana tercantum dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu Kontrol Nyeri. Kontrol Nyeri didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman nyeri yang dirasakan. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk menilai Kontrol Nyeri meliputi: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan meringankan nyeri, (2) Menerapkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, (3) Melaporkan penurunan intensitas nyeri, dan (4) Melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi, dan terapi musik.
- Dorong pasien untuk menggunakan strategi manajemen nyeri yang telah dipelajari.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Kaji tingkat mobilitas fisik pasien saat ini.
- Bantu pasien melakukan latihan gerak dan pergerakan sesuai toleransi.
- Ajarkan teknik mobilisasi yang tepat untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk menyusun program rehabilitasi yang sesuai.
- Evaluasi progres pasien dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, di mana pasien mampu mengendalikan pengalaman nyeri yang dirasakan dan meningkatkan kemampuan beraktivitas. -
Article No. 10141 | 01 Jan 2025
Klinis : plasenta akreta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan terkait implantasi plasenta yang abnormal (plasenta akreta)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko perdarahan adalah kondisi individu yang memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital.
- Faktor yang berkontribusi pada risiko perdarahan pada kasus plasenta akreta meliputi implantasi plasenta yang abnormal, anomali uterus, dan riwayat bedah uterus sebelumnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat, tidak terjadi komplikasi perdarahan, dan tidak terjadi syok hipovolemik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian cairan intravena, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan operatif jika diperlukan. -
Article No. 10142 | 01 Jan 2025
Klinis : plasenta akreta
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi plasenta akreta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi plasenta akreta adalah "Perdarahan". Plasenta akreta merupakan kondisi di mana plasenta tertanam terlalu dalam pada dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan saat proses kelahiran. Perdarahan pada plasenta akreta dapat menjadi sangat parah dan mengancam nyawa ibu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan: Ibu mampu mempertahankan volume darah yang adekuat dan tidak mengalami perdarahan yang berlebihan.
2. Stabilitas Hemodinamik: Ibu mempertahankan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan respirasi.
3. Pemulihan Fisiologis: Ibu menunjukkan tanda-tanda pemulihan fisiologis yang baik, seperti pengembalian warna kulit, perbaikan kadar Hb, dan pemulihan energi.
4. Manajemen Nyeri: Ibu dapat mengelola nyeri yang terkait dengan plasenta akreta dan proses persalinan dengan efektif.
5. Kepuasan Pasien: Ibu merasa puas dengan asuhan keperawatan yang diberikan dan merasa aman selama proses persalinan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat menandakan perdarahan atau instabilitas hemodinamik.
2. Pemantauan Perdarahan: Melakukan pemantauan ketat terhadap jumlah dan karakteristik perdarahan yang terjadi, serta melakukan tindakan intervensi segera jika terjadi perdarahan yang berlebihan.
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Memberikan cairan intravena dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume darah dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Manajemen Nyeri: Memberikan analgesik sesuai dengan kebutuhan dan melakukan intervensi nonfarmakologis, seperti distraksi, relaksasi, dan aplikasi kompres, untuk membantu mengelola nyeri yang dialami ibu.
5. Edukasi dan Dukungan Emosional: Memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi plasenta akreta, proses persalinan, dan rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Selain itu, memberikan dukungan emosional untuk membantu ibu dan keluarga menghadapi kondisi yang menegangkan.
6. Kolaborasi dengan Tim Medis: Melakukan kolaborasi yang erat dengan tim medis, seperti dokter obstetrisi, untuk mengkoordinasikan rencana perawatan dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi komplikasi plasenta akreta.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada kasus plasenta akreta, perawat harus memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai kondisi tersebut, serta keterampilan dan kemampuan untuk melakukan pemantauan yang ketat, intervensi yang tepat, dan kolaborasi yang efektif dengan tim medis. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan keselamatan ibu, mencegah komplikasi yang lebih berat, dan mendukung pemulihan yang optimal. -
Article No. 10143 | 01 Jan 2025
Klinis : plasenta akreta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi plasenta akreta.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Hebat berhubungan dengan gangguan pemisahan plasenta.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan Hebat didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya kehilangan darah yang berlebihan dari tempat implantasi plasenta. Kondisi plasenta akreta meningkatkan risiko terjadinya perdarahan hebat karena plasenta tidak dapat terpisah dengan sempurna dari dinding uterus.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan risiko perdarahan hebat pada plasenta akreta antara lain: perdarahan terkendali, hemodinamik stabil, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, kolaborasi dengan tenaga medis untuk tindakan operatif (histerektomi) atau penggunaan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, serta pemberian dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan berbasis bukti ilmiah dan berpusat pada pasien, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi risiko, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola kondisi plasenta akreta dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa pasien. -
Article No. 10144 | 01 Jan 2025
Klinis : Nyeri dada hilang timbul sejak 4 hari, memberat kemarin jam 5 sore, seperti ditusuk dan ditimpa, tembus ke punggung. Sesak napas hilang timbul. Keringat dingin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu nyeri dada hilang timbul sejak 4 hari, memberat kemarin jam 5 sore, seperti ditusuk dan ditimpa, tembus ke punggung, serta sesak napas hilang timbul dan keringat dingin, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri kardiovaskular b.d. iskemia jantung m.d. infark miokard atau sindrom koroner akut, dibuktikan dengan nyeri dada yang seperti ditusuk dan ditimpa serta tembus ke punggung.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. gagal jantung m.d. infark miokard atau sindrom koroner akut, dibuktikan dengan sesak napas hilang timbul.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Nyeri kardiovaskular terkontrol, ditandai dengan:
a. Intensitas nyeri menurun dari skala 8 menjadi skala 2-3.
b. Durasi nyeri berkurang dari 4 jam menjadi 30 menit.
c. Frekuensi nyeri berkurang dari 5 kali/hari menjadi 1 kali/hari.
d. Pasien dapat mengidentifikasi faktor pencetus nyeri dan dapat melakukan tindakan untuk menguranginya.
2. Pola napas efektif, ditandai dengan:
a. Frekuensi napas 16-20 kali/menit.
b. Irama napas teratur.
c. Tidak ada retraksi otot bantu napas.
d. Saturasi oksigen dalam batas normal (94-99%).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen nyeri kardiovaskular:
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan kualitas nyeri).
b. Berikan oksigen sesuai indikasi untuk menurunkan kerja jantung.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik dan antianginal yang sesuai.
d. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan hindari aktivitas yang dapat memicu nyeri.
e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen pola napas tidak efektif:
a. Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, laju napas, dan saturasi oksigen).
b. Berikan oksigen sesuai indikasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
c. Anjurkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai.
e. Ajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang rinci dan terperinci berdasarkan kondisi yang Anda paparkan. Jika terdapat pertanyaan lainnya, saya akan berusaha menjawabnya dengan baik.