Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21150 | 27 Aug 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\lang1057\f0\fs24\ulnone\b Berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi:\b0\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\ul\b Kode: D.0016\cf1\ulnone\b0\par
\b Nama: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer\b0\par
\par
\b PENJELASAN SINGKAT:\b0\par
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0\par
SDKI merupakan standar terminologi yang digunakan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan. Diagnosa "Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer" mengindikasikan bahwa pasien hipertensi memiliki kerentanan terhadap penurunan aliran darah ke jaringan perifer akibat peningkatan tekanan darah sistemik yang dapat menyebabkan kerusakan vaskular dan gangguan oksigenasi jaringan.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf2\ul\b Kode: L.14016\cf1\ulnone\b0\par
\b Nama: Status Sirkulasi Perifer\b0\par
SLKI mengukur hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran yang ditetapkan untuk diagnosa ini adalah "Status Sirkulasi Perifer," dengan indikator antara lain: tekanan darah dalam rentang normal, denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler, tidak ada edema, ekstremitas hangat, dan tidak ada keluhan nyeri atau kesemutan.\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf2\ul\b Kode: I.11270\cf1\ulnone\b0\par
\b Nama: Manajemen Hipertensi\b0\par
SIKI mencakup tindakan keperawatan yang direncanakan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi untuk "Manajemen Hipertensi" meliputi: memantau tekanan darah secara berkala, edukasi tentang modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, aktivitas fisik, pengelolaan stres), memastikan kepatuhan terhadap terapi farmakologi, serta memantau tanda-tanda komplikasi seperti gangguan perfusi perifer.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0\par
Pendekatan ini konsisten dengan evidence-based practice dalam keperawatan kardiovaskular. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit vaskular perifer, sehingga fokus pada perfusi jaringan sangat relevan secara patofisiologis. Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI memastikan standarisasi dokumentasi dan praktik keperawatan di Indonesia.\par
} -
Article No. 21151 | 27 Aug 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Hipertensi:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Definisi: Ketidakcukupan aliran darah dan oksigen ke jaringan perifer.
Faktor yang berhubungan: Peningkatan tekanan darah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas hemodinamik
2. Tidak ada tanda-tanda kegawatdaruratan akibat hipertensi
3. Tidak ada komplikasi akibat hipertensi
4. Manajemen diri hipertensi yang efektif
5. Peningkatan kualitas hidup
Penjelasan rinci:
a. Stabilitas hemodinamik: Pasien menunjukkan nilai tekanan darah, frekuensi nadi, dan perfusi jaringan yang stabil dalam batas normal.
b. Tidak ada tanda-tanda kegawatdaruratan akibat hipertensi: Pasien tidak mengalami gejala seperti sakit kepala, nyeri dada, sesak napas, atau gangguan penglihatan yang dapat mengindikasikan komplikasi hipertensi.
c. Tidak ada komplikasi akibat hipertensi: Pasien tidak mengalami komplikasi organ target seperti kerusakan ginjal, jantung, otak, atau mata.
d. Manajemen diri hipertensi yang efektif: Pasien mampu melakukan manajemen hipertensi secara mandiri, seperti patuh minum obat, menerapkan gaya hidup sehat, dan mengontrol tekanan darah secara rutin.
e. Peningkatan kualitas hidup: Pasien menunjukkan peningkatan dalam aspek fisik, mental, dan sosial akibat pengelolaan hipertensi yang efektif.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen hipertensi
2. Edukasi kesehatan tentang hipertensi
3. Monitoring tanda-tanda vital
4. Manajemen nutrisi
5. Manajemen aktivitas
6. Manajemen obat
7. Manajemen kecemasan
8. Pemberian terapi relaksasi
Penjelasan rinci:
a. Manajemen hipertensi: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah pasien, seperti pemantauan tekanan darah, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan terapi farmakologis.
b. Edukasi kesehatan tentang hipertensi: Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai hipertensi, faktor risiko, gejala, komplikasi, dan manajemen hipertensi.
c. Monitoring tanda-tanda vital: Pemantauan berkala terhadap tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, dan respirasi.
d. Manajemen nutrisi: Pengaturan pola makan pasien, seperti pembatasan asupan garam, lemak, dan kalori, serta peningkatan konsumsi sayur, buah, dan serat.
e. Manajemen aktivitas: Pengaturan aktivitas fisik dan istirahat pasien sesuai dengan kondisi dan toleransi.
f. Manajemen obat: Pemberian, pemantauan, dan evaluasi penggunaan obat-obatan antihipertensi.
g. Manajemen kecemasan: Intervensi untuk mengurangi kecemasan pasien terkait kondisi hipertensi, seperti terapi relaksasi dan dukungan psikologis.
h. Pemberian terapi relaksasi: Intervensi untuk membantu pasien mencapai keadaan relaksasi, seperti teknik pernapasan, visualisasi, dan relaksasi otot progresif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan mencapai peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 21152 | 27 Aug 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau meminta bantuan untuk memelihara kesehatan.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)
Definisi: Berisiko mengalami variasi kadar glukosa darah di luar rentang normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10030
Diagnosa: Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau meminta bantuan untuk memelihara kesehatan.
2. Kode: 10005
Diagnosa: Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Kode: 10029
Diagnosa: Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
Definisi: Berisiko mengalami variasi kadar glukosa darah di luar rentang normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10003
Luaran: Manajemen kesehatan
Definisi: Kemampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau meminta bantuan untuk memelihara kesehatan.
2. Kode: 10001
Luaran: Toleransi aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Kode: 10028
Luaran: Stabilitas kadar glukosa darah
Definisi: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10030
Intervensi: Manajemen kesehatan
Definisi: Membantu klien untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau meminta bantuan untuk memelihara kesehatan.
2. Kode: 10005
Intervensi: Manajemen aktivitas
Definisi: Membantu klien untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Kode: 10029
Intervensi: Manajemen kadar glukosa darah
Definisi: Membantu klien untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal. -
Article No. 21153 | 27 Aug 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Hipertensi:
Berdasarkan Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol, yang dapat menimbulkan risiko gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tekanan Darah Terkendali: Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal atau sesuai dengan target yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan.
2. Pengetahuan Manajemen Hipertensi Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipertensi.
3. Perilaku Manajemen Hipertensi Adekuat: Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dalam mengelola hipertensi, seperti kepatuhan minum obat, penerapan gaya hidup sehat, dan pemantauan tekanan darah secara rutin.
4. Komplikasi Kardiovaskular Dicegah: Pasien dapat mencegah atau meminimalkan risiko terjadinya komplikasi kardiovaskular akibat hipertensi, seperti stroke, infark miokard, dan gagal jantung.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan hipertensi, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Hipertensi:
- Monitor tekanan darah secara teratur
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam menyesuaikan regimen obat-obatan
- Edukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan minum obat
- Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor risiko hipertensi dan upaya pengendaliannya
2. Edukasi Kesehatan:
- Ajarkan pasien tentang penyebab, gejala, dan komplikasi hipertensi
- Berikan informasi tentang manajemen hipertensi yang efektif, termasuk modifikasi gaya hidup
- Bantu pasien dalam membuat rencana perawatan diri yang realistis
3. Manajemen Stres:
- Identifikasi sumber stres pasien dan strategi koping yang efektif
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan rekreasi yang menyenangkan
4. Pemantauan dan Evaluasi:
- Evaluasi secara berkala efektivitas intervensi yang diberikan
- Lakukan penyesuaian intervensi sesuai dengan respon dan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk optimalisasi penatalaksanaan hipertensi
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu terkendalinya tekanan darah, peningkatan pengetahuan dan perilaku manajemen hipertensi, serta pencegahan komplikasi kardiovaskular. -
Article No. 21154 | 27 Aug 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah informasi yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipertensi:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah. Kondisi hipertensi menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan beban kerja jantung, sehingga suplai darah ke jaringan perifer menjadi tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Tekanan Darah Terkontrol: Pasien menunjukkan nilai tekanan darah dalam rentang normal (sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg).
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik, seperti ekstremitas hangat, pengisian kapiler normal, dan tidak ada tanda-tanda hipoperfusi.
3. Pengetahuan tentang Hipertensi Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman tentang hipertensi, faktor risiko, dan manajemen gaya hidup yang tepat.
4. Kepatuhan Pengobatan Membaik: Pasien menunjukkan kepatuhan yang baik dalam mengonsumsi obat antihipertensi sesuai dengan resep.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu secara berkala untuk mendeteksi perubahan.
2. Manajemen Aktivitas: Mengatur aktivitas pasien sesuai toleransinya, mencegah kelelahan, dan memfasilitasi aktivitas fisik yang sesuai.
3. Edukasi Gaya Hidup Sehat: Memberikan edukasi tentang diet rendah garam, manajemen berat badan, olahraga, dan manajemen stres sebagai bagian dari pengelolaan hipertensi.
4. Manajemen Obat: Membantu pasien memahami regimen pengobatan, mengingatkan jadwal minum obat, dan memantau efektivitas serta efek samping obat.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkoordinasi dengan dokter, apoteker, dan ahli gizi untuk optimalisasi penatalaksanaan hipertensi.
6. Dukungan Psikologis: Memberikan dukungan emosional, memfasilitasi manajemen stres, dan membantu pasien beradaptasi dengan perubahan gaya hidup.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol tekanan darah yang optimal, perfusi jaringan perifer yang membaik, peningkatan pengetahuan, dan kepatuhan pengobatan yang baik. -
Article No. 21155 | 27 Aug 2025
Klinis : bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi bersihan jalan nafas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bersihan jalan nafas adalah "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif". Definisi dari diagnosa ini adalah "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka". Karakteristik definisinya meliputi adanya suara napas tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebih, dan sianosis.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Bersihan Jalan Nafas Efektif". Definisi dari luaran ini adalah "Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka". Kriteria hasil yang dapat diukur mencakup frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas tambahan, pasien dapat batuk efektif, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran bersihan jalan nafas efektif:
1. Manajemen jalan nafas
- Memantau status pernapasan
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Melakukan suction atau pengisapan lendir jika diperlukan
2. Manajemen batuk
- Memfasilitasi batuk yang efektif
- Memberikan terapi inhalasi atau nebulizer
- Mengajarkan teknik batuk efektif
3. Manajemen sekresi
- Memantau produksi dan karakteristik sputum
- Memfasilitasi ekspektorasi sputum
- Memberikan terapi postural drainage atau chest physiotherapy
4. Edukasi kesehatan
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Mengajarkan latihan pernapasan
- Memberikan informasi tentang perawatan jalan nafas
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada bersihan jalan nafas, diharapkan luaran/output bersihan jalan nafas efektif dapat tercapai, sehingga dapat membantu mempertahankan jalan nafas yang terbuka dan meningkatkan kenyamanan serta status oksigenasi pasien. -
Article No. 21156 | 27 Aug 2025
Klinis : Seorang laki-laki (36 tahun) diantar ke IGD dengan keluhan sesak napas yang meningkat sejak 2 hari yang lalu, dipengaruhi aktifitas dan batuk. Pasien dirujuk dari RS sebelumnya setelah dilakukan Tindakan torakosintesis sebanyak 2 kali dengan total cairan 2500 cc bewarna seperti air teh. Hasil pengkajian di dapatkan: RR: 27x/menit, napas cepat dan dangkal; penggunaan otot bantu napas (+), TD: 123/70 mmHg, HR: 86x/menit, teraba kuat dan teratur, CRT < 2 detik, pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri dengan skala nyeri 6, nyeri sudah diraskan sejak 1 bulan yang lalu dan hilang timbul, suhu 36,50C, kesadaran kompos mentis, pasien tampak tegang dan gelisah, sesekali bertanya apakah penyakitnya masih bisa untuk disembuhkan. Hasil CT Scan dengan kontras dari rumah sakit sebelumnya menggambarkan: tumor paru sinistra dengan efusi pleura sinistra (T4N0M1a).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama alami yang dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, efusi pleura, kekuatan otot pernapasan yang menurun.
Gejala dan Tanda: Frekuensi napas meningkat, napas cepat dan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, sesak napas saat beraktivitas.
2. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, dengan onset tiba-tiba atau lambat dan berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab: Penyakit kronis, tumor paru.
Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri dada, nyeri hilang timbul, skala nyeri 6.
3. Ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Penyebab: Penyakit kronis, prognosis yang tidak pasti.
Gejala dan Tanda: Pasien tampak tegang dan gelisah, sering bertanya tentang penyakitnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Frekuensi napas normal (12-20 x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
2. Nyeri Terkontrol
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif
- Skala nyeri menurun menjadi 2-3
3. Kecemasan Terkontrol
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan
- Pasien tampak tenang dan kooperatif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Monitoring tanda-tanda vital, khususnya frekuensi dan pola napas
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif
- Fasilitasi drainase cairan pleura melalui penatalaksanaan torakosintesis
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis (bronkodilator, kortikosteroid)
2. Nyeri Kronis:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, skala nyeri)
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (distraksi, relaksasi)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
3. Ansietas:
- Lakukan pengkajian faktor-faktor penyebab kecemasan
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang jelas tentang kondisi pasien
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan (relaksasi, visualisasi)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi psikologis atau farmakologis jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
Penjelasan secara rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gangguan dalam pola napas, nyeri kronis, dan ansietas. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif, Nyeri Kronis, dan Ansietas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setiap diagnosa keperawatan memiliki luaran atau hasil akhir yang diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Untuk diagnosa Pola Napas Tidak Efektif, diharapkan pasien dapat mencapai pola napas efektif dengan frekuensi dan irama normal, tanpa penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada sesak napas saat beraktivitas. Untuk diagnosa Nyeri Kronis, diharapkan pasien dapat mengendalikan nyeri dengan teknik manajemen nyeri yang efektif sehingga skala nyeri menurun. Untuk diagnosa Ansietas, diharapkan pasien dapat mengatasi kecemasan dengan menggunakan strategi koping yang efektif dan tampak tenang serta kooperatif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, perawat perlu melakukan beberapa intervensi keperawatan yang sesuai dengan masing-masing diagnosa. Untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif, intervensi yang dapat dilakukan adalah monitoring tanda-tanda vital, pemberian oksigen, latihan napas dalam dan batuk efektif, serta fasilitasi drainase cairan pleura melalui torakosintesis. Untuk mengatasi Nyeri Kronis, intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian nyeri secara komprehensif, ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, serta evaluasi efektivitas intervensi. Untuk mengatasi Ansietas, intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian faktor-faktor penyebab kecemasan, pemberian dukungan emosional dan informasi, ajarkan teknik manajemen kecemasan, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi psikologis atau farmakologis jika diperlukan.
Semua intervensi yang dilakukan harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktik keperawatan yang berpusat pada pasien, berlandaskan bukti, dan bertujuan untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 21157 | 27 Aug 2025
Klinis : promosi komunikasi defisif bicara
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F80.1
- Deskripsi: Gangguan ekspresif bahasa, yang ditandai dengan kesulitan dalam menghasilkan bahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi secara efektif. Pasien mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat, menyusun kalimat, atau menyampaikan pesan dengan jelas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.0
- Deskripsi: Terapi wicara, yang melibatkan evaluasi dan manajemen gangguan komunikasi, termasuk gangguan produksi wicara, gangguan pemahaman, dan gangguan interaksi sosial. Terapi ini dapat mencakup latihan untuk memperkuat kemampuan berbahasa dan komunikasi pasien.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 F80.1 (Gangguan ekspresif bahasa) menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi secara efektif. Hal ini dapat menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat, menyusun kalimat, atau menyampaikan pesan dengan jelas.
- Kode ICD-9-CM 92.0 (Terapi wicara) merujuk pada intervensi profesional yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengelola gangguan komunikasi, termasuk gangguan produksi wicara, gangguan pemahaman, dan gangguan interaksi sosial. Terapi ini dapat mencakup latihan untuk memperkuat kemampuan berbahasa dan komunikasi pasien.
Pengkodean ini membantu dalam dokumentasi medis, penagihan asuransi, dan pemantauan tren epidemiologis terkait kondisi tersebut. -
Article No. 21158 | 27 Aug 2025
Klinis : promosi komunikasi defisif bicara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Komunikasi Verbal Tidak Efektif (00051)
Definisi: Pengalaman untuk bertukar pesan secara lisan yang tidak memadai atau tidak memuaskan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Kode: 00051
Definisi: Pengalaman untuk bertukar pesan secara lisan yang tidak memadai atau tidak memuaskan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1305
Definisi: Kemampuan individu, keluarga, atau komunitas dalam bertukar pesan secara lisan yang memuaskan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6460
Definisi: Bantuan untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga, atau komunitas dalam bertukar pesan secara lisan yang memuaskan. -
Article No. 21159 | 27 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan lemas,pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai perawat, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Fatigue (SDKI)
Definisi: Pengalaman subjektif yang berkelanjutan akan kelelahan atau kurangnya energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Karakteristik Definisi:
- Pasien mengatakan merasa lemah atau kelelahan
- Pasien mengeluh pusing
Faktor yang Berhubungan:
- Keadaan patologis: Anemia, kekurangan cairan dan elektrolit, depresi, dan lain-lain.
- Penurunan aktivitas fisik
- Kurang istirahat
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran: Fatigue Level Reduced (SLKI)
Definisi: Tingkat kelelahan atau kurangnya energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari berkurang.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan peningkatan energi
- Pasien melaporkan penurunan kelelahan
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
- Pasien menunjukkan peningkatan motivasi untuk melakukan aktivitas
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi: Energy Management (SIKI)
Definisi: Membantu pasien untuk mengatur energi yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien
- Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang memerlukan banyak energi
- Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen energi, seperti pengaturan jadwal aktivitas, istirahat yang cukup, dan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter, ahli gizi) untuk mengatasi penyebab kelelahan
- Monitor tanda-tanda vital pasien dan pemenuhan kebutuhan dasar
- Berikan dukungan emosional dan motivasi pada pasien
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan Fatigue (SDKI) dipilih karena sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu merasa lemah atau kelelahan dan pusing. Faktor yang berhubungan antara lain dapat disebabkan oleh kondisi patologis, penurunan aktivitas fisik, dan kurang istirahat.
Luaran yang diharapkan adalah Fatigue Level Reduced (SLKI), di mana tingkat kelelahan atau kurangnya energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari berkurang. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan energi, penurunan kelelahan, peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan motivasi pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Energy Management (SIKI), di mana perawat akan membantu pasien untuk mengatur energi yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengkaji faktor penyebab kelelahan, membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang memerlukan banyak energi, mengajarkan teknik-teknik manajemen energi, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, memonitor tanda-tanda vital dan pemenuhan kebutuhan dasar, serta memberikan dukungan emosional dan motivasi pada pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi Keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda sampaikan. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum.