Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19161 | 01 Jul 2025
Klinis : manajemen energi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi manajemen energi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Energi (00025)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Energi (00025)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kekurangan, penurunan, atau peningkatan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pemulihan Energi (1900)
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan atau meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Energi (4920)
Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatur penggunaan energi secara efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari.
Kode Diagnosis, Luaran, dan Intervensi Keperawatan berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
- Diagnosa Keperawatan: 00025
- Luaran Keperawatan: 1900
- Intervensi Keperawatan: 4920
Dalam menangani kondisi manajemen energi, perawat akan melakukan assessment, intervensi, dan evaluasi untuk membantu pasien dalam mengatur penggunaan energi secara efektif dan efisien, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari dengan baik. -
Article No. 19162 | 01 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing ,sesak sedikit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan pusing dan sesak sedikit, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Napas" (SDKI). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami gejala pernapasan yang tidak efektif, yaitu sesak napas.
Penjelasan:
Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa napas dangkal, sesak napas, perubahan frekuensi napas, dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obstruksi jalan napas, penyakit paru, atau kondisi lain yang memengaruhi mekanika pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
- Menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit)
- Menunjukkan kedalaman napas yang adekuat
- Tidak menggunakan otot bantu pernapasan secara berlebihan
- Mampu mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal (>95%)
Penjelasan:
Luaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi dan mengatasi gejala sesak napas yang dialami.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur frekuensi napas, laju nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh secara berkala
- Memantau saturasi oksigen melalui pulse oximetry
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Mempertahankan jalan napas tetap bersih dan terbuka
3. Terapi Oksigen
- Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien, misalnya melalui kanula nasal atau masker oksigen
- Memantau efektivitas pemberian oksigen melalui saturasi oksigen
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Mengajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragmatik
- Memberikan edukasi tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi pernapasan dan strategi untuk mengatasi gejala
Penjelasan:
Intervensi keperawatan ini bertujuan untuk memantau kondisi pasien, memfasilitasi pernapasan yang efektif, memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Dengan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 19163 | 01 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing ,TENSI 190/80 NADI 85 pernapasn 24
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu pusing, dengan tekanan darah 190/80 mmHg dan nadi 85 kali per menit serta frekuensi pernapasan 24 kali per menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertensi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi batas normal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tekanan Darah Terkontrol: Tercapainya tekanan darah dalam rentang normal.
2. Pengetahuan Manajemen Hipertensi: Pasien memiliki pengetahuan yang memadai tentang hipertensi dan cara mengelolanya.
3. Gejala Hipertensi Terkontrol: Gejala-gejala hipertensi, seperti pusing, berkurang atau tidak lagi dialami oleh pasien.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi:
a. Kaji tekanan darah pasien secara teratur.
b. Ajarkan pasien tentang faktor-faktor risiko dan gejala hipertensi.
c. Berikan edukasi tentang modifikasi gaya hidup yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, seperti pengaturan diet, olahraga, dan manajemen stres.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk menentukan terapi farmakologis yang tepat.
e. Monitoring efektivitas dan efek samping dari terapi farmakologis.
2. Manajemen Gejala:
a. Kaji gejala-gejala yang dialami pasien, seperti pusing.
b. Berikan intervensi untuk mengurangi gejala, seperti istirahat yang cukup, hidratasi yang adekuat, dan pengaturan aktivitas.
c. Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen gejala yang dapat dilakukan secara mandiri.
3. Edukasi Kesehatan:
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, dan pentingnya manajemen yang tepat.
b. Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam perawatan diri dan pengambilan keputusan terkait pengobatan.
c. Fasilitasi diskusi dan tanya jawab untuk memastikan pemahaman pasien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Hipertensi" dipilih karena pasien memiliki tekanan darah yang meningkat melebihi batas normal, yaitu 190/80 mmHg. Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik dan/atau diastolik berada di atas rentang normal.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan meliputi: (1) Tekanan Darah Terkontrol, artinya tekanan darah pasien dapat dikendalikan dalam rentang normal; (2) Pengetahuan Manajemen Hipertensi, pasien memiliki pemahaman yang baik tentang hipertensi dan cara pengelolaannya; dan (3) Gejala Hipertensi Terkontrol, di mana gejala-gejala seperti pusing yang dialami pasien dapat berkurang atau hilang.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi: (1) Manajemen Hipertensi, yaitu tindakan-tindakan keperawatan untuk mengelola kondisi hipertensi pasien; (2) Manajemen Gejala, yakni upaya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala yang dialami pasien, seperti pusing; dan (3) Edukasi Kesehatan, yaitu pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait hipertensi dan pengelolaannya.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan tujuan luaran yang diinginkan dapat tercapai, sehingga pasien dapat mengendalikan tekanan darahnya, mengurangi gejala, serta memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengelola kondisi hipertensi secara mandiri. -
Article No. 19164 | 01 Jul 2025
Klinis : FORMAT RESUME ASKEP UJIAN Nama Mahasiswa : Tratika Yuherliza Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2025 NPM : 243203141 Pasien (Diisi lengkap) Nama : An. H Umur : 9 tahun Jenis Kelamin : Laki Laki Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : - Suku/Kebangsaan : Jawa Tgl. Masuk RS : 24 Mei 2025 Diagnosa Medis : Dengue Fever No. CM : 1037xxx Alamat : Bangi RT 009, Timbulharjo, Sewon Keluhan Utama: Ibu pasien mengatakan pasien masih mengalami nyeri perut, dan ibu pasien juga mengatakan pasien masih tidak mau makan,dan perit pasien masih terasa mual Pemeriksaan Penunjang: LAB : TANGGAL JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN 03/05/25 06.34 HMT 43 32 – 52 % AT 128* 150 - 450 10^3/Ul 16.47 HMT 46 32 – 52 % AT 100* 150 - 450 10^3/Ul 05/05/25 07.11 HMT 43 32 – 52 % AT 38* 150 - 450 10^3/Ul 12.54 HMT 40 32 – 52 % AT 34* 150 - 450 10^3/Ul 18.20 HMT 38 32 – 52 % AT 34* 150 - 450 10^3/Ul 07/05/2025 07.23 HMT 38 32 – 52 % AT 84* 150 - 450 10^3/Ul Terapi: NO OBAT DOSIS INDIKASI CEFTRIAXONE 250 mg/8 jam ANTIBIOTIK (GANGGUAN PERNAFASAN) INFUS RL 500 ML/13 tpm MENINGKATKAN CAIRAN ATTC (3x1) BATUK, PILEK PARACETAMOL INF 600 ml (jika demam) UNTUK MENURUNKAN DEMAM (ANTI PIRETIK) ONDANCENRON 2ML UNTUK MUAL Analisa Data : NO DATA FOKUS (DO/DS) MASALAH ETIOLOGI 1 DS : • Pasien mengatakan perut sakit, • P : sakit saat bergerak • P : Hilang saat istirhat dan tenang • Q : Seperti Ditusuk • R : perut bagian tengah • S : 4 • T : terus Menerus DO : • Pasien Terlihat menahan Sakit ( D. 0077) Nyeri Akut Agen pencedera fisik 2 DS : • Pasien mengatakan mual ketika makan • Pasien mengatakan tidak nafsu makan • Pasien mengtakan kalo makan perut nya sakit DO : • Pasien tampak lemas • Pasien tampak pucat Defisit Nutrisi Faktor psikologis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (D.0077)
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi (D.0071)
- SDKI: Defisit Nutrisi
- SLKI: Manajemen Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut (D.0077)
- Kode SDKI: D.0077
- Kode SLKI: M.0039
- Kode SIKI: M.0108
Pasien mengalami nyeri perut yang dirasakan seperti ditusuk, dengan skala nyeri 4. Nyeri terjadi saat bergerak dan berkurang saat istirahat. Hal ini dapat disebabkan oleh agen pencedera fisik, seperti proses penyakit.
2. Defisit Nutrisi (D.0071)
- Kode SDKI: D.0071
- Kode SLKI: M.0032
- Kode SIKI: M.0096
Pasien mengalami mual, tidak nafsu makan, dan rasa sakit di perut saat makan. Hal ini dapat menyebabkan pasien mengalami defisit nutrisi, ditandai dengan tampak lemas dan pucat. Faktor psikologis, seperti stress atau kecemasan, dapat menjadi penyebab dari masalah ini.
Catatan:
Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI di atas merupakan contoh yang dapat diterapkan berdasarkan kondisi pasien yang diberikan. Dalam praktik keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian yang lebih komprehensif untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 19165 | 01 Jul 2025
Klinis : Kanker usus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi kanker usus dari sudut pandang seorang perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi kanker usus, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Kronis: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Hal ini dikarenakan pasien dengan kanker usus sering mengalami nyeri yang berlangsung lama akibat adanya pertumbuhan tumor dan kerusakan jaringan.
2. Gangguan Integritas Kulit: Kerusakan lapisan epidermis dan/atau dermis.
Pasien dengan kanker usus berisiko mengalami komplikasi kulit, seperti iritasi pada area operasi, kemerahan, dan luka akibat efek samping pengobatan.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan gizi yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Pasien dengan kanker usus sering mengalami masalah dalam asupan dan penyerapan nutrisi, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengurangan Nyeri: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan.
2. Integritas Kulit Membaik: Luka dan iritasi pada kulit membaik dan sembuh.
3. Status Nutrisi Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan asupan nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri secara optimal
2. Perawatan Kulit:
- Lakukan perawatan luka dan iritasi kulit secara rutin
- Gunakan produk perawatan kulit yang lembut dan sesuai dengan kondisi kulit
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan kulit yang tepat
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi kulit lainnya
3. Manajemen Nutrisi:
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik makan yang baik dan pola makan yang sehat
- Pantau asupan dan status nutrisi secara teratur
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan kanker usus dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pengurangan nyeri, perbaikan integritas kulit, dan peningkatan status nutrisi. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan prognosis yang lebih baik bagi pasien. -
Article No. 19166 | 01 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, umur 45 tahun, dirawat diruang perawatan Penyakit Dalam hasil pengkajian pasien mengalami muntah darah sejak 2 jam yang lalu, pasien mengalami asites terutama di bagian abdomen dan banyak spider nevi (pembuluh darah) di abdomen tersebut. Riwayat Kesehatan masalalu pasien pecandu alcohol sejak usia 30 tahun. TTV: kesadaran apatis, tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi nadi 105 x/mnt, frekuensi napas 25 x/mnt, suhu 37 oC. TUGAS : 1. Baca kasus dengan cermat 2. Lakukan Analisa: pengkajian, DX Kep, Intervensi pada kasus tsb 3. Lakukan implementasi utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda dengan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, analisa kasus, intervensi keperawatan, serta luaran dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran sesuai dengan kasus yang Anda berikan.
Analisa Kasus:
Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat diidentifikasi bahwa pasien laki-laki berusia 45 tahun mengalami masalah kesehatan berupa:
1. Muntah darah sejak 2 jam yang lalu
2. Asites (penumpukan cairan) di abdomen
3. Banyak spider nevi (pembuluh darah) di abdomen
4. Riwayat pecandu alkohol sejak usia 30 tahun
5. Tanda-tanda vital: kesadaran apatis, tekanan darah rendah (90/50 mmHg), nadi cepat (105 x/mnt), respirasi cepat (25 x/mnt), suhu normal (37°C)
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kasus tersebut, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Perdarahan saluran cerna (Hemorrhage, gastrointestinal)
2. Ketidakseimbangan cairan (Fluid imbalance)
3. Pola napas tidak efektif (Ineffective breathing pattern)
Intervensi Keperawatan:
1. Perdarahan saluran cerna (Hemorrhage, gastrointestinal)
a. Intervensi:
- Monitoring tanda-tanda vital secara ketat
- Mengatur posisi pasien yang aman untuk mencegah perdarahan lebih lanjut
- Memberikan oksigen sesuai indikasi
- Memonitor produksi dan karakteristik urin
- Memberikan obat-obatan sesuai resep dokter (misalnya obat hemostatik)
- Menyiapkan transfusi darah jika diperlukan
b. Luaran (SLKI):
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut
- Perfusi jaringan yang adekuat
2. Ketidakseimbangan cairan (Fluid imbalance)
a. Intervensi:
- Memonitor asupan dan haluaran cairan
- Memonitor tanda-tanda dehidrasi dan kelebihan cairan
- Memberikan cairan intravena sesuai indikasi
- Mengatur pembatasan cairan jika diperlukan
- Memonitor elektrolit serum
b. Luaran (SLKI):
- Terjadi keseimbangan cairan
- Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3. Pola napas tidak efektif (Ineffective breathing pattern)
a. Intervensi:
- Memonitor frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Memberikan oksigen sesuai indikasi
- Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif
b. Luaran (SLKI):
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
- Oksigenasi adekuat
Implementasi Utama:
Implementasi utama yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah:
1. Memonitor tanda-tanda vital secara ketat, terutama tekanan darah, nadi, dan respirasi.
2. Memberikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
3. Mengatur posisi pasien untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dan memfasilitasi ventilasi.
4. Menyiapkan transfusi darah jika diperlukan untuk mengganti volume darah yang hilang.
5. Memberikan obat-obatan sesuai resep dokter, seperti obat hemostatik, untuk menghentikan perdarahan.
6. Memonitor asupan dan haluaran cairan serta memberikan cairan intravena sesuai indikasi untuk menjaga keseimbangan cairan.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan kondisi yang serupa. -
Article No. 19167 | 01 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, umur 45 tahun, dirawat diruang perawatan Penyakit Dalam hasil pengkajian pasien mengalami muntah darah sejak 2 jam yang lalu, pasien mengalami asites terutama di bagian abdomen dan banyak spider nevi (pembuluh darah) di abdomen tersebut. Riwayat Kesehatan masalalu pasien pecandu alcohol sejak usia 30 tahun. TTV: kesadaran apatis, tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi nadi 105 x/mnt, frekuensi napas 25 x/mnt, suhu 37 oC. TUGAS : 1. Baca kasus dengan cermat 2. Lakukan Analisa: pengkajian, DX Kep beserta kodenya, Intervensi pada kasus tsb 3. Lakukan implementasi utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda dalam menganalisis kasus tersebut.
Analisa Kasus:
1. Pengkajian:
- Seorang laki-laki, umur 45 tahun, dirawat di ruang perawatan Penyakit Dalam
- Keluhan utama: Muntah darah sejak 2 jam yang lalu
- Ditemukan asites di abdomen dan banyak spider nevi (pembuluh darah) di abdomen
- Riwayat pecandu alkohol sejak usia 30 tahun
- Tanda-tanda vital: Kesadaran apatis, TD 90/50 mmHg, nadi 105 x/mnt, RR 25 x/mnt, suhu 37°C
2. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Perdarahan (00045) berhubungan dengan peningkatan tekanan vena portal akibat sirosis hati
- Risiko perfusi jaringan tidak efektif (00203) berhubungan dengan penurunan volume darah akibat perdarahan
- Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan akibat perdarahan dan gangguan hati
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
a. Perdarahan (00045):
- Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan
- Tingkatkan monitoring intake dan output cairan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi, seperti cairan infus, obat-obatan, dan tindakan lainnya
b. Risiko perfusi jaringan tidak efektif (00203):
- Monitor tanda-tanda vital dan status hemodinamik
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan hipovolemia
c. Intoleransi aktivitas (00092):
- Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan batasi aktivitas sesuai toleransi
- Berikan dukungan dan bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Lakukan latihan fisik ringan sesuai kondisi pasien
4. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Perdarahan terkendali
- Tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan
- Perfusi jaringan membaik
- Toleransi aktivitas meningkat
5. Implementasi Utama:
- Memantau tanda-tanda vital secara ketat
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Mengatur dan memantau intake dan output cairan
- Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Berkolaborasi dengan tim medis untuk penanganan kondisi pasien, seperti pemberian cairan infus, obat-obatan, dan tindakan lainnya
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah perdarahan, risiko perfusi jaringan tidak efektif, dan intoleransi aktivitas. Perdarahan terjadi akibat peningkatan tekanan vena portal yang disebabkan oleh sirosis hati, yang merupakan komplikasi dari riwayat pecandu alkohol. Risiko perfusi jaringan tidak efektif disebabkan oleh penurunan volume darah akibat perdarahan, sehingga perlu diatasi dengan pemberian cairan intravena. Intoleransi aktivitas terjadi karena kelemahan pasien akibat perdarahan dan gangguan hati.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengaturan dan pemantauan intake dan output cairan, bantuan dalam aktivitas sehari-hari, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan kondisi pasien, seperti pemberian cairan infus, obat-obatan, dan tindakan lainnya. Luaran yang diharapkan adalah perdarahan terkendali, tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan, perfusi jaringan membaik, dan toleransi aktivitas meningkat. -
Article No. 19168 | 01 Jul 2025
Klinis : Disentri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi disentri:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi disentri berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Diare Akut
Definisi: Pola eliminasi feses yang tidak normal, berkurang konsistensi, dan meningkat frekuensinya.
Penyebab: Infeksi, malabsorpsi, perubahan diet, obat-obatan, stres.
Karakteristik: Frekuensi buang air besar meningkat (>3 kali per hari), konsistensi feses cair atau setengah cair, volume feses meningkat, nyeri atau kram abdomen, mual, muntah, dehidrasi.
b. Risiko Defisit Volume Cairan
Definisi: Berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Faktor Risiko: Diare, muntah, demam, penurunan asupan cairan.
Karakteristik: Tanda-tanda dehidrasi (penurunan turgor kulit, mulut kering, takikardi, hipotensi ortostatik).
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pemulihan Diare Akut
- Frekuensi buang air besar menurun menjadi normal (≤3 kali per hari)
- Konsistensi feses normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Tidak ada nyeri atau kram abdomen
- Asupan nutrisi dan cairan adekuat
b. Keseimbangan Volume Cairan
- Tanda-tanda vital stabil (nadi, tekanan darah, suhu tubuh)
- Turgor kulit baik, membran mukosa lembab
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Intake dan output cairan seimbang
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Pemulihan Diare Akut:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan
- Pemberian terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
- Pengaturan diet dan pemberian nutrisi sesuai toleransi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
- Pemberian obat antidiare atau antimikroba sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penatalaksanaan diare
b. Intervensi untuk Keseimbangan Volume Cairan:
- Pemantauan intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk terapi rehidrasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi dan intake nutrisi yang adekuat
- Pengawasan dan pencatatan tanda-tanda vital dan status hidrasi
- Pemberian terapi suportif (antiemetik, antidiare) sesuai indikasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan disentri, perawat harus mempertimbangkan diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencapai pemulihan pasien dan mempertahankan keseimbangan volume cairan. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan perawatan yang optimal dan meningkatkan hasil luaran bagi pasien. -
Article No. 19169 | 01 Jul 2025
Klinis : px mengatakan jatuh dari motor td 119/78 rr 21 hr 74 s 36,4 bb 57 tb 168
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S72.0
- Deskripsi: Fraktur leher femur
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 79.15
- Deskripsi: Tindakan pembedahan untuk fraktur leher femur, termasuk pembedahan pemasangan implan atau internal fiksasi.
Penjelasan:
Berdasarkan riwayat jatuh dari motor dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan tekanan darah 119/78 mmHg, frekuensi napas 21 kali per menit, denyut nadi 74 kali per menit, dan suhu tubuh 36,4°C, serta berat badan 57 kg dan tinggi badan 168 cm, maka diagnosis yang paling sesuai adalah fraktur leher femur (S72.0). Fraktur leher femur adalah cedera yang sering terjadi akibat jatuh dari ketinggian, terutama pada pasien lanjut usia.
Tindakan medis yang kemungkinan dilakukan adalah pembedahan untuk pemasangan implan atau internal fiksasi (79.15) untuk stabilisasi dan penyembuhan fraktur. Prosedur ini bertujuan untuk memfasilitasi penyembuhan fraktur dan meminimalkan komplikasi. -
Article No. 19170 | 01 Jul 2025
Klinis : px mengatakan jatuh dari motor td 119/78 rr 21 hr 74 s 36,4 bb 57 tb 168
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00035
Definisi: Kerentanan untuk mengalami kerusakan fisik yang dapat membahayakan kesehatan, yang dapat diketahui.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00413
Definisi: Pemulihan dari gangguan fisik.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 06430
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya cedera pada klien.
Penjelasan Singkat:
Px mengatakan jatuh dari motor, menunjukkan adanya risiko cedera yang perlu segera ditangani. Tanda-tanda vital yang diperoleh (TD 119/78, RR 21, HR 74, S 36,4°C) masih dalam batas normal, namun tetap perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada cedera yang terjadi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, pemberian pertolongan pertama jika diperlukan, dan edukasi kepada pasien mengenai pencegahan cedera di masa mendatang.