Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10219 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebihan.
Gejala dan tanda mayor: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Faktor yang berhubungan: Kelemahan fisik.
Gejala dan tanda mayor: Sesak napas saat beraktivitas, kelelahan.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor yang berhubungan: Penyakit kronis.
Gejala dan tanda mayor: Demam, penurunan berat badan.
Rencana Keperawatan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas
Luaran: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Kriteria hasil: Pasien dapat batuk efektif, tidak ada suara napas abnormal.
2. Toleransi Aktivitas
Luaran: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Kriteria hasil: Pasien tidak mengalami sesak napas atau kelelahan saat beraktivitas.
3. Kontrol Infeksi
Luaran: Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi.
Kriteria hasil: Pasien tidak mengalami demam, tidak ada penurunan berat badan.
Rencana Tindakan Keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Tindakan: Auskultasi suara napas, lakukan tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.
2. Manajemen Aktivitas
Tindakan: Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup, pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Manajemen Infeksi
Tindakan: Monitor tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif sangat penting untuk mengelola kondisi pasien tuberkulosis paru ini, dengan fokus pada manajemen jalan napas, aktivitas, dan infeksi. -
Article No. 10220 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien a, usia 23 tahun, keluhan sesak nafas saat pergi ke wc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien a, usia 23 tahun dengan keluhan sesak napas saat pergi ke toilet, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Napas". Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami sesak napas, yang menunjukkan adanya gangguan dalam pola napas yang tidak efektif. Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai "Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat".
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif: Kemampuan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
2. Tidak Ada Tanda-tanda Distres Pernapasan: Tidak adanya tanda-tanda distres pernapasan, seperti penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan, suara napas tambahan, dan tidak ada sianosis.
3. Tingkat Kenyamanan Pernapasan Meningkat: Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan dalam bernapas, seperti tidak merasa sesak saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-tanda Vital:
- Memantau tanda-tanda vital pasien, khususnya frekuensi, kedalaman, dan pola napas.
- Mengidentifikasi adanya perubahan atau penurunan dalam pola napas.
2. Manajemen Jalan Napas:
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi pernapasan yang efektif, seperti posisi semi-fowler atau fowler.
- Membantu pasien melakukan latihan pernapasan, seperti pernapasan diafragma atau teknik relaksasi pernapasan.
- Memberikan oksigen tambahan jika diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
3. Edukasi dan Dukungan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga pola napas yang efektif.
- Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi, untuk mencegah peningkatan sesak napas.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan terhadap intervensi.
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada Anda mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien a, usia 23 tahun, dengan keluhan sesak napas saat pergi ke toilet. -
Article No. 10221 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien a, usia 23 tahun, keluhan sesak nafas saat pergi ke wc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, atas kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Intoleransi Aktivitas adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas, serta dapat beradaptasi terhadap keterbatasan aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang membatasi pasien, serta membantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kapasitasnya.
2. Manajemen Energi: Mengajarkan pasien teknik-teknik konservasi energi, seperti pengaturan irama aktivitas, istirahat yang cukup, serta penggunaan alat bantu.
3. Oksigenasi: Memantau status oksigenasi pasien, serta memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat beradaptasi terhadap keterbatasan aktivitas, serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas. -
Article No. 10222 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien a, usia 23 tahun, keluhan sesak nafas, kondisi sekarang dipasang oksigen di RS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien a yang berusia 23 tahun dengan keluhan sesak napas dan saat ini dipasang oksigen di rumah sakit.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien a, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Diagnosis ini didasarkan pada gejala utama pasien yaitu sesak napas, yang mengindikasikan adanya gangguan dalam proses ventilasi dan pernapasan. Diagnosis ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakmampuan pasien untuk bernapas dengan mudah dan lancar, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perbaikan Pola Napas (0415): Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, dengan indikator:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit)
b. Kedalaman napas yang adekuat
c. Irama napas yang teratur
d. Tidak ada penggunaan otot bantu napas yang berlebihan
2. Pengendalian Nyeri (1605): Pasien akan mengalami penurunan rasa sesak atau nyeri saat bernapas, dengan indikator:
a. Pasien melaporkan penurunan tingkat sesak atau nyeri saat bernapas
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat sesak atau nyeri
3. Oksigenasi yang Memadai (0403): Pasien akan menunjukkan oksigenasi yang adekuat, dengan indikator:
a. Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal (>95%)
b. Tidak ada tanda-tanda hipoksemia (misalnya sianosis, dispnea, takipnea)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540):
a. Memantau dan mengatur pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien
b. Memposisikan pasien dengan posisi semi-fowler untuk memudahkan pernapasan
c. Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan ventilasi
d. Melakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan sekresi jalan napas
2. Manajemen Nyeri (1400):
a. Mengevaluasi tingkat nyeri/sesak napas pasien secara berkala
b. Memberikan terapi farmakologis (misalnya bronkodilator) untuk mengurangi rasa sesak
c. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri/sesak napas
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680):
a. Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas pasien
b. Memantau saturasi oksigen dan kadar oksigen dalam darah
c. Melaporkan temuan yang abnormal kepada tim kesehatan
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien a dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pola napas, pengendalian nyeri, dan oksigenasi yang memadai. Kolaborasi yang erat antara perawat dan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10223 | 02 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 60 tahun dirawat di ruang jantung dengan diagnosis eksaserbasi gagal jantung. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit arteri coroner. Berat badan saat masuk 102 kg dan BB dasar saat kunjungan klinik sebelumnya 95 kg (terjadi peningkatan 7 kg). Saat masuk, ditemukan adanya bunyi krepitasi halus di seluruh lobus posterior bawah, dan pitting edema 4+ di ekstremitas bawah. Hasil Blood Gas Analysis saat masuk pH 7,30, PaCO2 50 mmHg, PaO2 80 mmHg, HCO3- 21 mEq/L, SaO2 85%. Saat ini, pasien tersebut menerima beberapa dosis diuretic IV selama 3 hari terakhir sejak masuk. Saat pengkajian pada shift pagi Anda, pasien tersebut memberitahu Anda bahwa dia sangat haus dan merasa pusing. Anda melihat ia mudah tersinggung dan menjadi semakin bingung. Anda segera memperoleh tanda-tanda vitalnya: TD 85/45 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit, saturasi oksigen 98% pada 2 lpm nasal canule, dan suhu tubuh 37.2 °C. Suara paru jernih dan suara jantung irama sinus teratur. Berat badan pagi ini 92 kg. diberikan terapi NaCl 0.9% 250 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan laboratoriumnya ditemukan Natrium: 155 mEq/L (135-145), Kalium: 3,3 mEq/L (3,5-5,3), Klorida: 103 mEq/L (98-108), Karbon dioksida: 25 mEq/L (23-27), Nitrogen urea darah (BUN): 30 mg/dL (10-25), Kreatinin: 1,9 mg/dL (0,5-1,5), Glukosa: 100 mg/dL (puasa 70-99)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan
2. Intoleransi aktivitas
3. Inkontinensia urin
Penjelasan:
1. Kelebihan volume cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Pemantauan Keseimbangan Cairan, Manajemen Cairan Intravena
Pasien mengalami kelebihan volume cairan yang ditandai dengan peningkatan berat badan, adanya edema, dan hasil pemeriksaan gas darah menunjukkan penurunan pH, peningkatan PaCO2, dan penurunan PaO2. Hal ini dapat disebabkan oleh pemberian diuretik yang tidak adekuat, serta penurunan fungsi ginjal yang ditunjukkan oleh peningkatan BUN dan kreatinin.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Terapi Aktivitas, Manajemen Energi
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh kelebihan volume cairan dan penurunan fungsi jantung.
3. Inkontinensia urin
- SDKI: Inkontinensia Urin
- SLKI: Kontrol Berkemih
- SIKI: Manajemen Inkontinensia Urin, Manajemen Hidrasi
Pasien mengalami inkontinensia urin yang ditandai dengan perubahan status mental, seperti mudah tersinggung dan bingung. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit, terutama hiponatremia, yang dapat memengaruhi fungsi otak dan kontrol berkemih.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan ini mencerminkan kondisi klinis pasien yang membutuhkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas, dan inkontinensia urin. -
Article No. 10224 | 02 Jan 2025
Klinis : bengkak di salah satu scrotum (yang kiri) sejak hari kamis, kemudian dibawa ke dokter umum dan dapat obat namun tidak membaik dan bengkak semakin membesar. Terasa nyeri seperti terbakar, menjalar hingga selangkangan. Keluhan tidak membaik lalu dibawa ke RSI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Nyeri Akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk Nyeri Akut antara lain:
1. Pengkajian nyeri komprehensif
2. Manajemen nyeri farmakologis dan nonfarmakologis
3. Pendidikan kesehatan tentang nyeri dan manajemennya
4. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu bengkak di scrotum sebelah kiri yang disertai nyeri seperti terbakar dan menjalar hingga selangkangan, menunjukkan adanya Nyeri Akut. Pasien perlu mendapatkan pengkajian nyeri komprehensif, intervensi manajemen nyeri yang sesuai, serta edukasi terkait nyeri dan pengelolaannya. Evaluasi efektivitas intervensi juga penting dilakukan untuk memastikan penurunan intensitas nyeri dan adaptasi pasien terhadap nyeri. -
Article No. 10225 | 02 Jan 2025
Klinis : sakit perut nyeri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "sakit perut nyeri":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.01
- Deskripsi: Endoskopi saluran cerna atas, tanpa biopsi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R10.4 (Nyeri perut dan panggul) adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi "sakit perut nyeri". Kode ini mencakup berbagai jenis nyeri yang terjadi di area perut dan panggul, termasuk nyeri kolik, nyeri abdomen, dan nyeri panggul.
2. Untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan dalam penanganan kondisi ini, kode ICD-9-CM 88.01 (Endoskopi saluran cerna atas, tanpa biopsi) dapat digunakan. Prosedur ini melibatkan penggunaan endoskop untuk memeriksa bagian atas saluran pencernaan, seperti esofagus, lambung, dan duodenum, untuk mendeteksi adanya penyebab dari nyeri perut.
Sebagai tambahan, pemeriksaan laboratorium, pencitraan, atau prosedur diagnostik lainnya mungkin juga diperlukan untuk menentukan penyebab nyeri perut dan membantu dalam penanganan yang tepat. -
Article No. 10226 | 02 Jan 2025
Klinis : sakit telapak tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sakit telapak tangan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Definisi:
Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang merupakan pelindung utama tubuh.
Faktor Risiko:
- Paparan faktor eksternal (misalnya suhu, kelembaban, bahan iritasi)
- Penurunan sensasi
- Keterbatasan mobilitas
Gejala dan Tanda:
- Kulit merah, bengkak, dan nyeri di telapak tangan
- Terdapat lesi atau lecet pada kulit telapak tangan
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan "Gangguan Integritas Kulit" telah ditetapkan dalam SDKI dan memiliki definisi, faktor risiko, serta gejala dan tanda yang sesuai dengan kondisi sakit telapak tangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan resmi PPNI yang berisi tentang hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk diagnosa "Gangguan Integritas Kulit", beberapa luaran keperawatan yang dapat diharapkan adalah perbaikan integritas kulit, penurunan tanda infeksi, dan peningkatan rasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan resmi PPNI yang berisi tentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Gangguan Integritas Kulit" antara lain perawatan luka, pemberian obat topikal, edukasi pencegahan, dan manajemen nyeri.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan praktik terbaik dan berpusat pada pasien. -
Article No. 10227 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan nyeri badan karna tidur terus saat di rumah sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengeluhkan nyeri badan karena tidur terus saat di rumah sakit, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
Penyebab: Penurunan energi/stamina, penurunan fungsi neuromuskular, dan pembatasan lingkungan.
Tanda dan Gejala: Pasien melaporkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan, pasien mengalami nyeri saat bergerak, serta pasien lebih sering tidur/berbaring.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan:
1. Pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik yang ditandai dengan:
a. Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Pasien melaporkan berkurangnya nyeri saat bergerak.
d. Pasien menunjukkan peningkatan energi/stamina.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Mobilitas
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari.
b. Dorong pasien untuk melakukan latihan fisik seperti pergerakan anggota tubuh secara bertahap.
c. Ajarkan teknik mobilisasi yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk membantu meningkatkan mobilitas pasien.
e. Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien selama latihan fisik.
f. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan mobilitas.
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan durasi nyeri yang dirasakan pasien.
b. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter) untuk pemberian analgetik sesuai kebutuhan.
d. Monitor efektivitas terapi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk membantu mengatasi nyeri saat mobilisasi.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang dipilih adalah Gangguan Mobilitas Fisik, karena pasien mengeluhkan nyeri badan saat tidur terus di rumah sakit, yang menunjukkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas. Diagnosa ini sesuai dengan definisi, penyebab, serta tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik, yang ditandai dengan pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melaporkan berkurangnya nyeri saat bergerak, serta menunjukkan peningkatan energi/stamina. Tujuan ini bertujuan untuk mengembalikan kemampuan mobilitas pasien dan mengurangi keluhan nyeri yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Manajemen Mobilitas dan Manajemen Nyeri. Manajemen Mobilitas bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan pergerakan dan aktivitas sehari-hari, sedangkan Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien saat melakukan pergerakan. Intervensi ini dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal.
Secara keseluruhan, pendekatan ini diharapkan dapat membantu pasien mengatasi gangguan mobilitas fisik dan nyeri yang dialami, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 10228 | 02 Jan 2025
Klinis : hematetemesis melena
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi hemetemesis melena.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hemetemesis melena adalah "Risiko Perdarahan". Kondisi hemetemesis (muntah darah) dan melena (tinja berwarna hitam akibat darah yang tertelan) mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna. Pasien berisiko mengalami komplikasi akibat kehilangan darah yang dapat menyebabkan hipovolemia, syok, dan kematian.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Luaran Utama: Perbaikan Perfusi Jaringan
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki perfusi jaringan yang adekuat, mencegah komplikasi akibat perdarahan, dan memulihkan kondisi kesehatan pasien.
2. Luaran Khusus:
a. Tanda-tanda Vital: Tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan tetap dalam batas normal.
b. Volume Cairan: Cairan tubuh dalam batas normal, tidak terjadi hipovolemia.
c. Hemodinamik: Tidak terjadi penurunan kardiovaskular yang signifikan.
d. Peningkatan Sirkulasi: Peningkatan aliran darah ke organ-organ vital.
e. Pengurangan Perdarahan: Pendarahan teratasi dan tidak terjadi lagi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu).
b. Pantau status cairan (intake, output, edema, turgor kulit).
c. Pantau hasil laboratorium (hemoglobin, hematokrit, fungsi ginjal).
d. Lakukan pengkajian neurologis untuk mendeteksi tanda-tanda hipoperfusi.
2. Manajemen Perdarahan
a. Identifikasi sumber perdarahan dan upayakan penghentian perdarahan.
b. Berikan obat-obatan untuk memperbaiki pembekuan darah (jika diindikasikan).
c. Pertimbangkan pemberian transfusi darah jika diperlukan.
d. Lakukan tindakan endoskopi atau bedah untuk menghentikan perdarahan (jika diindikasikan).
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit
a. Berikan cairan intravena untuk mempertahankan volume dan tekanan darah.
b. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Pertimbangkan pemberian suplemen nutrisi jika dibutuhkan.
4. Edukasi dan Dukungan Psikologis
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi dan rencana perawatan.
b. Berikan dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepatuhan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisi kesehatan pasien dengan hemetemesis melena.