Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10286 | 03 Jan 2025
Klinis : Ketidakefektifan produksi ASI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ketidakefektifan Produksi ASI.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Produksi ASI
Definisi:
Ketidakmampuan ibu untuk menghasilkan jumlah ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Faktor Terkait:
1. Perubahan hormonal
2. Kecemasan atau stres
3. Perawatan payudara yang tidak adekuat
4. Faktor anatomis payudara
5. Penggunaan obat-obatan
Gejala dan Tanda:
1. Produksi ASI yang tidak mencukupi
2. Bayi menangis saat menyusui karena lapar
3. Berat badan bayi tidak naik dengan baik
4. Frekuensi dan durasi menyusui berkurang
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Produksi ASI yang adekuat
2. Keberhasilan menyusui
3. Peningkatan berat badan bayi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen laktasi
2. Dukungan menyusui
3. Edukasi tentang teknik menyusui yang benar
4. Intervensi untuk mengatasi faktor terkait (seperti mengurangi stres, obat-obatan, dll.)
Kesimpulan:
Diagnosis Keperawatan Ketidakefektifan Produksi ASI adalah suatu kondisi di mana ibu mengalami kesulitan untuk menghasilkan jumlah ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan hormonal, stres, perawatan payudara yang tidak adekuat, dan faktor anatomis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen laktasi, dukungan menyusui, edukasi tentang teknik menyusui yang benar, dan mengatasi faktor-faktor yang terkait. -
Article No. 10287 | 03 Jan 2025
Klinis : demam 5 hari, nyeri perut (+) mual - muntah -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit yang mendasarinya, ditandai dengan demam 5 hari.
Penjelasan:
Diagnosa ini didasarkan pada gejala demam yang berlangsung selama 5 hari. Ketidakseimbangan suhu tubuh dapat disebabkan oleh proses penyakit yang sedang terjadi dalam tubuh pasien.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan nyeri perut.
Penjelasan:
Diagnosa ini didasarkan pada keluhan nyeri perut yang dirasakan oleh pasien. Nyeri akut dapat disebabkan oleh proses penyakit atau kondisi patologis yang sedang terjadi.
3. Mual dan muntah berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan mual dan muntah.
Penjelasan:
Diagnosa ini didasarkan pada keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien. Mual dan muntah dapat menjadi gejala dari berbagai penyakit atau kondisi patologis.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan di atas dapat dikaitkan dengan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan suhu tubuh
- Nyeri akut
- Mual
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan suhu tubuh
- Kontrol rasa nyeri
- Kontrol mual
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen hipertermi
- Manajemen nyeri
- Manajemen mual dan muntah
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan standar PPNI untuk membantu pasien mengatasi kondisi yang dialaminya. -
Article No. 10240 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan nyeri badan karna tidur terus saat dirawat di rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian informasi yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluhkan nyeri badan karena tidur terus saat dirawat di rumah sakit adalah Mobilitas Fisik Terganggu. Diagnosa ini mencerminkan adanya hambatan dalam kemampuan pasien untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah sebagai respons terhadap perintah atau rangsangan, yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak, dan ketidakseimbangan otot.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Pasien dapat melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah sesuai instruksi.
- Pasien dapat mempertahankan rentang gerak sendi yang normal.
- Pasien dapat mempertahankan kekuatan otot yang adekuat.
2. Penurunan Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat menggunakan strategi manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Bantu pasien melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan.
- Berikan latihan pergerakan dan rentang gerak sendi yang teratur.
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
2. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri pasien secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, durasi).
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi dan manajemen nyeri non-farmakologis.
- Berikan lingkungan yang nyaman dan mendukung istirahat pasien.
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mobilisasi dan manajemen nyeri.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
- Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Mobilitas Fisik Terganggu dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri badan yang menyebabkan ia tidur terus saat dirawat di rumah sakit. Hal ini menunjukkan adanya hambatan dalam kemampuan pasien untuk melakukan pergerakan dan aktivitas fisik yang normal. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah meningkatkan mobilitas fisik pasien dan menurunkan nyeri yang dirasakan.
Luaran/output yang diharapkan mencakup peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja, mempertahankan rentang gerak sendi, dan kekuatan otot yang adekuat. Selain itu, diharapkan juga penurunan intensitas nyeri yang dirasakan pasien, penggunaan strategi manajemen nyeri yang efektif, serta kemampuan pasien untuk beristirahat dengan nyaman.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas untuk meningkatkan mobilitas fisik, manajemen nyeri untuk mengatasi keluhan nyeri, serta edukasi kesehatan untuk melibatkan pasien dan keluarga dalam perawatan. Melalui intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 10241 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan nyeri badan karna tidur terus saat dirawat di rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan nyeri badan karena tidur terus saat dirawat di rumah sakit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Nyeri Akut" (SDKI 2017). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1994). Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan nyeri badan karena tidur terus saat dirawat di rumah sakit, yang dapat disebabkan oleh imobilisasi dan posisi tidur yang tidak optimal.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan.
2. Pengendalian Nyeri: Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengendalian nyeri yang efektif.
3. Kualitas Tidur: Pasien dapat melaporkan peningkatan kualitas tidur.
4. Mobilisasi: Pasien dapat meningkatkan kemampuan mobilisasi dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
b. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, ahli nutrisi, dll.) untuk mengatasi penyebab nyeri.
2. Manajemen Tidur:
a. Tingkatkan kenyamanan lingkungan tidur, seperti pengaturan suhu, pencahayaan, dan ketenangan.
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur yang berkualitas.
c. Jadwalkan waktu istirahat dan tidur yang cukup sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Pantau pola tidur pasien dan lakukan intervensi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas tidur.
3. Mobilisasi:
a. Kaji kemampuan mobilisasi pasien dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas.
c. Ajarkan teknik mobilisasi yang aman dan nyaman, seperti perubahan posisi dan penggunaan alat bantu.
d. Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan mobilisasi dan aktivitas sehari-hari.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan pengendalian nyeri, peningkatan kualitas tidur, serta peningkatan kemampuan mobilisasi yang optimal. -
Article No. 10242 | 02 Jan 2025
Klinis : Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik" dari perspektif seorang perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik" adalah "Hambatan Mobilitas Fisik" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Hambatan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau kemampuan koordinasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan untuk pasien dengan "Hambatan Mobilitas Fisik" adalah:
1. Mobilitas Fisik Meningkat
Kriteria hasil yang diharapkan meliputi:
- Pasien dapat melakukan pergerakan secara mandiri atau dengan bantuan alat bantu.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan.
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan, ketahanan, dan koordinasi otot.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Mobilitas Fisik Meningkat" pada pasien dengan "Hambatan Mobilitas Fisik", perawat perlu melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Mobilitas
- Mengkaji kemampuan mobilitas pasien, termasuk kekuatan, ketahanan, dan koordinasi otot.
- Menetapkan program latihan mobilitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan latihan mobilitas secara bertahap sesuai dengan kemampuannya.
- Menggunakan alat bantu mobilitas yang sesuai untuk memfasilitasi pergerakan pasien.
- Memantau respon pasien terhadap latihan mobilitas dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Terapi Aktivitas
- Melibatkan pasien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan mobilitas fisik.
- Mengajarkan teknik-teknik penggunaan anggota tubuh secara efektif dalam melakukan aktivitas.
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai dengan kemampuannya.
- Memantau respons pasien terhadap aktivitas dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Dukungan Psikologis
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan partisipasi dalam program latihan mobilitas.
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor psikologis yang dapat menghambat mobilitas pasien.
- Melibatkan keluarga atau caregiver dalam mendukung program latihan mobilitas pasien.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dengan "Hambatan Mobilitas Fisik" dapat meningkatkan mobilitas fisiknya secara optimal dan mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 10165 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien tidak dapat bab selama 2 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang tidak dapat buang air besar (BAB) selama 2 hari:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak dapat BAB selama 2 hari adalah "Konstipasi". Konstipasi didefinisikan sebagai pengurangan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk buang air besar yang berlangsung selama lebih dari 3 hari. Dalam kasus ini, pasien mengalami kondisi tersebut selama 2 hari, sehingga diagnosa konstipasi dapat ditegakkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Gastrointestinal yang Adekuat
- Pasien dapat buang air besar secara teratur sesuai dengan pola eliminasinya.
- Pasien melaporkan perasaan lega setelah buang air besar.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda eliminasi yang normal, seperti konsistensi feses yang lembut, warna yang normal, dan tidak ada rasa nyeri saat buang air besar.
2. Manajemen Konstipasi
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi.
- Pasien dapat menerapkan intervensi yang tepat untuk mengatasi konstipasi.
- Pasien menunjukkan peningkatan frekuensi buang air besar sesuai dengan pola normalnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Konstipasi
- Kaji pola eliminasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan riwayat konstipasi.
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi, seperti diet rendah serat, kurang cairan, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, dll.
- Berikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya pola makan dan cairan yang adekuat untuk mencegah konstipasi.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk merangsang fungsi usus.
- Berikan obat laksatif atau supositoria sesuai dengan resep dokter untuk membantu pasien buang air besar.
- Monitor efektivitas intervensi dan evaluasi perkembangan pasien secara berkala.
2. Edukasi Manajemen Konstipasi
- Jelaskan kepada pasien mengenai definisi, penyebab, dan gejala konstipasi.
- Ajarkan pasien tentang pola makan dan asupan cairan yang tepat untuk mencegah konstipasi.
- Instruksikan pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
- Berikan informasi tentang penggunaan obat laksatif atau supositoria yang aman dan efektif.
- Dorong pasien untuk mengungkapkan kekhawatiran atau pertanyaan terkait konstipasi.
- Dukung dan motivasi pasien untuk menerapkan intervensi yang diberikan.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi kondisi konstipasi yang dialaminya dan mencapai eliminasi gastrointestinal yang adekuat. -
Article No. 10166 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien mengalami sesak napas selama seminggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami sesak napas selama seminggu.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan pertukaran gas tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, dengan indikator:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Kedalaman napas adekuat
3. Irama napas teratur
4. Tidak ada penggunaan otot bantu napas yang berlebihan
5. Tidak ada retraksi dinding dada
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani pola napas tidak efektif antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Ajarkan teknik napas dalam dan napas perut
4. Anjurkan posisi duduk atau semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan lanjut
Dengan penanganan komprehensif sesuai standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan pasien dapat mengatasi permasalahan pola napas tidak efektif dan mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 10167 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien mengalami mual muntah selama 2 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan menggunakan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang mengalami mual muntah selama 2 hari:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (00134)
Definisi SDKI:
Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Faktor terkait SDKI:
- Efek samping pengobatan
- Iritasi gastrointestinal
- Infeksi saluran pencernaan
- Obstruksi usus
- Perubahan fisiologi (misalnya, kehamilan)
Gejala/Tanda SDKI:
- Merasa tidak nyaman di perut
- Keinginan untuk muntah
- Perubahan warna kulit (misalnya, pucat)
- Perubahan tekanan darah
Luaran SLKI:
- Toleransi terhadap mual berkurang
- Tidak terjadi dehidrasi
- Masukan nutrisi adekuat
Intervensi SIKI:
- Manajemen mual
- Terapi cairan
- Edukasi manajemen mual
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Mual" menggambarkan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Faktor terkait dapat berupa efek samping pengobatan, iritasi gastrointestinal, infeksi saluran pencernaan, obstruksi usus, atau perubahan fisiologi. Gejala/tanda yang muncul antara lain merasa tidak nyaman di perut, keinginan untuk muntah, perubahan warna kulit, dan perubahan tekanan darah. Luaran yang diharapkan adalah toleransi terhadap mual yang berkurang, tidak terjadi dehidrasi, dan asupan nutrisi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen mual, terapi cairan, dan edukasi manajemen mual. -
Article No. 10168 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien mengalami mual muntah selama 2 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien yang mengalami mual dan muntah selama 2 hari.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Mual" (SDKI, 2017). Mual didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Pasien mengalami mual dan muntah selama 2 hari, sehingga diagnosis ini sesuai dengan kondisi yang dipaparkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengontrol mual yang dialami, yang ditunjukkan dengan skor Kontrol Mual pada rentang yang diharapkan (SLKI, 2019).
2. Pemulihan Fisiologis: Pasien dapat mempertahankan status fisiologis yang optimal, yang ditunjukkan dengan tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi (SLKI, 2019).
3. Manajemen Muntah: Pasien dapat mengelola muntah yang dialami, yang ditunjukkan dengan penurunan frekuensi dan volume muntah (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memicu mual, seperti stres, rasa sakit, atau efek samping obat.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab mual.
c. Berikan antiemetik sesuai dengan resep dokter.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
a. Pantau intake dan output cairan pasien.
b. Berikan cairan intravena jika pasien tidak dapat mempertahankan asupan oral yang adekuat.
c. Berikan elektrolit sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Manajemen Nutrisi:
a. Identifikasi preferensi dan toleransi makanan pasien.
b. Berikan makanan dan minuman sesuai dengan toleransi pasien, seperti makanan ringan dan tinggi kalori.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makanan yang sesuai.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
a. Jelaskan penyebab, gejala, dan penanganan mual dan muntah.
b. Ajarkan teknik-teknik untuk mengelola mual dan muntah, seperti relaksasi, distraksi, dan diet.
c. Dorong pasien dan keluarga untuk terlibat aktif dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengontrol mual, mempertahankan status fisiologis yang optimal, dan mengelola muntah yang dialami. Hal ini akan membantu pasien dalam proses pemulihan dan mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 10169 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien merasa ingin muntah selama 2 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang merasa ingin muntah selama 2 hari.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang merasa ingin muntah selama 2 hari adalah "Mual (00134)". Mual didefinisikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Karakteristik definisi mual dalam SDKI meliputi:
a. Rasa tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan
b. Keinginan untuk muntah
c. Durasi mual yang berlangsung minimal 2 hari
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien dengan diagnosa keperawatan Mual (00134) meliputi:
a. Mual dan keinginan untuk muntah
b. Salivasi yang berlebihan
c. Pucat
d. Refleks muntah
e. Peningkatan frekuensi pernapasan
2. Luaran/Output SLKI:
Luaran/Output SLKI yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan diagnosa Mual (00134) adalah:
a. Kontrol Mual (1618)
- Indikator: Frekuensi mual, Durasi mual, Intensitas mual
Tujuan yang diharapkan pada Luaran Kontrol Mual (1618) adalah:
- Pasien dapat melaporkan penurunan frekuensi, durasi, dan intensitas mual
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang dapat memicu mual
- Pasien dapat menerapkan strategi untuk mengatasi mual
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi Keperawatan SIKI yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran Kontrol Mual (1618) meliputi:
a. Manajemen Mual (4605)
- Kaji tanda dan gejala mual serta faktor pencetusnya
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab mual
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual
- Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus mual
- Observasi efektivitas terapi antiemetik yang diberikan
b. Manajemen Nutrisi (1100)
- Kaji kemampuan dan kebutuhan nutrisi pasien
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan dapat diterima pasien
- Atur frekuensi pemberian makan kecil tapi sering
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
c. Manajemen Cairan (4120)
- Kaji status cairan pasien
- Berikan cairan yang sesuai untuk mencegah dehidrasi
- Pantau asupan dan output cairan pasien
Dengan pemberian Asuhan Keperawatan yang berfokus pada Manajemen Mual, Manajemen Nutrisi, dan Manajemen Cairan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran Kontrol Mual, sehingga frekuensi, durasi, dan intensitas mual dapat berkurang.