Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12200 | 13 Feb 2025
Klinis : Defisit nutrisi defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Defisit Nutrisi sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Diagnosis ini ditandai dengan berat badan yang tidak sesuai dengan usia, penurunan berat badan, atau ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan yang sehat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Sesuai dengan SLKI, luaran yang diharapkan dari pengelolaan Defisit Nutrisi adalah:
1. Pasien mencapai berat badan ideal
2. Pasien menunjukkan peningkatan atau pemeliharaan status nutrisi
3. Pasien menunjukkan perbaikan atau pemeliharaan fungsi fisiologis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Nutrisi mencakup:
1. Pengkajian status nutrisi
2. Pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
3. Edukasi terkait nutrisi yang adekuat
4. Pemantauan dan evaluasi status nutrisi
Dengan pendekatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk mengatasi Defisit Nutrisi pada pasien. -
Article No. 12201 | 13 Feb 2025
Klinis : Defisit nutrisi defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi defisit nutrisi, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi
Definisi:
Ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dan kebutuhan nutrisi yang mengakibatkan perubahan pada berat badan, komposisi tubuh, dan/atau cadangan energi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit nutrisi merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang tercantum dalam SDKI. SDKI adalah standar yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang berisi daftar diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam SLKI, terdapat luaran keperawatan yang terkait dengan defisit nutrisi, seperti peningkatan berat badan, peningkatan status nutrisi, dan pemeliharaan status nutrisi. SLKI adalah standar yang berisi daftar luaran keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mengatasi defisit nutrisi, terdapat beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pemberian nutrisi enteral atau parenteral, edukasi gizi, dan pemantauan asupan dan status nutrisi. SIKI adalah standar yang berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, menetapkan diagnosis, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi defisit nutrisi pada pasien. -
Article No. 12202 | 13 Feb 2025
Klinis : merah pada kelopak mata
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "merah pada kelopak mata":
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Penglihatan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Penglihatan adalah keterbatasan dalam persepsi visual yang disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau lingkungan yang dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima, menginterpretasi, dan merespon visual secara akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penglihatan yang efektif
2. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
3. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Penglihatan
2. Peningkatan Fungsi Penglihatan
3. Manajemen Aktivitas Sehari-hari
Jadi, untuk kondisi "merah pada kelopak mata", diagnosa keperawatannya adalah Ketidakefektifan Penglihatan, dengan tujuan utama meningkatkan efektivitas penglihatan pasien melalui manajemen dan peningkatan fungsi penglihatan, serta membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 12204 | 13 Feb 2025
Klinis : Keluhan utama: pasien mengatakan datang hanya untuk mengambil obat rutin yamg sudah mau habis. Hasil vital sign pasien 134/90, HR 86x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,5°C, SO2 99%, BB 72 kg, tinggi 175 cm, Data biopsikospiritual: Pasien mengatakan selalu rutin minum obat dan obat diminum setiap malam jam 19.00, pasien mengatakan perokok aktif sehari habis 1 bungkus, untuk makan biasa 3 kali sehari ada nasi, sayur dan lauk. Untuk minum biasa 1-2 liter sehari, Bab 1 kali sehari, Bak bisa 3-4 kali sehari. Pasien mengatakan selalu rajin berolahraga seperti jalan pagi atau lari. Pasien mengatakan tertular dari mantan istri yang positif HIV. Hasil pemeriksaan fisik: KU: cm, Kepala: CA -/-, Si -/- Dada: simetris Pulmo: sonor +/+, vesikuler +/+, rh -/-, wz -/- Cor: s1/s2 reguler Abdomen: BU +, nyeri tekan - Ekstremitas: hangat, nadi kuat Terapi obat: TLD (Tenofovir/Lami/Dolu)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
SDKI: Pola napas yang tidak efektif yang menyebabkan pertukaran gas tidak optimal.
SLKI: Mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI: Manajemen Ventilasi.
2. Risiko Infeksi
SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
SLKI: Mencegah terjadinya infeksi.
SIKI: Pencegahan Infeksi.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
SDKI: Suatu tindakan pengobatan yang tidak efektif dalam mencapai tujuan kesehatan yang diharapkan.
SLKI: Meningkatkan kepatuhan terhadap regimen terapeutik.
SIKI: Manajemen Regimen Terapeutik.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
Pasien memiliki riwayat merokok yang dapat memengaruhi pola napasnya. Perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan pola napas yang efektif, seperti mengevaluasi pola napas, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan edukasi tentang manajemen ventilasi.
2. Risiko Infeksi:
Pasien terinfeksi HIV dari mantan istrinya, sehingga berisiko tinggi mengalami infeksi lain. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mencegah terjadinya infeksi, seperti memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan diri, dan memberikan edukasi tentang pencegahan infeksi.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif:
Pasien mengatakan rutin minum obat, namun masih menjadi perokok aktif. Hal ini dapat memengaruhi efektivitas pengobatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap regimen terapeutik, seperti mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan, memberikan edukasi tentang manajemen regimen terapeutik, dan memantau kepatuhan pasien. -
Article No. 12205 | 13 Feb 2025
Klinis : harga diri rendah situasional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "harga diri rendah situasional" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah Situasional
Definisi:
Penilaian negatif atau sikap diri yang tidak tepat terhadap diri sendiri yang secara situasional dipengaruhi oleh kondisi atau peristiwa tertentu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penilaian diri negatif
2. Menarik diri dari hubungan
3. Kesulitan mengekspresikan perasaan positif tentang diri
4. Menghindari kontak mata
5. Tidak percaya diri
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan harga diri
2. Peningkatan penerimaan diri
3. Peningkatan kepercayaan diri
4. Peningkatan kemampuan mengekspresikan perasaan positif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Suportif: Memberikan dukungan emosional, validasi perasaan, dan lingkungan yang kondusif.
2. Terapi Kognitif: Membantu mengidentifikasi dan mengubah penilaian negatif terhadap diri.
3. Peningkatan Komunikasi: Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
4. Manajemen Stres: Membantu mengelola stres yang mempengaruhi harga diri.
Penjelasan singkat:
Harga diri rendah situasional adalah kondisi di mana individu memiliki penilaian negatif atau sikap diri yang tidak tepat terhadap dirinya, yang dipengaruhi oleh kondisi atau peristiwa tertentu. Perawat berperan penting dalam membantu pasien meningkatkan harga dirinya melalui intervensi suportif, kognitif, komunikasi, dan manajemen stres. Tujuannya adalah agar pasien dapat memiliki penerimaan diri yang positif, kepercayaan diri yang meningkat, dan kemampuan mengekspresikan perasaan positif tentang dirinya. -
Article No. 12206 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien mual, perut kembung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Asupan Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu mual dan perut kembung, dapat diidentifikasi adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi. Pasien kemungkinan tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya secara adekuat, sehingga perlu intervensi keperawatan untuk mencegah malnutrisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Asupan Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, tidak mengalami malnutrisi, dan memiliki status gizi yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Nutrisi, Manajemen Mual, Pengaturan Pola Makan, Pemantauan Asupan Nutrisi, dan Edukasi Gizi. -
Article No. 12207 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien mual, perut kembung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien mual dan perut kembung:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
a. Mual (Nausea)
Definisi: Perasaan tidak nyaman yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
b. Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (Gastrointestinal Impaired)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, durasi, jumlah, konsistensi, atau karakteristik lain dari pengeluaran tinja atau gas.
Kedua diagnosa tersebut sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami mual dan perut kembung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Untuk Diagnosa Mual (Nausea):
- Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mual.
- Pasien dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi mual.
b. Untuk Diagnosa Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (Gastrointestinal Impaired):
- Pasien melaporkan penurunan keluhan perut kembung.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola eliminasi gastrointestinal.
- Pasien dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengembalikan pola eliminasi gastrointestinal yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Diagnosa Mual (Nausea):
- Lakukan pengkajian komprehensif tentang mual, termasuk frekuensi, durasi, faktor pemicu, dan efek terhadap aktivitas.
- Identifikasi dan minimalisasi faktor-faktor pemicu mual, seperti obat-obatan, nyeri, stres, atau makanan tertentu.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis (misalnya antiemetik) jika diperlukan.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengurangi mual, seperti makanan ringan, minuman hangat, atau es batu.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi sensasi mual.
b. Untuk Diagnosa Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (Gastrointestinal Impaired):
- Lakukan pengkajian komprehensif tentang pola eliminasi gastrointestinal, termasuk frekuensi, konsistensi, dan karakteristik tinja.
- Identifikasi dan minimalisasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola eliminasi, seperti diet, aktivitas, atau penggunaan obat-obatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis (misalnya laksatif atau antikolinergik) jika diperlukan.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu memulihkan pola eliminasi yang normal, seperti makanan kaya serat, air, atau probiotik.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi perut kembung, seperti melakukan latihan fisik ringan atau mengonsumsi makanan yang dapat mengurangi produksi gas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berfokus pada upaya untuk mengatasi keluhan mual dan perubahan eliminasi gastrointestinal pasien, serta membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk memberikan intervensi yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 12208 | 13 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus diabetes mellitus tipe 2 pada Tn. Y.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sesuai dengan diet DM.
2. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah.
3. Resiko Hiperglikemia berhubungan dengan manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif.
4. Risiko Jatuh berhubungan dengan pusing dan gangguan keseimbangan.
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai manajemen diabetes mellitus.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Makanan
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan diet DM.
- Pasien dapat menjaga berat badan dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan: Serebral
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat mempertahankan status mental yang baik.
3. Kontrol Kadar Glukosa Darah
- Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengelola regimen terapeutik diabetes mellitus dengan efektif.
4. Pencegahan Jatuh
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mobilitas yang baik.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan menghindari faktor risiko jatuh.
5. Pengetahuan: Manajemen Diabetes Mellitus
- Pasien dapat menjelaskan definisi, penyebab, dan komplikasi diabetes mellitus.
- Pasien dapat menjelaskan manajemen diabetes mellitus yang tepat, termasuk diet, aktivitas, dan pengobatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Makanan
- Kaji status nutrisi dan pola makan pasien.
- Berikan edukasi tentang diet DM yang sesuai, meliputi jumlah, jenis, dan jadwal makan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Pantau asupan dan berat badan pasien secara berkala.
2. Perfusi Jaringan: Serebral
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Pantau status mental dan tingkat kesadaran pasien.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
- Berikan intervensi untuk menjaga perfusi serebral yang optimal.
3. Kontrol Kadar Glukosa Darah
- Pantau kadar glukosa darah pasien secara teratur.
- Berikan edukasi tentang manajemen regimen terapeutik DM, termasuk pengobatan, diet, dan aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengoptimalkan pengelolaan diabetes mellitus.
- Motivasi pasien untuk patuh dalam menjalankan regimen terapeutik.
4. Pencegahan Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan keseimbangan dan mobilitas pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah risiko jatuh.
5. Peningkatan Pengetahuan: Manajemen Diabetes Mellitus
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang diabetes mellitus.
- Berikan edukasi tentang definisi, penyebab, komplikasi, dan manajemen diabetes mellitus.
- Gunakan media edukasi yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman pasien.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk mendukung manajemen diabetes mellitus.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien Tn. Y dengan diabetes mellitus tipe 2. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 12209 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien sulit beraktivitas post orif femur, masih terasa nyeri saat bergerak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan sulit beraktivitas post operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) femur dan masih terasa nyeri saat bergerak adalah "Pergerakan Terbatas" (Impaired Physical Mobility). Diagnosa ini mencerminkan keterbatasan dalam kemampuan pasien untuk melakukan pergerakan yang disebabkan oleh nyeri dan status fungsional yang terganggu akibat prosedur operasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Pasien dapat melakukan mobilisasi secara bertahap dan meningkatkan rentang gerak sendi (Range of Motion/ROM) dengan tingkat nyeri yang terkontrol.
2. Pasien dapat mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living/ADL) sesuai dengan kemampuannya.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri saat beraktivitas.
4. Pasien dan keluarga dapat menunjukkan pemahaman yang baik tentang proses pemulihan, program rehabilitasi, dan strategi untuk mencegah komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, durasi, dll.)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik non-farmakologis manajemen nyeri (distraksi, relaksasi, kompres dingin/hangat, dll.)
- Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Kaji kemampuan pergerakan dan rentang gerak sendi pasien
- Berikan latihan ROM aktif dan pasif secara bertahap sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan dan damping pasien dalam melakukan latihan ambulasi dan transfer dengan alat bantu (walker, kruk, dll.)
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang sesuai
3. Peningkatan Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari (ADL)
- Kaji tingkat kemandirian pasien dalam melakukan ADL (mandi, berpakaian, toileting, makan, dll.)
- Ajarkan dan damping pasien dalam melakukan ADL dengan modifikasi alat bantu jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam proses pelatihan dan dukungan ADL pasien
4. Edukasi dan Konseling
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses pemulihan, program rehabilitasi, dan pencegahan komplikasi
- Diskusikan ekspektasi dan strategi untuk mencapai tujuan pemulihan yang realistis
- Berikan konseling psikologis untuk meningkatkan motivasi dan manajemen stres pasien
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai luaran/output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien selama proses pemulihan. -
Article No. 12210 | 13 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Etiologi: Pola makan yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan tentang diet diabetes, konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan gula.
2. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
Etiologi: Kurangnya pengetahuan terkait manajemen diabetes, pola makan yang tidak tepat, kurangnya aktivitas fisik.
3. Defisit Perawatan Diri
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau mengelola perawatan diri (pemeliharaan kesehatan, kebersihan, dan keamanan) secara mandiri.
Etiologi: Kurangnya pengetahuan terkait manajemen diabetes, kurangnya motivasi untuk melakukan perawatan diri.
4. Risiko Komplikasi
Definisi: Rentan mengalami komplikasi terkait penyakit diabetes mellitus.
Etiologi: Kurangnya kontrol terhadap kadar glukosa darah, adanya komplikasi yang sudah terjadi (hipertrofi otot jantung).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan dan rekomendasi diet diabetes.
- Pasien dapat mengelola berat badan sesuai target.
2. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengenali dan mengatasi episode hipoglikemia atau hiperglikemia.
3. Perawatan Diri yang Efektif
- Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait manajemen diabetes secara mandiri.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku hidup sehat sesuai rekomendasi.
4. Pencegahan Komplikasi
- Pasien dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi diabetes.
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan tanda-tanda komplikasi diabetes.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan riwayat diet pasien.
- Edukasi tentang diet diabetes yang sesuai.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Monitoring asupan nutrisi dan berat badan pasien.
2. Manajemen Kadar Glukosa Darah
- Kaji pemahaman pasien tentang diabetes dan manajemen kadar glukosa darah.
- Edukasi tentang pemantauan kadar glukosa darah dan pengenalan tanda-tanda hipo/hiperglikemia.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi obat antidiabetes.
- Monitoring kadar glukosa darah secara berkala.
3. Promosi Perawatan Diri
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri terkait diabetes.
- Edukasi tentang perawatan diri yang tepat, seperti perawatan kaki, pemantauan kadar glukosa, dan pengobatan.
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri.
- Monitoring kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diri.
4. Pencegahan Komplikasi
- Kaji adanya tanda-tanda komplikasi diabetes pada pasien.
- Edukasi tentang komplikasi diabetes dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan tatalaksana komplikasi.
- Monitoring perkembangan kondisi pasien dan deteksi dini komplikasi.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Diharapkan penjelasan ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.