Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12258 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. buatkan diagnosa yang sesuai kasus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus Tn. Y adalah:
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan secara konsisten untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mencapai tujuan kesehatan yang penting bagi diri sendiri.
- Karakteristik Definisi:
- Ketidakmampuan mengidentifikasi masalah kesehatan
- Ketidakmampuan mengelola program pengobatan
- Ketidakmampuan mencapai tujuan kesehatan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan
- Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi:
- Berat badan melebihi rentang normal
- Pola makan berlebih
- Kadar glukosa darah tidak terkontrol
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Karakteristik Definisi:
- Pusing, mual, muntah saat berjalan
- Kelemahan fisik
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk secara konsisten mengidentifikasi, mengelola, dan mencapai tujuan kesehatan yang penting bagi diri sendiri.
- Kriteria Hasil:
- Mengetahui masalah kesehatan yang dimiliki
- Dapat mengelola program pengobatan secara mandiri
- Dapat mencapai tujuan kesehatan yang diinginkan
2. Status Nutrisi: Seimbang
- Definisi: Keadaan dimana asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metabolik.
- Kriteria Hasil:
- Berat badan dalam rentang normal
- Pola makan terkontrol
- Kadar glukosa darah terkontrol
3. Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Kriteria Hasil:
- Tidak mengalami pusing, mual, muntah saat berjalan
- Tidak mengalami kelemahan fisik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif:
- Identifikasi pemahaman pasien tentang penyakit dan pengobatan
- Jelaskan pentingnya konsumsi obat DM secara teratur
- Ajarkan pasien teknik pemantauan gula darah secara mandiri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk menyusun rencana pengobatan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan:
- Identifikasi pola makan pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet DM yang sesuai
- Ajarkan pasien teknik pengaturan pola makan dan komposisi makanan yang tepat
- Pantau berat badan dan kadar glukosa darah pasien secara berkala
3. Intoleransi Aktivitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas pasien
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai
- Ajarkan teknik manajemen kelelahan dan peningkatan toleransi aktivitas
- Pantau tanda-tanda vital dan gejala intoleransi aktivitas pasien
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus Tn. Y adalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif, Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan, dan Intoleransi Aktivitas. Hal ini didasarkan pada kondisi Tn. Y yang tidak dapat mengelola penyakit DM-nya dengan baik, ditandai dengan tidak teratur konsumsi obat, jarang kontrol kesehatan, dan kurangnya pemahaman tentang pengaturan diet dan aktivitas fisik. Selain itu, Tn. Y juga mengalami gejala-gejala intoleransi aktivitas dan ketidakseimbangan nutrisi yang ditandai dengan kelebihan berat badan dan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Manajemen Kesehatan Efektif, Status Nutrisi: Seimbang, dan Toleransi Aktivitas. Luaran ini bertujuan untuk membantu Tn. Y mengidentifikasi, mengelola, dan mencapai tujuan kesehatan yang penting bagi dirinya, serta memaksimalkan fungsi fisik dan pencapaian status nutrisi yang seimbang.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup edukasi tentang penyakit dan pengobatan, teknik pemantauan gula darah, pengaturan pola makan dan komposisi makanan, serta program latihan fisik yang sesuai. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli gizi dan fisioterapis, juga diperlukan untuk menyusun rencana pengobatan dan rehabilitasi yang komprehensif. Melalui intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan Tn. Y dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup terkait pengelolaan penyakit DM-nya. -
Article No. 12259 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. Y yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI: Keadaan individu dengan nilai gula darah yang berfluktuasi di luar rentang normal
- SLKI: Mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal
- SIKI: Manajemen Diabetes Melitus
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan individu dengan asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- SLKI: Mempertahankan status gizi optimal
- SIKI: Manajemen Diet
3. Aktivitas Fisik Intoleran
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang disebabkan oleh perasaan lemah, tidak nyaman, atau tidak mampu
- SLKI: Mempertahankan aktivitas fisik yang optimal
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah:
- Tn. Y mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan (540 mg/dl), menunjukkan kontrol glikemik yang buruk.
- Tujuannya adalah mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal melalui manajemen diabetes melitus yang tepat.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh:
- Tn. Y memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan rekomendasi untuk pengelolaan diabetes, seperti konsumsi nasi, lauk pauk, gorengan, dan jarang mengkonsumsi buah.
- Tujuannya adalah mempertahankan status gizi optimal melalui manajemen diet yang sesuai dengan kebutuhan Tn. Y.
3. Aktivitas Fisik Intoleran:
- Tn. Y cenderung diam di rumah dan jarang melakukan aktivitas fisik, serta mengalami pusing, mual, dan gangguan keseimbangan.
- Tujuannya adalah mempertahankan aktivitas fisik yang optimal melalui manajemen aktivitas yang sesuai dengan kondisi Tn. Y.
Harapannya, dengan pengelolaan yang komprehensif berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, kondisi Tn. Y dapat stabil dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 12260 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Tn. Y. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Berat Badan
Berhubungan dengan peningkatan asupan makanan yang tinggi kalori, lemak, dan karbohidrat serta aktivitas fisik yang kurang.
2. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
Berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang penyakit dan perawatan diri, serta ketidakpatuhan dalam pengobatan.
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Berhubungan dengan pola makan yang tidak sesuai, aktivitas fisik yang kurang, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Indeks Massa Tubuh Membaik
- Pasien mencapai berat badan ideal
- Pasien dapat mengatur pola makan sesuai kebutuhan
2. Manajemen Regimen Terapeutik Efektif
- Pasien memahami penyakit dan perawatan diri yang diperlukan
- Pasien patuh terhadap pengobatan dan perubahan gaya hidup
3. Kadar Glukosa Darah Terkendali
- Kadar glukosa darah pasien berada dalam rentang normal
- Pasien dapat mengontrol kadar glukosa darah melalui pola makan, aktivitas fisik, dan pengobatan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan pasien dan kebutuhan nutrisi
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat
- Monitoring dan evaluasi asupan nutrisi pasien
2. Manajemen Regimen Terapeutik
- Kaji pemahaman pasien tentang penyakit dan perawatan diri
- Berikan edukasi tentang penyakit DM, pentingnya patuh pengobatan, dan perubahan gaya hidup
- Dorong pasien untuk aktif dalam perawatan diri dan pengobatan
- Monitoring dan evaluasi kepatuhan pasien terhadap regimen terapeutik
3. Manajemen Kadar Glukosa Darah
- Kaji pola makan, aktivitas fisik, dan pengobatan pasien yang mempengaruhi kadar glukosa darah
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan obat DM dan monitoring kadar glukosa darah
- Berikan edukasi tentang manajemen kadar glukosa darah melalui pola makan, aktivitas fisik, dan pengobatan
- Monitoring dan evaluasi kadar glukosa darah pasien
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Tn. Y. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih. -
Article No. 12261 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis untuk Tn. Y adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.0
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan koma hiperglikemik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 36.06
- Deskripsi: Pemantauan gula darah, kontinu
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E11.0 (Diabetes mellitus tipe 2 dengan koma hiperglikemik) sesuai dengan kondisi Tn. Y yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (540 mg/dl) serta gejala pusing, mual, muntah, dan ketidakseimbangan saat berjalan, yang mengarah pada keadaan koma hiperglikemik.
2. Kode ICD-9-CM 36.06 (Pemantauan gula darah, kontinu) dapat diberikan sebagai tindakan medis untuk memantau kadar glukosa darah Tn. Y secara terus-menerus selama dirawat di rumah sakit, guna mengevaluasi dan menyesuaikan penanganan yang diberikan.
Selain itu, dapat diberikan tindakan-tindakan tambahan seperti pemberian cairan intravena, insulin, dan terapi penunjang lainnya sesuai dengan kondisi klinis Tn. Y. Pemeriksaan penunjang lain seperti EKG juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi jantung Tn. Y, mengingat adanya temuan hipertrofi otot jantung pada pemeriksaan radiologi. -
Article No. 12262 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Nutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengatur Diet
- Karakteristik: Intake nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik, adanya riwayat DM tipe 2 dengan asupan makanan yang tidak terkontrol.
2. Ketidakefektifan Pengendalian Kesehatan Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang Pengelolaan Diabetes Mellitus
- Karakteristik: Pasien menyatakan tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait penyakitnya, jarang memeriksakan kadar gula darah, dan tidak teratur mengonsumsi obat DM.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Gangguan Keseimbangan
- Karakteristik: Pasien merasa pusing, mual, muntah, dan tidak bisa berjalan seimbang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Terpenuhi
- Kriteria Hasil:
a. Asupan nutrisi sesuai kebutuhan metabolik
b. Kadar glukosa darah dalam batas normal
c. Berat badan dalam rentang normal
2. Pengendalian Kesehatan: Efektif
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menjelaskan manajemen diabetes mellitus yang tepat
b. Pasien patuh dalam pemeriksaan kadar gula darah secara teratur
c. Pasien teratur mengonsumsi obat DM sesuai anjuran
3. Stabilitas Sistem Kardiovaskular
- Kriteria Hasil:
a. Hemodinamik stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
b. Tidak ada tanda-tanda komplikasi kardiovaskular
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Pengkajian status nutrisi
- Edukasi tentang diet diabetes yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet
2. Manajemen Diabetes Mellitus
- Pengkajian pemahaman pasien tentang DM
- Edukasi tentang manajemen DM (diet, aktivitas, pengobatan, monitoring)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan obat DM
3. Peningkatan Stabilitas Kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan kondisi kardiovaskular
- Edukasi tentang gaya hidup yang sehat (pengaturan diet, aktivitas, kontrol berat badan)
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Diharapkan intervensi keperawatan yang dilakukan dapat membantu Tn. Y mencapai luaran/output yang diharapkan dalam pengelolaan diabetes mellitus dan komplikasinya. -
Article No. 12263 | 14 Feb 2025
Klinis : risiko cedera pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko cedera pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera pada Bayi
Definisi:
Risiko Cedera pada Bayi adalah keadaan di mana bayi memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami luka fisik atau fungsional akibat interaksi dengan lingkungan atau orang lain.
Penyebab Risiko:
1. Keterbatasan kemampuan bayi untuk melindungi diri
2. Pengawasan orang tua yang kurang memadai
3. Lingkungan yang tidak aman bagi bayi
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pengawasan Bayi
2. Pencegahan Cedera
3. Peningkatan Keamanan Lingkungan
Hasil Keperawatan (SIKI):
1. Bayi terpantau dengan baik
2. Risiko cedera pada bayi berkurang
3. Lingkungan yang aman bagi bayi
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan bayi terpantau dengan baik, menerapkan langkah-langkah pencegahan cedera, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi bayi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko cedera pada bayi dan memastikan tumbuh kembangnya yang optimal. -
Article No. 12264 | 14 Feb 2025
Klinis : Risiko Cedera Pada Janin b.d Usia ibu (>35 tahun), nyeri pada jalan lahir d.d Bayi lahir spontan tidak menangis, Kondisi janin fetal distress, Tonus otot lemah, TFU 3 jari bawah pusat teraba keras, Ketuban berwarna hijau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Pada Janin
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kondisi janin yang berisiko mengalami kerusakan fisik atau fungsional yang dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Integritas jaringan bayi/janin terpelihara.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pemantauan Janin, Manajemen Persalinan, Pencegahan Komplikasi Persalinan.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Pada Jalan Lahir
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya potensi atau aktual kerusakan jaringan di area jalan lahir.
- SLKI: Tingkat nyeri terkendali.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Perawatan Luka Perineum, Edukasi Ibu.
3. Diagnosa Keperawatan: Fetal Distress
- SDKI: Kondisi janin yang mengalami penurunan status kesehatan karena gangguan oksigenasi, aliran darah, atau metabolisme.
- SLKI: Tanda-tanda vital janin dalam batas normal.
- SIKI: Pemantauan Janin, Manajemen Persalinan, Tindakan Resusitasi Neonatus.
4. Diagnosa Keperawatan: Tonus Otot Lemah
- SDKI: Kondisi penurunan kekuatan dan ketegangan otot yang menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan.
- SLKI: Tonus otot dalam batas normal.
- SIKI: Perawatan Neonatus, Stimulasi Perkembangan, Peningkatan Mobilitas.
Pada kondisi yang Anda paparkan, risiko cedera pada janin dapat disebabkan oleh usia ibu yang lebih dari 35 tahun, nyeri pada jalan lahir akibat bayi lahir spontan tanpa menangis, fetal distress, dan tonus otot yang lemah. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan janin, manajemen persalinan, pencegahan komplikasi, manajemen nyeri, perawatan luka perineum, perawatan neonatus, dan stimulasi perkembangan. -
Article No. 12265 | 14 Feb 2025
Klinis : Risiko Cedera Pada Janin b.d Usia ibu (>35 tahun), nyeri pada jalan lahir d.d Bayi lahir spontan tidak menangis, Kondisi janin fetal distress, Tonus otot lemah, TFU 3 jari bawah pusat teraba keras, Ketuban berwarna hijau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Pada Janin
2. Nyeri Jalan Lahir
3. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
4. Ketidakefektifan Pola Napas
Penjelasan:
1. Risiko Cedera Pada Janin
- SDKI: Risiko Cedera Pada Janin
- Definisi: Keadaan di mana janin berisiko mengalami kerusakan fisik atau psikologis.
- Faktor Risiko: Usia ibu >35 tahun, fetal distress.
2. Nyeri Jalan Lahir
- SDKI: Nyeri Jalan Lahir
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial pada area jalan lahir.
- Penyebab: Bayi lahir spontan tidak menangis.
3. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana suhu tubuh berada di atas atau di bawah rentang normal.
- Penyebab: Tonus otot lemah, ketuban berwarna hijau.
4. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Penyebab: Tonus otot lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk menyusun luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa di atas. -
Article No. 12266 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan yang menunjukkan adanya lesi di paru-paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak spesifik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru pada pasien. Kode ini digunakan untuk mengkodekan kasus tuberkulosis paru yang dikonfirmasi secara mikrobiologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, tidak spesifik) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan bronkoskopi yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis atau menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien. Bronkoskopi dapat digunakan untuk pengambilan sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang spesifik akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan, pengujian, dan penegakan diagnosis yang lebih rinci oleh dokter penanggung jawab pasien. -
Article No. 12267 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan hambatan mekanis.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Perubahan mekanis pada struktur atau fungsi pernapasan.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelelahan, kelemahan, dan keterbatasan fisik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan konsensus ahli.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang direkomendasikan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan diagnosa tuberkulosis paru.