Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10325 | 04 Jan 2025
Klinis : Pasien hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait asuhan keperawatan untuk pasien dengan kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi hipertensi adalah:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Ketidakcukupan aliran darah dan oksigen ke jaringan jantung dan pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut.
Penyebab: Peningkatan tekanan darah, penyakit arteri koroner, disfungsi ventrikel, penyempitan pembuluh darah.
Tanda dan Gejala: Nyeri dada, dispnea, edema perifer, perubahan kadar gas darah, peningkatan tekanan darah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tekanan Darah Terkontrol
Definisi: Tekanan darah pasien berada dalam batas normal sesuai usia dan kondisi kesehatan.
Kriteria Hasil:
- Tekanan darah sistolik antara 120-139 mmHg
- Tekanan darah diastolik antara 80-89 mmHg
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi hipertensi (kerusakan organ target)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Aktivitas Keperawatan:
- Atur posisi pasien untuk menurunkan tekanan darah
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Anjurkan pasien untuk mengurangi konsumsi garam, makanan berlemak, dan alkohol
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antihipertensi
- Edukasi terkait gaya hidup sehat untuk kontrol hipertensi
2. Monitoring Perfusi Jaringan
Definisi: Pengamatan dan pencatatan terkait aliran darah dan oksigen ke jaringan tubuh.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Observasi tanda-tanda perubahan perfusi seperti perubahan warna kulit, edema, nyeri dada
- Auskultasi bunyi jantung dan paru-paru
- Lakukan pemeriksaan diagnostik terkait fungsi kardiovaskular (EKG, echokardiografi)
- Kolaborasi dengan dokter untuk intervensi medis yang diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis, diharapkan dapat mencapai luaran/output berupa terkontrolnya tekanan darah pasien sehingga dapat mencegah komplikasi hipertensi lebih lanjut. -
Article No. 10326 | 04 Jan 2025
Klinis : Nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai kondisi "Nyeri" dalam format Asuhan Keperawatan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri adalah "Nyeri Akut" (00132) atau "Nyeri Kronis" (00133). Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dengan onset yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat. Nyeri Kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan dapat menetap atau berulang.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tingkat Nyeri Terkontrol (1605): Individu melaporkan pengurangan persepsi nyeri hingga pada tingkat yang dapat ditoleransi.
b. Kenyamanan Fisik (1992): Individu melaporkan rasa nyaman secara fisik.
c. Kepuasan Terhadap Manajemen Nyeri (2109): Individu menyatakan kepuasan terhadap upaya-upaya yang dilakukan untuk mengendalikan nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Nyeri (1400):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti psikologis, fisiologis, sosiokultural, dan perilaku.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis yang tepat.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti distraksi, relaksasi, dan terapi dingin/hangat.
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan (6482):
- Sediakan lingkungan yang tenang, privat, dan nyaman untuk mengurangi stimulasi yang dapat memperberat nyeri.
- Pertahankan posisi yang nyaman bagi individu dan gunakan alat bantu mobilisasi jika perlu.
- Dukung dan dorong individu untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya terkait nyeri.
c. Dukungan Emosional (5270):
- Dengarkan dengan aktif dan empati untuk memahami pengalaman nyeri individu.
- Berikan validasi terhadap respon emosional individu terhadap nyeri.
- Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran terkait nyeri.
- Berikan informasi yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan individu untuk mengurangi kecemasan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada individu diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, peningkatan kenyamanan fisik, dan kepuasan terhadap manajemen nyeri yang diberikan. -
Article No. 10327 | 04 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, SLKI, DIKI beserta kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi di paru
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan bakteriologis spesimen dari saluran pernafasan
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan hasil rontgen yang menunjukkan adanya lesi di paru, maka diagnosis awal yang dapat diberikan adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 untuk tuberkulosis paru dengan lesi di paru adalah A15.0. Kode ini mencakup diagnosis tuberkulosis paru dengan lesi radiologis.
Selanjutnya, untuk tindakan diagnostik yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan bakteriologis spesimen dari saluran pernapasan, yang memiliki kode ICD-9-CM 87.44. Pemeriksaan ini dilakukan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Dalam konteks keperawatan, diagnosis keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan kondisi ini antara lain:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Pola Nafas (00030)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pola Napas Efektif (0401)
- DIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Jalan Napas (3120)
Diagnosis dan intervensi keperawatan ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 10328 | 04 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, SLKI, DIKI beserta kodenya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
- Berhubungan dengan sekresi berlebih di jalan napas dan kelemahan batuk.
- Ditandai dengan bunyi napas bronkial, sesak napas, dan dahak berlebih.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
- Berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan kapasitas fungsional.
- Ditandai dengan pasien merasa cepat lelah dan kehilangan nafsu makan.
3. Risiko infeksi (00004)
- Berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat penyakit yang diderita.
- Ditandai dengan demam dan hasil rontgen menunjukkan lesi di paru.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas efektif (0410)
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sputum yang tertahan
2. Toleransi aktivitas membaik (0005)
- Indikator:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Pasien memiliki nafsu makan yang membaik
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas
3. Bebas infeksi (1823)
- Indikator:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, malaise, leukositosis)
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
- Lesi di paru menunjukkan perbaikan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas (4140)
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Latih teknik batuk efektif
- Berikan nebulisasi dan suction jika diperlukan
2. Manajemen energi (0180)
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
- Atur jadwal istirahat dan tidur yang adekuat
- Berikan nutrisi yang seimbang untuk meningkatkan stamina
3. Manajemen infeksi (6540)
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk terapi antibiotik yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang optimal, yakni bersihan jalan napas yang efektif, peningkatan toleransi aktivitas, serta bebas dari infeksi. Intervensi keperawatan yang diberikan akan berfokus pada manajemen jalan napas, manajemen energi, dan manajemen infeksi untuk mendukung pemulihan pasien. -
Article No. 10329 | 04 Jan 2025
Klinis : Hasil CT-Scan menunjukkan adanya chronic infarct di lobus frontalis sinistra dan di lobus parietotemporalis posterior sinistra Hasil EKG menunjukkan Infark Miokard Akut (IMA) Anteroseptal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, kami akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis dalam format yang terstruktur seperti yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.5
- Deskripsi: Infark serebri kronik akibat oklusi atau stenosis arteri serebri
Penjelasan:
- Kode I63.5 dalam ICD-10 menggambarkan adanya infark serebri kronik yang disebabkan oleh oklusi atau stenosis arteri serebri.
- Dalam kasus ini, hasil CT-Scan menunjukkan adanya chronic infarct di lobus frontalis sinistra dan di lobus parietotemporalis posterior sinistra, yang sesuai dengan diagnosis infark serebri kronik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.41
- Deskripsi: Pemindaian komputer otak tanpa bahan kontras (CT Scan otak tanpa kontras)
Penjelasan:
- Kode 87.41 dalam ICD-9-CM menunjukkan bahwa telah dilakukan pemindaian komputer otak tanpa menggunakan bahan kontras, yaitu CT Scan otak tanpa kontras.
- Prosedur ini sesuai dengan hasil pemeriksaan CT-Scan yang diperoleh untuk mendiagnosis adanya infark serebri kronik pada pasien.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, hasil EKG juga menunjukkan adanya Infark Miokard Akut (IMA) Anteroseptal. Namun, tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik menyebutkan tentang pemeriksaan EKG. Untuk diagnosis Infark Miokard Akut (IMA) Anteroseptal, kode ICD-10 yang sesuai adalah:
3. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut dinding anterior
Penjelasan:
- Kode I21.0 dalam ICD-10 menggambarkan adanya infark miokard akut pada dinding anterior, yang sesuai dengan diagnosis Infark Miokard Akut (IMA) Anteroseptal berdasarkan hasil pemeriksaan EKG. -
Article No. 10330 | 04 Jan 2025
Klinis : Hasil CT-Scan menunjukkan adanya chronic infarct di lobus frontalis sinistra dan di lobus parietotemporalis posterior sinistra Hasil EKG menunjukkan Infark Miokard Akut (IMA) Anteroseptal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan perubahan neurologis akibat infark otak kronis di lobus frontalis sinistra dan lobus parietotemporalis posterior sinistra.
2. Risiko Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif berhubungan dengan Infark Miokard Akut Anteroseptal.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, secara mandiri, dari satu titik ke titik lain.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melakukan mobilisasi secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi latihan fisik, penggunaan alat bantu, dan perawatan postur.
2. Risiko Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif
- SDKI: Berisiko mengalami gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan kardiak.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan kardiak yang optimal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan manajemen obat-obatan.
Dengan kondisi tersebut, pasien memerlukan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan mobilitas fisik akibat infark otak kronis dan risiko perfusi jaringan kardiak tidak efektif akibat infark miokard akut. Perawat harus berfokus pada intervensi yang sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10331 | 04 Jan 2025
Klinis : infark miokard akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi infark miokard akut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Penyebab: Disfungsi neuromuskuler, nyeri, kecemasan, edema paru, dan lain-lain.
- Gejala: Perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Keterbatasan fisik, keletihan, dan nyeri.
- Gejala: Kelelahan, kelemahan, dan sesak napas saat beraktivitas.
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Iskemia miokard, inflamasi, dan lain-lain.
- Gejala: Nyeri dada, menjalar ke lengan, dan dapat disertai dengan mual, diaphoresis, dan kecemasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk memberikan panduan bagi perawat dalam melakukan praktik keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. Standar ini mencakup diagnosa keperawatan, luaran atau hasil yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Pada kasus infark miokard akut, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah pola napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Perawat dapat menggunakan standar ini sebagai acuan dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa, menetapkan luaran, dan memilih intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam proses pemulihan. -
Article No. 10332 | 04 Jan 2025
Klinis : 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu "Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru", berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi SDKI:
Pola napas yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh.
Faktor Berhubungan SDKI:
1. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
2. Penyakit/kondisi yang menyebabkan ketidakmampuan mengatur pola napas
3. Nyeri
4. Kecemasan
Gejala/Definisi SLKI:
1. Frekuensi napas tidak dalam rentang normal
2. Penggunaan otot bantu pernapasan
3. Irama napas tidak teratur
4. Perubahan kedalaman napas
Intervensi SIKI:
1. Monitor pola napas
2. Atur posisi tubuh untuk memfasilitasi ekspansi paru
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Latih teknik pernapasan
5. Manajemen rasa nyeri
6. Manajemen kecemasan
Dalam konteks ini, pasien mengalami pola napas tidak efektif yang disebabkan oleh posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru. Perawat harus melakukan intervensi untuk mengatur posisi tubuh, memantau pola napas, memberikan oksigen, dan mengajarkan teknik pernapasan untuk memfasilitasi perbaikan pola napas pasien. -
Article No. 10333 | 04 Jan 2025
Klinis : infark
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi infark.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas harian.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Curah Jantung
Definisi: Peningkatan kemampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Definisi: Peningkatan kemampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas harian.
3. Penurunan Nyeri
Definisi: Pengurangan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kardiovaskular
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
2. Manajemen Aktivitas
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Dalam menerapkan intervensi keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien, respons terhadap pengobatan, dan preferensi pasien untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 10334 | 04 Jan 2025
Klinis : infark miokard
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi infark miokard.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan sumber energi.
2. Nyeri Akut
- Penjelasan: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Penjelasan: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jantung.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan masalah kesehatan klien. Dalam kasus infark miokard, SDKI yang sesuai adalah:
- Intoleransi Aktivitas
- Nyeri Akut
- Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Untuk kasus infark miokard, luaran yang diharapkan adalah:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Nyeri Terkontrol
- Perfusi Jaringan Kardiak Efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus infark miokard adalah:
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Perfusi Jaringan
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan infark miokard.