Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10312 | 04 Jan 2025
Klinis : Seorang perawat sedang melakukan perumusan luaran dan tujuan intervensi pada pasien atas nama Tn. "H" umur 47 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke pundak, leher dan rahang, sesak nafas, dada berdebar-debar. Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan yaitu 7. Hasil TTV TD : 150/100 mmHg, S : 37,7 derajat selsius, RR : 28 x/menit, N : 98 x.menit, hasil EKG adanya interpretasi aritmia pada jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri Akut (SDKI 2017:273)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut.
Penyebab: Agen pencedera fisik, agen pencedera kimiawi, agen pencedera biologis, agen pencedera psikologis.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (SDKI 2017:319)
Definisi: Rentan mengalami pengurangan suplai oksigen ke otot jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Adanya gangguan struktur atau fungsi kardiovaskuler, adanya penyakit arteri koronari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Skala nyeri menurun (SLKI 2019:290)
Kriteria hasil: Pasien melaporkan skala nyeri menurun menjadi ≤4.
b. Perilaku untuk mengendalikan nyeri efektif (SLKI 2019:292)
Kriteria hasil: Pasien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (SLKI 2019:460)
Kriteria hasil: Tekanan darah sistolik 90-140 mmHg, denyut nadi 60-100 x/menit, suhu 36,5-37,5°C, respirasi 12-20 x/menit.
b. Perfusi jaringan jantung membaik (SLKI 2019:457)
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, tidak ada tanda-tanda ketidakefektifan perfusi jantung.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Manajemen Nyeri (SIKI 2018:273)
Tindakan: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, pertimbangkan pemberian analgetik, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
b. Terapi Relaksasi (SIKI 2018:324)
Tindakan: Latih pasien melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, seperti latihan pernapasan dalam, distraksi, atau terapi musik.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak:
a. Pemantauan Perfusi Jaringan (SIKI 2018:469)
Tindakan: Kaji tanda-tanda vital secara teratur, pantau EKG, pantau tingkat kecemasan pasien.
b. Manajemen Aktivitas (SIKI 2018:209)
Tindakan: Atur aktivitas pasien sesuai toleransi, berikan edukasi tentang aktivitas yang aman.
c. Manajemen Jantung (SIKI 2018:251)
Tindakan: Berikan oksigen, pantau hasil EKG, berikan obat-obatan sesuai indikasi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Nyeri Akut dan Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak. Nyeri dada yang dirasakan pasien, sesak napas, dan palpitasi jantung menunjukkan adanya masalah perfusi jaringan jantung yang berisiko. Luaran yang diharapkan adalah penurunan skala nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengendalikan nyeri, stabilisasi tanda-tanda vital, dan peningkatan perfusi jaringan jantung. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, terapi relaksasi, pemantauan perfusi jaringan, manajemen aktivitas, dan manajemen jantung untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan. -
Article No. 10313 | 04 Jan 2025
Klinis : dispepsia+Gea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi dispepsia + Gea dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pencernaan Nutrisi berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal, ditandai dengan mual, muntah, rasa penuh di epigastrium, dan nyeri.
Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pencernaan Nutrisi adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan/atau mengabsorbsi nutrisi yang adekuat melalui saluran pencernaan.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan fungsi gastrointestinal, seperti dispepsia dan Gea.
- Gejala dan tanda: Mual, muntah, rasa penuh di epigastrium, dan nyeri.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcome yang diharapkan: Pasien akan menunjukkan peningkatan status nutrisi yang adekuat.
- Indikator: Asupan nutrisi yang cukup, Kadar albumin dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen Nutrisi, Manajemen Mual dan Muntah, Manajemen Nyeri, Terapi Bermain.
- Contoh tindakan keperawatan: Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencernaan nutrisi, Implementasi diet yang sesuai, Pemberian antiemetik dan antasida, Manajemen nyeri, Distraksi dan relaksasi.
Dengan adanya diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI tersebut, diharapkan dapat memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan kondisi dispepsia + Gea. -
Article No. 10314 | 04 Jan 2025
Klinis : dispepsia+Gea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dispepsia+Gea:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Kenyamanan Gastrointestinal
Definisi:
Pengalaman ketidaknyamanan atau sakit pada saluran gastrointestinal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri epigastrium
- Sensasi penuh di perut
- Mual
- Muntah
- Perubahan pola defekasi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan nyeri/tidak nyaman berkurang
- Pasien menunjukkan pola makan yang adekuat
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Mual dan Muntah
- Edukasi Manajemen Diet
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Gangguan Kenyamanan Gastrointestinal digunakan untuk pasien dengan dispepsia yang disertai dengan gejala refluks asam lambung (Gea). Pasien akan mengalami ketidaknyamanan atau rasa sakit di area epigastrium, sensasi penuh di perut, mual, muntah, serta perubahan pola defekasi. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mengurangi keluhan, menjaga pola makan yang adekuat, dan menjaga tanda-tanda vital dalam batas normal. -
Article No. 10315 | 04 Jan 2025
Klinis : dispepsia+Gea buatkan 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat senior, berikut adalah tiga diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi dispepsia dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Gejala Dispepsia dan GERD
SDKI: Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, tidak mengalami penurunan berat badan, dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah pemantauan berat badan, pemantauan asupan nutrisi, pemberian edukasi tentang diet yang sesuai, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
2. Nyeri Kronis Berhubungan Dengan Gejala Dispepsia dan GERD
SDKI: Nyeri Kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung terus-menurus atau berulang.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, mampu mengelola nyeri secara efektif, dan dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik sesuai resep, distraksi, relaksasi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri secara komprehensif.
3. Ketidakefektifan Pengendalian Kesehatan Berhubungan Dengan Kurangnya Pengetahuan Tentang Pengelolaan Dispepsia dan GERD
SDKI: Ketidakefektifan Pengendalian Kesehatan didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi, mencegah, atau mengatasi masalah kesehatan.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat memahami dan menerapkan perilaku perawatan diri yang efektif untuk mengelola kondisi dispepsia dan GERD, serta dapat mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah edukasi tentang etiologi, gejala, dan pengelolaan dispepsia dan GERD, pemberian motivasi dan dukungan, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan kepatuhan pasien dalam menjalankan regimen pengobatan.
Dengan demikian, tiga diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan kondisi dispepsia dan GERD adalah Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh, Nyeri Kronis, dan Ketidakefektifan Pengendalian Kesehatan. Setiap diagnosa disertai dengan penjelasan yang singkat dan terstruktur sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 10316 | 04 Jan 2025
Klinis : luka bakar akibat tersiram air panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi luka bakar akibat tersiram air panas.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi SDKI:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko SDKI:
1. Luka terbuka
2. Kerusakan barier kulit
3. Prosedur invasif
Tujuan SLKI:
1. Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi
2. Pasien menunjukkan penyembuhan luka yang adekuat
Intervensi SIKI:
1. Perawatan luka terbuka
2. Pemberian antibiotik topikal
3. Pemantauan tanda-tanda infeksi
4. Edukasi tentang perawatan luka
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya memahami bahwa luka bakar akibat tersiram air panas dapat meningkatkan risiko infeksi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perawatan luka yang tepat, pemberian antibiotik topikal, serta pemantauan tanda-tanda infeksi secara rutin. Edukasi kepada pasien mengenai perawatan luka juga sangat penting agar pasien dapat berpartisipasi aktif dalam proses penyembuhannya. -
Article No. 10317 | 04 Jan 2025
Klinis : pasien mengeluh kesakitan, luka bakar di kedua paha dan kedua tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Gangguan pada epidermis dan/atau dermis.
SLKI (Luaran Keperawatan):
1. Manajemen Nyeri
- Pasien dapat mengendalikan nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima.
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat nyeri.
2. Penyembuhan Luka
- Luka pada kulit menunjukkan penyembuhan yang progresif.
- Tidak terjadi komplikasi pada luka.
SIKI (Intervensi Keperawatan):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Perawatan Luka
- Bersihkan luka secara aseptik.
- Aplikasikan balutan luka yang sesuai.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi lainnya.
Dalam kondisi ini, pasien mengeluhkan kesakitan dan memiliki luka bakar di kedua paha dan kedua tangan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Kerusakan Integritas Kulit. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan nyeri dan luka dapat sembuh tanpa komplikasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri dan perawatan luka secara komprehensif. -
Article No. 10318 | 04 Jan 2025
Klinis : Pasien ada benjolan di leher dan hasil pemeriksaan patologi anatomi menunggukan limfadenopati
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R59.0
- Deskripsi: Limfadenopati lokal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 40.11
- Deskripsi: Biopsi jaringan kelenjar getah bening; prosedur ini dapat dilakukan untuk mengambil sampel dari benjolan di leher pasien dan melakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan penyebab limfadenopati.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R59.0 merujuk pada limfadenopati lokal, yang sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki benjolan di leher dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya limfadenopati.
- Kode ICD-9-CM 40.11 merujuk pada biopsi jaringan kelenjar getah bening, yang merupakan prosedur yang dapat dilakukan untuk mengambil sampel dari benjolan di leher pasien dan melakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan penyebab limfadenopati. -
Article No. 10319 | 04 Jan 2025
Klinis : Limfadenopati dan dioperasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait limfadenopati dan operasi:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R59
- Deskripsi: Limfadenopati
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 40.11
- Deskripsi: Eksisi nodul atau massa limfonodus, leher
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R59 (Limfadenopati) digunakan untuk menegakkan diagnosis limfadenopati, yang merupakan kondisi pembengkakan kelenjar getah bening. Ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti infeksi, malignitas, atau kondisi autoimun.
2. Jika pasien menjalani operasi untuk pengangkatan nodul atau massa limfonodus di leher, maka kode ICD-9-CM Procedure 40.11 (Eksisi nodul atau massa limfonodus, leher) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan. Prosedur ini dilakukan untuk mendiagnosis atau mengobati kondisi limfadenopati yang dialami pasien.
Dengan demikian, kode-kode tersebut dapat digunakan untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan limfadenopati yang dioperasi. -
Article No. 10320 | 04 Jan 2025
Klinis : dm
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi DM (Diabetes Mellitus):
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemantauan kadar gula darah
Penjelasan:
Dalam klasifikasi ICD-10, kode E11.9 digunakan untuk mewakili diagnosis Diabetes Mellitus tipe 2 tanpa komplikasi. Ini merupakan salah satu kode yang paling umum digunakan untuk melaporkan kasus DM tipe 2 tanpa adanya komplikasi yang spesifik.
Sementara itu, untuk tindakan medis yang berkaitan dengan diabetes, kode ICD-9-CM 99.15 digunakan untuk melaporkan pemantauan kadar gula darah. Prosedur ini sangat penting dalam pengelolaan diabetes, memungkinkan dokter dan pasien untuk memantau dan mengendalikan kadar gula darah secara rutin.
Pemantauan kadar gula darah dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti pengukuran glukosa darah menggunakan alat pemantau kadar gula darah, tes laboratorium, atau pemantauan mandiri oleh pasien. Tindakan ini memungkinkan penyesuaian pengobatan dan perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal. -
Article No. 10321 | 04 Jan 2025
Klinis : askep pasien dm
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi asuhan keperawatan pasien dengan diabetes melitus (DM):
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Perawatan diabetes melitus, lainnya
Penjelasan:
Pasien dengan kondisi diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi akan diklasifikasikan dengan kode ICD-10 E11.9. Ini menunjukkan bahwa pasien memiliki diabetes melitus tipe 2 yang tidak disertai dengan komplikasi.
Dalam manajemen asuhan keperawatan pasien dengan diabetes melitus, tindakan yang biasanya dilakukan adalah perawatan diabetes melitus secara umum, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 99.15. Tindakan ini dapat mencakup edukasi mengenai perawatan diri, pemantauan kadar glukosa darah, pemberian instruksi terkait diet, latihan, dan pengelolaan obat-obatan.
Selain itu, tindakan keperawatan lain yang mungkin dilakukan, namun tidak tercakup dalam kode ICD-9-CM prosedur, adalah pengkajian kondisi pasien, perencanaan asuhan keperawatan, intervensi keperawatan sesuai dengan masalah yang diidentifikasi, serta evaluasi dan monitoring terhadap perkembangan pasien.