Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12278 | 15 Feb 2025
Klinis : Hipervolemi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipervolemi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipervolemi adalah Kelebihan Volume Cairan. Kondisi hipervolemi menunjukkan adanya peningkatan volume cairan di dalam tubuh melebihi kapasitas cairan normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pemberian cairan intravena yang berlebihan, gangguan fungsi ginjal, atau kondisi patologis lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Hidrasi: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan status hidrasi pasien berada dalam batas normal, ditandai dengan:
- Turgor kulit baik
- Tidak terdapat edema
- Berat badan sesuai dengan nilai normal
- Jumlah dan warna urin normal
2. Keseimbangan Cairan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan keseimbangan cairan pasien terjaga, ditandai dengan:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak terdapat tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
3. Fungsi Organ: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan fungsi organ-organ vital pasien terjaga, ditandai dengan:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terdapat komplikasi akibat hipervolemi, seperti edema paru atau gagal jantung
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan:
- Mengukur dan mencatat intake dan output cairan pasien secara akurat
- Memantau tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien
- Mengobservasi adanya edema atau tanda-tanda kelebihan cairan lainnya
2. Manajemen Cairan:
- Mengatur pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
- Memberikan diuretik sesuai dengan instruksi dokter untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan
- Mengatur pembatasan asupan cairan, jika diperlukan
3. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Menjelaskan kondisi hipervolemi dan pentingnya menjaga keseimbangan cairan
- Memberikan edukasi tentang gejala-gejala hipervolemi dan tindakan yang harus dilakukan
- Melibatkan keluarga dalam perawatan dan pemantauan kondisi pasien
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Berkoordinasi dengan dokter untuk menentukan rencana pengobatan yang sesuai
- Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk mengatur pola makan dan asupan cairan pasien
- Melakukan konsultasi dengan ahli nefrologi atau kardiologi, jika diperlukan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi hipervolemi pasien dapat diatasi dan luaran yang diharapkan dapat tercapai. Asuhan keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam penanganan kondisi hipervolemi. -
Article No. 12279 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Penyebab: Infark miokard akut
- Gejala: Nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Pengurangan aliran darah ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Infark miokard akut
- Gejala: EKG menunjukkan infark miokard akut, riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Nyeri dada dan ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak.
- Gejala: Sesak napas saat aktivitas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Standar yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang harus dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 12280 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan kelelahan dan kelemahan.
d. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.
e. Risiko hipertensi berhubungan dengan riwayat hipertensi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri akut akan berkurang, dengan kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang, dengan skala nyeri 3 atau kurang.
b. Pola napas efektif, dengan kriteria hasil: pasien bernapas dengan irama dan kedalaman normal, serta tidak ada tanda-tanda distres napas.
c. Toleransi aktivitas meningkat, dengan kriteria hasil: pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
d. Kadar glukosa darah terkendali, dengan kriteria hasil: pasien menunjukkan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
e. Tekanan darah terkendali, dengan kriteria hasil: pasien menunjukkan tekanan darah dalam rentang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas)
- Berikan obat analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas penanganan nyeri
b. Manajemen jalan napas:
- Pantau tanda-tanda vital (frekuensi napas, SpO2)
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan farmakologis (bronkodilator, diuretik)
c. Manajemen aktivitas dan istirahat:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
- Berikan aktivitas sesuai kemampuan pasien, secara bertahap
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
d. Manajemen glukosa darah:
- Pantau kadar glukosa darah secara rutin
- Berikan insulin atau antidiabetik sesuai resep
- Ajarkan manajemen diet dan aktivitas untuk mengontrol glukosa darah
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi pengobatan
e. Manajemen hipertensi:
- Pantau tekanan darah secara rutin
- Berikan obat antihipertensi sesuai resep
- Ajarkan modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, aktivitas fisik, manajemen stres)
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi pengobatan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan infark miokard akut, diabetes melitus tipe 2, dan hipertensi. Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 12281 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri dada tembua punggung, nadi 97 suhu 36 spo2 98%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada tembus punggung, nadi 97, suhu 36, dan SpO2 98%, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Pasien mengeluhkan nyeri dada tembus punggung, yang merupakan tanda dan gejala dari nyeri akut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri
Pasien dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan dengan tingkat kontrol nyeri yang optimal. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari penurunan intensitas nyeri, penggunaan analgesik yang sesuai, dan kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengendalikan nyeri yang dirasakan. Kegiatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan faktor yang mempengaruhi)
b. Memantau tanda-tanda vital dan respon nonverbal pasien terhadap nyeri
c. Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres hangat/dingin
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
e. Mengevaluasi keefektifan intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada tembus punggung, nadi 97, suhu 36, dan SpO2 98% menunjukkan gejala nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, yaitu pasien dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan dengan tingkat kontrol nyeri yang optimal. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari penurunan intensitas nyeri, penggunaan analgesik yang sesuai, dan kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan nyeri.
Untuk mencapai luaran/output tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri. Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengendalikan nyeri yang dirasakan, melalui kegiatan-kegiatan seperti mengkaji karakteristik nyeri, memantau tanda-tanda vital dan respon nonverbal pasien, mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai, serta mengevaluasi keefektifan intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Dengan penerapan intervensi Manajemen Nyeri yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan nyeri yang dirasakan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 12282 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri dada tembus punggung, nadi 97 suhu 36 spo2 98%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah "Nyeri Akut" (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan.
Dalam kasus ini, pasien datang dengan keluhan nyeri dada tembus punggung, yang merupakan tanda-tanda khas dari nyeri akut. Selain itu, data vital pasien, seperti nadi 97 dan suhu 36, serta saturasi oksigen 98%, juga mendukung diagnosa nyeri akut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
a. Tingkat Nyeri Terkontrol (1605): Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri hingga mencapai level yang dapat diterima.
b. Perilaku Mengendalikan Nyeri (1608): Pasien dapat menunjukkan perilaku yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
c. Kepuasan Pasien terhadap Manajemen Nyeri (1605): Pasien dapat menunjukkan kepuasan dengan manajemen nyeri yang diberikan.
Luaran ini menggambarkan bahwa setelah menerima Asuhan Keperawatan, pasien akan dapat mengendalikan tingkat nyerinya, menunjukkan perilaku yang efektif untuk mengurangi nyeri, dan merasa puas dengan manajemen nyeri yang diberikan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah:
a. Manajemen Nyeri (1400):
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitasnya.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi panas/dingin.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk mengoptimalkan manajemen nyeri.
b. Dukungan Emosional (5270):
- Dengarkan dan beri empati terhadap keluhan pasien.
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan terkait nyeri.
- Berikan dukungan dan validasi terhadap upaya pasien dalam mengatasi nyeri.
c. Edukasi Kesehatan (5510):
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen nyeri.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik untuk mengurangi nyeri dan mengelola kondisi secara efektif.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan.
Dengan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, perilaku mengendalikan nyeri yang efektif, dan kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri yang diberikan. -
Article No. 12283 | 15 Feb 2025
Klinis : Manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Manajemen Nyeri":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Manajemen Nyeri" adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, trauma, atau prosedur medis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan untuk mengelola nyeri akut, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Pasien melaporkan berkurangnya intensitas nyeri.
b. Pasien dapat menggunakan strategi pengelolaan nyeri secara efektif.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
d. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
e. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas tanpa disertai nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SLKI) dalam mengelola nyeri akut:
a. Pengkajian Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri pasien, seperti lokasi, kualitas, intensitas, durasi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Manajemen Nyeri: Memberikan analgesik sesuai dengan resep, memantau efektivitas, dan mengevaluasi respons pasien terhadap pengobatan.
c. Terapi Relaksasi: Mengajarkan dan memfasilitasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau distraksi, untuk membantu mengurangi nyeri.
d. Pendidikan Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, faktor yang mempengaruhi, dan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
e. Kolaborasi Interdisipliner: Berkoordinasi dengan profesional kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, atau ahli gizi, untuk menerapkan pendekatan komprehensif dalam pengelolaan nyeri.
f. Evaluasi dan Dokumentasi: Memantau efektivitas intervensi, mendokumentasikan respons pasien, dan melakukan penyesuaian rencana asuhan keperawatan jika diperlukan.
Melalui penerapan Intervensi Keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu pasien mencapai tujuan Luaran yang diharapkan dalam mengelola nyeri akut. -
Article No. 12284 | 15 Feb 2025
Klinis : Nyeri skala 6
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak terkalsifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R52 digunakan untuk mengkodekan kondisi nyeri yang tidak terkalsifikasi di tempat lain. Nyeri dengan skala 6 dapat dikategorikan sebagai nyeri sedang, yang diklasifikasikan di bawah kode R52.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
Penjelasan:
Kondisi nyeri dengan skala 6 tidak memerlukan tindakan medis khusus, kecuali jika penyebab nyeri telah diidentifikasi dan memerlukan intervensi. Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik sesuai dengan kondisi ini. -
Article No. 12285 | 15 Feb 2025
Klinis : Nyeri skala 6
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Nyeri skala 6":
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah dari kerusakan semacam itu. Pasien mengalami nyeri dengan skala 6, yang menunjukkan nyeri moderat dan memerlukan intervensi keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Ekspresi Nyeri Terkontrol: Pasien dapat menunjukkan nyeri yang terkontrol, ditandai dengan skala nyeri ≤ 4.
2. Perilaku Mengendalikan Nyeri: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang efektif dalam mengurangi nyeri, seperti menggunakan teknik relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer.
3. Pengetahuan Manajemen Nyeri: Pasien dapat menunjukkan pemahaman yang memadai tentang penyebab, gejala, dan strategi manajemen nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pemicu nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk menentukan terapi farmakologis dan non-farmakologis yang tepat.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan terapi komplementer.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Edukasi Manajemen Nyeri:
- Jelaskan penyebab dan gejala nyeri kepada pasien dan keluarga.
- Ajarkan strategi manajemen nyeri yang dapat dilakukan oleh pasien, seperti penggunaan obat, teknik relaksasi, dan pengalihan perhatian.
- Berikan kesempatan bagi pasien dan keluarga untuk mempraktikkan dan menanyakan hal-hal yang belum jelas.
- Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
3. Kolaborasi Interprofesional:
- Koordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, ahli gizi, dll.) untuk memberikan pendekatan holistik dalam penanganan nyeri.
- Lakukan evaluasi bersama tentang efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu ekspresi nyeri yang terkontrol, perilaku mengendalikan nyeri yang efektif, serta pengetahuan manajemen nyeri yang memadai. -
Article No. 12286 | 15 Feb 2025
Klinis : Oasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK, perut terasa penuh dan nyeri bila ditekan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil, perut terasa penuh dan nyeri bila ditekan adalah "Retensio Urine" (Urinary Retention). Retensio Urine merupakan ketidakmampuan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap meskipun memiliki dorongan untuk berkemih.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat berkemih secara spontan dan lengkap.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada kandung kemih, seperti tidak ada rasa penuh dan nyeri pada perut.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengenali tanda-tanda dorongan untuk berkemih.
4. Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyebab, pencegahan, dan perawatan Retensio Urine.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk mengatasi retensi urin:
a. Pantau tanda-tanda vital dan ukur intake/output cairan pasien secara teratur.
b. Berikan edukasi kepada pasien tentang penyebab, pencegahan, dan perawatan Retensio Urine.
c. Ajarkan teknik Valsalva (mengejan) dan teknik relaksasi untuk membantu proses berkemih.
d. Pertimbangkan pemberian obat diuretik atau pelemas otot kandung kemih jika diperlukan.
e. Lakukan kateterisasi kandung kemih secara intermiten atau menetap jika pasien tidak dapat berkemih secara spontan.
2. Intervensi untuk mengatasi rasa penuh dan nyeri pada perut:
a. Pantau tanda-tanda vital dan ukur lingkar perut pasien secara teratur.
b. Berikan terapi hangat (kompres hangat) pada area perut untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Berikan analgesik sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Pertimbangkan pemberian obat antispasmodik jika diperlukan untuk mengurangi spasme otot.
3. Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien:
a. Berikan edukasi kepada pasien tentang penyebab, pencegahan, dan perawatan Retensio Urine.
b. Ajarkan pasien teknik-teknik untuk membantu proses berkemih, seperti teknik Valsalva dan relaksasi.
c. Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan pasien.
d. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga terhadap informasi yang diberikan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat segera sembuh dari Retensio Urine, mengalami perbaikan pada kondisi kandung kemih, serta memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit dan perawatannya. -
Article No. 12287 | 15 Feb 2025
Klinis : Retensi urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi retensi urin.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi retensi urin adalah "Gangguan Berkemih" (SDKI, 2017). Gangguan Berkemih didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obstruksi saluran kemih, gangguan neurologi, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi eliminasi urin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Fungsi Berkemih: Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap dan teratur sesuai dengan pola normal.
2. Pengendalian Rasa Tidak Nyaman: Pasien dapat melaporkan penurunan rasa tidak nyaman terkait retensi urin.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Retensi Urin: Pasien dan/atau keluarga memiliki pengetahuan yang adekuat tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan retensi urin.
4. Kepatuhan terhadap Regimen Pengobatan: Pasien dan/atau keluarga dapat menerapkan regimen pengobatan yang diberikan secara konsisten.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Eliminasi Urin
- Pantau jumlah, frekuensi, dan karakteristik urin yang dikeluarkan.
- Catat dan dokumentasikan hasil pemantauan.
2. Perawatan Kateter Urin
- Pasang kateter urin, jika diperlukan, dengan teknik aseptik.
- Perhatikan kebersihan dan kenyamanan pasien selama pemasangan dan perawatan kateter.
- Edukasi pasien dan/atau keluarga tentang perawatan kateter.
3. Intervensi untuk Meningkatkan Fungsi Berkemih
- Latihan mengosongkan kandung kemih secara berkala.
- Lakukan stimulasi atau rangsangan vesika urinaria, jika perlu.
- Berikan obat-obatan yang dapat membantu relaksasi otot kandung kemih, jika diindikasikan.
4. Manajemen Rasa Tidak Nyaman
- Berikan analgesik atau terapi lain untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
- Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengatasi rasa tidak nyaman.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab, gejala, dan tata laksana retensi urin.
- Ajarkan teknik perawatan diri dan manajemen retensi urin.
- Dorong pasien dan keluarga untuk terlibat aktif dalam perawatan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, sehingga dapat membantu pemulihan fungsi berkemih, mengurangi rasa tidak nyaman, dan meningkatkan pengetahuan serta kepatuhan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi retensi urin.