Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12493 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Ny. N adalah:
1. Kecemasan Akut
Definisi: Respon emosional dan fisik yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman terhadap sumber atau penyebab yang tidak diketahui atau dianggap membahayakan.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kecemasan Akut adalah diagnosa keperawatan yang ditetapkan ketika klien menunjukkan respon emosional dan fisik yang tidak menyenangkan terhadap sumber atau penyebab yang tidak diketahui atau dianggap membahayakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah klien dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, dapat beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan kecemasan, dan dapat mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, terapi spiritual, manajemen ansietas, dan konseling.
Berdasarkan kasus Ny. N, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan Akut, karena Ny. N menunjukkan gejala kecemasan yang berlebihan akibat pandemi COVID-19 dan pekerjaannya sebagai perawat yang membuatnya khawatir tertular virus dan berdampak pada anak serta keluarganya. -
Article No. 12494 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan analisis mengenai kondisi pasien Ny. N beserta diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan (00146). Pasien Ny. N mengalami kecemasan yang berlebihan terkait pandemi COVID-19 dan dampaknya bagi dirinya serta keluarganya. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala kecemasan yang dialami pasien, seperti sering emosi, marah-marah tanpa alasan jelas, konsentrasi yang kurang fokus, dan sering mengalihkan pembicaraan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1402): Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang terkendali, seperti menunjukkan tanda-tanda relaksasi, mampu menggunakan teknik koping yang efektif, dan dapat mengenali serta mengungkapkan perasaan cemas.
2. Kontrol Emosi (1402): Pasien dapat menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai, mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi dengan tepat, serta dapat mengendalikan respon emosional yang tidak tepat.
3. Motivasi (1209): Pasien dapat menunjukkan semangat dan dorongan untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas perawatan diri dan pekerjaan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820):
a. Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
b. Bantu pasien mengembangkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, meditasi, atau yoga.
c. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemas dan khawatirnya.
d. Bantu pasien mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi psikologis jika diperlukan.
2. Peningkatan Kontrol Emosi (5380):
a. Identifikasi pola respons emosional pasien.
b. Ajarkan teknik manajemen emosi, seperti mengenali dan mengungkapkan emosi dengan tepat.
c. Dorong pasien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi yang dirasakan.
d. Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengendalikan respons emosional yang tidak tepat.
3. Peningkatan Motivasi (5270):
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi motivasi pasien.
b. Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan diri dan pekerjaan.
c. Berikan umpan balik positif atas upaya dan pencapaian pasien.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi pada pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada kecemasan, kontrol emosi, serta peningkatan motivasi, diharapkan pasien Ny. N dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang diharapkan, yaitu tingkat kecemasan yang terkendali, kontrol emosi yang membaik, dan motivasi yang meningkat. Hal ini akan membantu pasien untuk dapat mengelola kecemasan dan menjalankan peran serta tanggung jawabnya dengan lebih baik. -
Article No. 12495 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisis terkait kasus yang Anda sampaikan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak:
- Riwayat trauma anak terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan, terutama terkait prosedur invasif yang pernah dilakukan sebelumnya.
- Respon anak saat ini, seperti menangis kuat, memeluk erat ibu, dan tidak mau diperiksa oleh petugas kesehatan.
- Kesiapan anak dalam menerima tindakan selama perawatan.
- Persepsi anak terhadap petugas kesehatan yang sering melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik.
b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus:
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus ini adalah "Kecemasan berhubungan dengan pengalaman traumatik di rumah sakit sebelumnya".
c. Rencana tindakan untuk mengatasi masalah:
1. Menggunakan prinsip keperawatan anak, yaitu pendekatan yang ramah, bermain, dan komunikasi yang sesuai dengan usia anak.
2. Menerapkan evidence-based practice, yaitu:
- Memberikan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak tentang tindakan yang akan dilakukan.
- Melibatkan orang tua (ibu) dalam proses perawatan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
- Menggunakan teknik distraksi, seperti bermain atau bercerita, selama prosedur invasif dilakukan.
- Memastikan lingkungan rumah sakit yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak.
- Membangun komunikasi yang baik dan empati dengan anak.
d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai:
Setelah dilakukan rencana tindakan, diharapkan anak dapat:
- Menunjukkan penurunan tingkat kecemasan yang ditandai dengan menurunnya tangisan dan perilaku menolak pemeriksaan.
- Kooperatif selama prosedur pemasangan infus dan pengambilan darah vena dilakukan.
- Menunjukkan respon positif terhadap petugas kesehatan dan lingkungan rumah sakit.
Kesimpulannya, penanganan yang komprehensif dan berpusat pada anak, dengan melibatkan orang tua dan menerapkan evidence-based practice, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kecemasan yang dialami anak. -
Article No. 12496 | 18 Feb 2025
Klinis : Anak perempuan, umur 1 bulan, dibawa ibu datang ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Segera setelah lahir bayi telah diberikan imunisasi HB 0. Saat ini anak dalam kondisi baik, tidak demam atau menderita sakit tertentu. . Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya? c. Bagaiamana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya? d . Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut? e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah? f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium 2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah 3. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara imunisasi polio oral dan Inactive Polio Vaccine (IPV)?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Z00.1
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan rutin anak
a. Diagnosis keperawatan:
- Perilaku Sehat: Kondisi anak dalam keadaan baik, tidak demam atau sakit, menunjukkan perilaku sehat yang dapat dipertahankan.
b. Pada kunjungan ini, jenis imunisasi yang akan diberikan adalah:
- Imunisasi Pentavalen (DPT-HB-Hib): 1 dosis
c. Cara pemberian dan lokasi:
- Rute pemberian: Intramuskular (IM)
- Lokasi pemberian: Otot deltoid (lengan atas)
d. Efek samping:
- Reaksi lokal: Nyeri, kemerahan, bengkak di tempat suntikan
- Reaksi umum: Demam, malaise, iritabilitas
e. Edukasi kepada ibu:
- Pemantauan tanda-tanda efek samping setelah imunisasi
- Penanganan efek samping dengan kompres hangat, pemberian parasetamol
- Jadwal imunisasi selanjutnya dan pentingnya mengikuti jadwal imunisasi
f. SOP Pemberian Imunisasi Pentavalen:
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3. Identifikasi pasien dengan meminta nama dan tanggal lahir
4. Jelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga
5. Bersihkan area penyuntikan dengan alkohol 70%
6. Tarik kulit dan lakukan penyuntikan secara IM di otot deltoid
7. Tekan area penyuntikan dengan kapas kering
8. Buang alat bekas pakai sesuai prosedur
9. Catat tindakan dan observasi pasca penyuntikan
2. Jenis Imunisasi Dasar Lainnya:
- BCG (Bacille Calmette-Guérin): Dosis 0,05 mL, Subkutan, di lengan atas
- Polio (OPV atau IPV): 4 dosis, Oral atau Intramuskular, di paha
- Campak: 2 dosis, Subkutan, di lengan atas
- Hepatitis A: 2 dosis, Intramuskular, di lengan atas
3. Perbedaan Imunisasi Polio Oral (OPV) dan Inactivated Polio Vaccine (IPV):
Imunisasi Polio Oral (OPV):
- Mengandung virus polio hidup yang dilemahkan
- Pemberian melalui mulut (oral)
- Dapat menimbulkan risiko infeksi virus polio vaccine-derived (cVDPV)
- Praktis dan mudah diberikan
Imunisasi Polio Inaktif (IPV):
- Mengandung virus polio yang telah diinaktivasi
- Pemberian melalui suntikan (Intramuskular)
- Tidak menimbulkan risiko infeksi virus polio vaccine-derived
- Lebih aman, namun membutuhkan tenaga kesehatan terlatih untuk pemberian
Saat ini, sebagian besar negara telah beralih dari OPV ke IPV untuk imunisasi polio, karena IPV dianggap lebih aman dan efektif dalam mencegah polio. -
Article No. 12497 | 18 Feb 2025
Klinis : Anak perempuan, umur 1 bulan, dibawa ibu datang ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Segera setelah lahir bayi telah diberikan imunisasi HB 0. Saat ini anak dalam kondisi baik, tidak demam atau menderita sakit tertentu. . Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya? c. Bagaiamana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya? d . Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut? e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah? f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium 2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah 3. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara imunisasi polio oral dan Inactive Polio Vaccine (IPV)?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah jawaban untuk pertanyaan yang diberikan:
a. Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anak perempuan berusia 1 bulan yang datang untuk imunisasi sesuai jadwal adalah:
Diagnosis Keperawatan Wellness/Promosi Kesehatan:
1. Risiko Kesiapan Peningkatan Imunisasi
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang jadwal imunisasi.
- Ditandai dengan adanya riwayat pemberian imunisasi dasar lengkap.
b. Pada kunjungan ini, jenis imunisasi yang akan diberikan adalah Imunisasi DPT-HB-Hib (Difteria, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b) dosis ke-1. Bayi telah mendapatkan imunisasi HB 0 segera setelah lahir.
c. Rute pemberian imunisasi DPT-HB-Hib adalah secara intramuskular pada otot deltoid atau anterolateral paha. Lokasi pemberian dilakukan di Puskesmas.
d. Efek samping yang mungkin terjadi dari pemberian imunisasi DPT-HB-Hib adalah reaksi lokal seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di tempat suntikan. Selain itu dapat terjadi demam, rewel, dan kehilangan nafsu makan yang biasanya terjadi 1-2 hari setelah imunisasi.
e. Edukasi penting yang perlu disampaikan kepada ibu pasien untuk di rumah adalah:
- Memantau tanda-tanda reaksi imunisasi seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di tempat suntikan serta demam.
- Memberikan obat penurun demam dan kompres hangat jika terjadi demam.
- Memastikan pemberian ASI eksklusif dan nutrisi yang cukup selama pemulihan.
- Menjadwalkan kunjungan ulang untuk imunisasi selanjutnya sesuai jadwal.
- Menjaga kebersihan dan lingkungan yang sehat.
f. SOP Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib:
1. Persiapan alat: suntikan steril, kapas alkohol, plester.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan.
3. Periksa identitas pasien dan pastikan jenis imunisasi yang akan diberikan.
4. Jelaskan prosedur pada pasien/keluarga, dan dapatkan persetujuan.
5. Posisikan pasien dengan nyaman, tahan tungkai jika bayi.
6. Bersihkan area suntikan dengan kapas alkohol, biarkan kering.
7. Lakukan penyuntikan secara intramuskular di otot deltoid atau anterolateral paha.
8. Berikan pembalut atau plester, amati reaksi pasien.
9. Catat tindakan dalam rekam medis pasien.
10. Anjurkan pasien/keluarga untuk memantau reaksi setelah imunisasi.
2. Jenis Imunisasi Dasar Lainnya:
- BCG (Bacille Calmette-Guérin): Diberikan sekali saat lahir atau pada kunjungan pertama, secara intrakutan di lengan kanan.
- Polio (IPV): Diberikan 4 dosis, yaitu saat lahir (Polio 0), usia 2, 4, dan 6 bulan (Polio 1-3), secara suntikan intramuskular.
- Campak: Diberikan 2 dosis, yaitu usia 9 bulan dan 18 bulan, secara suntikan subkutan.
- Varisela: Diberikan 2 dosis, yaitu usia 9-15 bulan dan 4-6 tahun, secara suntikan subkutan.
3. Perbedaan Imunisasi Polio Oral dan IPV (Inactivated Polio Vaccine):
- Polio Oral (OPV) mengandung virus polio yang dilemahkan, diberikan melalui mulut.
- IPV mengandung virus polio yang diinaktivasi, diberikan melalui suntikan intramuskular.
- OPV dapat menimbulkan infeksi polio vaccine-derived, sedangkan IPV tidak.
- OPV lebih mudah diberikan, tetapi memiliki risiko yang lebih tinggi. IPV lebih aman tetapi memerlukan alat suntik dan tenaga yang terlatih.
- Saat ini, Indonesia telah beralih dari OPV ke IPV untuk mencegah infeksi polio vaccine-derived.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Peningkatan Pengetahuan: Pasien/keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang jadwal, manfaat, dan efek samping imunisasi.
- Peningkatan Perilaku Kesehatan: Pasien/keluarga patuh dalam mengikuti jadwal imunisasi dan melakukan pemantauan tanda-tanda reaksi imunisasi.
- Peningkatan Status Imunisasi: Pasien mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai usia dan jadwal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Edukasi tentang pentingnya imunisasi, jadwal, manfaat, dan efek samping.
- Fasilitasi pemberian imunisasi sesuai jadwal.
- Pemantauan tanda-tanda reaksi imunisasi dan penanganannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian imunisasi.
- Konseling dan dukungan psikologis bagi pasien/keluarga.
- Evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 12498 | 18 Feb 2025
Klinis : Anak perempuan, umur 1 bulan, dibawa ibu datang ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Segera setelah lahir bayi telah diberikan imunisasi HB 0. Saat ini anak dalam kondisi baik, tidak demam atau menderita sakit tertentu. . Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya? c. Bagaiamana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya? d . Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut? e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah? f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium 2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah 3. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara imunisasi polio oral dan Inactive Polio Vaccine (IPV)?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan.
a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk anak perempuan berusia 1 bulan ini adalah:
Diagnosis Kesejahteraan (Wellness)/Promosi Kesehatan:
1. Kesiapan Peningkatan Imunisasi
- Definisi: Tahap dalam kontinum kesehatan di mana individu/keluarga/masyarakat memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan imunisasinya yang sudah ada.
- Karakteristik Definisi: Keluarga/individu menunjukkan keinginan untuk menerima imunisasi, memahami pentingnya imunisasi, dan bersedia mengikuti jadwal imunisasi yang direkomendasikan.
Rasional:
Anak ini belum mendapatkan lengkap imunisasi dasar sesuai jadwal, sehingga diagnosis keperawatan yang tepat adalah Kesiapan Peningkatan Imunisasi. Hal ini untuk mendorong ibu agar bersedia dan mampu meningkatkan status imunisasi anaknya sesuai rekomendasi.
b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya?
Pada kunjungan saat ini, imunisasi yang akan diberikan adalah:
1. Imunisasi DPT-HB-Hib (Difteria, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b)
- Dosis: 1 kali
Alasan:
Berdasarkan informasi bahwa bayi ini telah mendapatkan imunisasi HB-0 segera setelah lahir, maka pada kunjungan ini saatnya untuk mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib dosis pertama. Imunisasi ini diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
c. Bagaimana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya?
Rute pemberian imunisasi DPT-HB-Hib adalah secara intramuskular (IM) pada otot deltoid atau vastus lateralis paha.
Lokasi pemberian imunisasi dilakukan di Puskesmas, tepatnya di ruang imunisasi atau ruang pelayanan kesehatan anak.
d. Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut?
Efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian imunisasi DPT-HB-Hib antara lain:
1. Reaksi lokal: nyeri, kemerahan, bengkak di tempat suntikan
2. Reaksi sistemik: demam, rewel, mengantuk, penurunan nafsu makan
Efek samping biasanya timbul dalam 1-3 hari setelah imunisasi dan umumnya ringan serta hilang dalam waktu 1-2 hari.
e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah?
Edukasi penting yang perlu disampaikan kepada ibu pasien antara lain:
1. Pentingnya kelengkapan imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
2. Jadwal imunisasi selanjutnya yang harus dipenuhi sesuai rekomendasi.
3. Cara mengobservasi dan mengatasi efek samping ringan setelah imunisasi di rumah, seperti kompres dingin di tempat suntikan, berikan parasetamol jika demam, dan tetap berikan ASI.
4. Kapan harus segera membawa bayi kembali ke fasilitas kesehatan jika terjadi efek samping berat.
5. Anjurkan ibu untuk selalu membawa buku catatan imunisasi saat kunjungan selanjutnya.
f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium
SOP Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib secara Intramuskular:
1. Persiapan
a. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
b. Periksa kelengkapan alat: jarum suntik steril, kapas alkohol, vaksin DPT-HB-Hib.
c. Identifikasi pasien dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan
a. Siapkan vaksin DPT-HB-Hib, letakkan di atas alas steril.
b. Tanyakan pada ibu apakah ada riwayat alergi terhadap vaksin.
c. Posisikan bayi dalam posisi berbaring atau duduk pada pangkuan ibu.
d. Lakukan antisepsis pada area penyuntikan (deltoid atau vastus lateralis) menggunakan kapas alkohol.
e. Isap vaksin dengan jarum suntik dan pastikan volume sesuai dosis.
f. Masukkan jarum secara tegak lurus ke dalam otot, lalu suntikkan vaksin secara perlahan.
g. Tekan area suntikan dengan kapas kering selama 10-15 detik.
3. Evaluasi
a. Observasi tanda-tanda reaksi seperti nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di tempat suntikan.
b. Catat jenis, dosis, dan lokasi pemberian imunisasi pada buku catatan imunisasi.
c. Informasikan jadwal imunisasi selanjutnya dan anjurkan ibu untuk selalu membawa buku catatan imunisasi.
2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah
Jenis imunisasi dasar lainnya yang belum disebutkan adalah:
1. Imunisasi Polio
- Lokasi: intramuskular (IM) pada otot vastus lateralis paha
- Dosis: 4 kali (usia 2, 3, 4, dan 18 bulan)
- Rute: Oral (tetes) atau injeksi (IPV)
- Efek samping: nyeri, bengkak, demam ringan
- Edukasi: pentingnya pemberian vaksin polio untuk mencegah polio, pengamatan efek samping, dan jadwal pemberian selanjutnya
2. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin)
- Lokasi: intrakutan di lengan atas
- Dosis: 1 kali (segera setelah lahir)
- Rute: Intrakutan
- Efek samping: kemerahan, indurasi, abses di tempat suntikan
- Edukasi: manfaat BCG untuk mencegah tuberkulosis berat, perawatan luka bekas suntikan, dan pengamatan timbulnya scar/parut
3. Imunisasi Campak
- Lokasi: subkutan di lengan atas
- Dosis: 2 kali (usia 9 bulan dan 18 bulan)
- -
Article No. 12499 | 18 Feb 2025
Klinis : Jelaskan Dpt-hb-hib 1,2,3 polio 2,3,4 dan campak. Jelaskan lokasi,dosis,rute pemberian,efek samping dan edukasi kepada keluarga untuk dirumah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat pagi. Saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Dpt-hb-hib 1,2,3, polio 2,3,4, dan campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya Informasi Mengenai Imunisasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
- Definisi: Kerentanan individu terhadap infeksi yang disebabkan oleh agen patogen.
- Faktor Risiko: Paparan terhadap agen patogen, sistem imun yang lemah, dan perilaku yang berisiko.
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya Informasi Mengenai Imunisasi
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan untuk memahami suatu kondisi atau proses.
- Faktor Terkait: Kurangnya paparan terhadap informasi, kurangnya pendidikan, dan kesulitan memahami informasi yang diberikan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi minimal, dan tidak ada komplikasi akibat infeksi.
2. Pengetahuan: Perawatan Kesehatan
- Kriteria Hasil: Pasien/keluarga memahami informasi yang diberikan, dapat menjelaskan kembali, dan dapat melakukan perawatan sesuai instruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Intervensi: Identifikasi faktor risiko, edukasi pencegahan infeksi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Edukasi Kesehatan
- Intervensi: Identifikasi kebutuhan informasi, berikan informasi yang relevan, dan evaluasi pemahaman pasien/keluarga.
Untuk kondisi Dpt-hb-hib 1,2,3, polio 2,3,4, dan campak:
Lokasi Pemberian:
- Dpt-hb-hib: Otot paha anterolateral
- Polio: Oral
- Campak: Subkutan
Dosis:
- Dpt-hb-hib: 0,5 mL
- Polio: 2 tetes
- Campak: 0,5 mL
Rute Pemberian:
- Dpt-hb-hib: Intramuskular
- Polio: Oral
- Campak: Subkutan
Efek Samping:
- Nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di lokasi suntikan
- Demam, iritabilitas, dan kehilangan nafsu makan
Edukasi Kepada Keluarga:
1. Jelaskan pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit menular.
2. Informasikan jadwal imunisasi yang harus dipatuhi.
3. Ajarkan cara merawat area suntikan dan mengatasi efek samping.
4. Anjurkan untuk segera memeriksakan anak jika terjadi efek samping yang tidak biasa.
5. Tekankan pentingnya menjaga kebersihan dan hidup sehat untuk mencegah infeksi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 12500 | 18 Feb 2025
Klinis : Imunisasi Dpt-hb-hib 1,dpt-hb-hib 2, dpt-hb-hib 3 imunisasi polio 2,polio 3,polio 4 dan campak. Jelaskan lokasi,dosis,rute pemberian,efek samping dan edukasi kepada keluarga untuk dirumah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Defisit Pengetahuan: Imunisasi
- Definisi: Ketidakadekuatan informasi kognitif yang dimiliki klien/keluarga tentang manfaat, jadwal, dan prosedur imunisasi.
- Penyebab: Kurangnya pemahaman tentang pentingnya imunisasi, kurangnya paparan informasi, dan keterbatasan kemampuan keluarga untuk memahami informasi yang diberikan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan: Imunisasi
- Definisi: Bertambahnya informasi kognitif yang dimiliki klien/keluarga tentang manfaat, jadwal, dan prosedur imunisasi.
- Kriteria Hasil:
a. Klien/keluarga dapat menyebutkan manfaat imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
b. Klien/keluarga dapat menyebutkan jadwal imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
c. Klien/keluarga dapat menjelaskan prosedur pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
d. Klien/keluarga dapat menyebutkan efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
e. Klien/keluarga dapat menjelaskan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi efek samping imunisasi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi: Imunisasi
- Definisi: Pemberian informasi secara terstruktur dan sistematis kepada klien/keluarga tentang manfaat, jadwal, dan prosedur imunisasi.
- Aktivitas:
a. Jelaskan manfaat imunisasi DPT-HB-Hib dan polio dalam mencegah penyakit.
b. Jelaskan jadwal pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan polio sesuai standar.
c. Jelaskan prosedur pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan polio, termasuk lokasi, dosis, dan rute pemberian.
d. Jelaskan efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi DPT-HB-Hib dan polio, serta tindakan yang harus dilakukan.
e. Berikan kesempatan klien/keluarga untuk bertanya dan diskusi.
f. Berikan materi edukasi tertulis sebagai panduan bagi keluarga.
Lokasi Pemberian:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Diberikan secara intramuskular pada otot vastus lateralis paha.
- Imunisasi Polio: Diberikan secara oral.
Dosis Pemberian:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Dosis penuh sesuai usia dan jadwal imunisasi.
- Imunisasi Polio: Dosis penuh sesuai jadwal imunisasi.
Rute Pemberian:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Intramuskular pada otot vastus lateralis paha.
- Imunisasi Polio: Oral.
Efek Samping:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di tempat injeksi, demam, iritabilitas, dan penurunan nafsu makan.
- Imunisasi Polio: Diare ringan, muntah, dan demam.
Edukasi kepada Keluarga:
- Anjurkan keluarga untuk memperhatikan tanda-tanda efek samping imunisasi dan segera laporkan kepada petugas kesehatan.
- Ajarkan keluarga cara merawat anak setelah imunisasi, seperti memberikan kompres hangat di tempat injeksi dan memberikan obat penurun demam jika diperlukan.
- Jelaskan pentingnya melengkapi jadwal imunisasi sesuai rekomendasi.
- Dorong keluarga untuk aktif bertanya dan berdiskusi jika memiliki pertanyaan atau kekhawatiran terkait imunisasi.
Wassalamualaikum. -
Article No. 12501 | 18 Feb 2025
Klinis : Kasus Pemicu untuk Penyakit Covid 19: Kelompok 9 Pada tanggal 04 Mei 2021, seorang anak laki-laki usia 9 tahun dibawa ke rumah sakit karena Covid19. Sebelumnya anak kontak erat dengan paman yang terkonfirmasi positif COVID-19 setelah mengikuti acara pertemuan keluarga. Sebelumnya anak menjalani karantina setelah kontak tersebut selama 10 hari, dan mengalami batuk pada hari ke tujuh karantina mandiri dan demam > 38⁰C pada malam harinya. Anak terkonfirmasi Covid-19 pada hari ke 12 karantina mandiri. Saat dilakukan pengkajian anak mengalami demam dengan suhu > 40⁰C, batuk berdahak, tetapi tidak ada sesak nafas, saturasi oksigen 95% pada udara ruangan. Rontgen dada awal menunjukkan konsolidasi pneumonia difus pada kedua lapang paru. Pada hari rawatan kedua, demam dan batuk bertambah parah dan anak mengeluh kesulitan bernafas. Tidak ada masalah kesehatan sebelumnya yang dialami anak kecuali obesitas (indeks massa tubuh, 27,6, persentil 99,8; berat badan, 62 kg, persentil 99,8; tinggi badan, 150 cm, persentil 97,3). Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 51 124/106 mmHg, denyut nadi 133x/menit, frekuensi pernapasan 29x/menit, suhu tubuh 38,6°C, dan SpO2 95–98% pada udara ruangan).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi viral: COVID-19 berhubungan dengan kontak erat dengan paman yang terkonfirmasi positif COVID-19.
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Kontak erat dengan penderita COVID-19, penurunan sistem imun.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi viral COVID-19 sebagaimana ditandai dengan demam > 40°C.
- Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
- Penyebab: Infeksi, penyakit, atau cedera.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret (batuk berdahak) akibat infeksi COVID-19.
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gejala COVID-19 (demam, batuk, dan kesulitan bernapas).
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Kelemahan, keletihan, disfungsi neuromuskular, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi viral: COVID-19 akan berkurang dengan kriteria hasil:
- Bebas dari gejala infeksi COVID-19.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi COVID-19 pada pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi COVID-19.
2. Suhu tubuh akan kembali normal (36,5°C - 37,5°C) dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia.
3. Bersihan jalan napas akan efektif dengan kriteria hasil:
- Jalan napas bebas dari sekret.
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Tidak ada kesulitan bernapas.
4. Toleransi aktivitas akan meningkat dengan kriteria hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- Tidak ada keluhan kesulitan bernapas saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi Viral: COVID-19
- Kaji faktor risiko infeksi COVID-19 pada pasien.
- Lakukan isolasi dan pembatasan kontak dengan orang lain.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemantauan tanda-tanda infeksi dan pemberian terapi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan penularan COVID-19.
2. Manajemen Demam
- Kaji tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh.
- Berikan intervensi penurun demam sesuai indikasi (pemberian obat antipiretik, kompres hangat, dll).
- Pantau efektivitas intervensi dalam menurunkan suhu tubuh.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam.
3. Manajemen Jalan Napas
- Kaji status pernapasan, produktivitas batuk, dan jumlah sekret.
- Berikan intervensi pembersihan jalan napas (suction, postural drainage, dll).
- Latih teknik batuk efektif dan lakukan fisioterapi dada.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi pernapasan jika diperlukan.
4. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat intoleransi aktivitas pasien.
- Berikan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
- Lakukan mobilisasi dini dan latihan fisik sesuai kondisi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi COVID-19 dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12379 | 17 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan bicara tidak jelas, lemas (+) O: Kesadaran E4M6V5, hemodinamik TD: 127/69 mmHg, HR: 102 x/menit (gambaran AF), RR: 21 x/menit, S: 36,60C, Spo2: 100% dengan menggunakan oksigen binasal 3 lpm, terpasang IV line di Vena Metacarpal Dextra No. 22 (16/02/2025) dan Vena Cubiti Dextra No. 22 (13/02/2025) dengan cairan infuse Bfluid 500ml/24jam, drip Norepineprine 0,05 mcg/kgbb/menit, terpasang condom Uk M produksi urine ada, oedema kedua tangan dan kaki, skala nyeri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan perubahan fungsi neuromuskular akibat penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan pasien mengatakan bicara tidak jelas dan lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat berkomunikasi secara efektif dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam waktu 3 hari.
2. Pasien dapat memahami informasi yang disampaikan oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam waktu 3 hari.
3. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dalam waktu 5 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi verbal pasien, seperti perubahan fungsi neuromuskular akibat penyakit kardiovaskular.
2. Ciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi, seperti mengurangi kebisingan dan distraksi.
3. Gunakan teknik komunikasi yang sesuai, seperti berbicara dengan kecepatan yang lebih lambat, menggunakan bahasa yang sederhana, dan memberikan waktu bagi pasien untuk merespons.
4. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara untuk mengevaluasi dan memberikan intervensi yang tepat.
5. Latih pasien dalam teknik komunikasi, seperti pernapasan diafragma dan artikulasi.
6. Libatkan keluarga dalam proses komunikasi dan edukasi pasien.
7. Monitor perkembangan komunikasi verbal pasien dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
8. Dokumentasi secara lengkap mengenai kondisi komunikasi verbal pasien, intervensi yang diberikan, dan respons pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Komunikasi Verbal" karena pasien mengeluhkan bicara yang tidak jelas dan lemas, yang dapat disebabkan oleh perubahan fungsi neuromuskular akibat penyakit kardiovaskular. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif, memahami informasi yang disampaikan, dan dapat berpartisipasi dalam perawatan diri. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi faktor yang mempengaruhi komunikasi, menciptakan lingkungan yang mendukung, menggunakan teknik komunikasi yang sesuai, kolaborasi dengan ahli, melatih pasien, melibatkan keluarga, monitoring perkembangan, dan dokumentasi yang lengkap.