Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10537 | 08 Jan 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, perkenalkan saya adalah seorang perawat profesional. Saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" sesuai dengan format yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
Penyebab: Penumpukan sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan penurunan refleks batuk.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih.
Kriteria Hasil:
1) Jalan napas paten
2) Tidak ada suara napas tambahan
3) Frekuensi napas dalam rentang normal
4) Irama napas teratur
5) Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
6) Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
1) Kaji status pernapasan dan identifikasi penyebab bersihan jalan napas tidak efektif
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
4) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5) Ajarkan teknik batuk dan napas dalam
6) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
b. Pemantauan Pernapasan
1) Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas
2) Pantau adanya penggunaan otot tambahan, retraksi, dan dispnea
3) Auskultasi suara napas
4) Pantau saturasi oksigen
c. Manajemen Nyeri
1) Identifikasi sumber dan karakteristik nyeri
2) Berikan analgesik sesuai indikasi
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi dimana pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas menjadi tidak bersih dan dapat menimbulkan distres pernapasan. Penyebab dapat berupa penumpukan sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan penurunan refleks batuk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Bersihan Jalan Napas, yaitu kemampuan pasien untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih. Kriteria hasil yang diharapkan adalah jalan napas paten, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Manajemen Jalan Napas, Pemantauan Pernapasan, dan Manajemen Nyeri. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih, seperti melakukan suction, memberikan oksigen, dan mengajarkan teknik batuk dan napas dalam. Pemantauan Pernapasan dilakukan untuk mengevaluasi status pernapasan pasien. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengatasi nyeri yang mungkin timbul akibat prosedur terkait jalan napas.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, sehingga mengurangi risiko komplikasi pernapasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10538 | 08 Jan 2025
Klinis : pasien terpasang ventilator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang terpasang ventilator.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang adekuat dan memenuhi kebutuhan oksigen. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang terpasang ventilator akibat penyakit atau kondisi yang menyebabkan gangguan pertukaran gas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif dicirikan oleh gejala-gejala seperti frekuensi napas tidak sesuai kebutuhan, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu napas yang berlebihan, dan ketidakmampuan mempertahankan volume tidal yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi napas, irama napas, dan volume tidal yang sesuai kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif pada pasien terpasang ventilator antara lain:
1. Memantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas, irama napas, dan saturasi oksigen.
2. Menyesuaikan pengaturan ventilator sesuai kebutuhan pasien.
3. Memberikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
4. Melakukan suction untuk mempertahankan jalan napas tetap bersih.
5. Mengajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh secara adekuat. -
Article No. 10539 | 08 Jan 2025
Klinis : DS : DO : - Pasien menglami penurunan kesadaran - Pasien terpasang ventilator - RO Thorax : Gambaran oedema pulmonum dengan bronkopneumonia bilateral ET dengan ujung distal di proyeksi setingggi corpus Vth 4 - Terdapat bunyi nafas tambahan ronchi pada kedua lapang basal paru - GCS : E1 M1 Von ett - Takikardi (N : 128x/mnt) - PH: 7.35 mmHg - PO2: 112.4 mmHg - PCO2: 45.7 mmHg - HCO3: 24,9 mmHg - HB: 9.6 g/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Paru berhubungan dengan Edema Paru dan Bronkopneumonia Bilateral.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Perfusi Jaringan Paru adalah penurunan sirkulasi darah ke paru-paru, yang menyebabkan gangguan oksigenasi.
- Faktor yang berhubungan: Edema Paru dan Bronkopneumonia Bilateral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Perfusi Jaringan Paru Membaik, yang ditandai dengan peningkatan oksigenasi, perbaikan gambaran radiologi, dan perbaikan bunyi napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, Manajemen Ventilasi Mekanis, Manajemen Bronkopneumonia, dan Pemantauan Pernapasan.
2. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Depresi Sistem Saraf Pusat akibat Edema Paru dan Bronkopneumonia.
Penjelasan:
SDKI:
- Penurunan Kesadaran adalah penurunan tingkat kewaspadaan dan responsivitas terhadap lingkungan.
- Faktor yang berhubungan: Depresi Sistem Saraf Pusat akibat Edema Paru dan Bronkopneumonia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan adalah Tingkat Kesadaran Membaik, yang ditandai dengan peningkatan skor GCS.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Jalan Napas, Manajemen Ventilasi Mekanis, Manajemen Bronkopneumonia, dan Pemantauan Neurologi.
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan ini merupakan standar dari PPNI dan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien yang spesifik. -
Article No. 10540 | 08 Jan 2025
Klinis : Ketidakseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Ketidakseimbangan Nutrisi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan.
Definisi dari diagnosa ini adalah "Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik". Karakteristik definisinya meliputi penurunan berat badan, penurunan atau kehilangan nafsu makan, perubahan pada parameter laboratorium (seperti albumin, hemoglobin, dll.), dan tanda-tanda dan gejala kekurangan nutrisi lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Asupan Nutrisi: Tujuannya adalah untuk meningkatkan asupan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhannya. Indikator keberhasilannya antara lain peningkatan berat badan, tidak ada penurunan berat badan, dan parameter laboratorium yang membaik.
2. Status Gizi: Tujuannya adalah untuk mencapai status gizi yang optimal bagi pasien. Indikator keberhasilannya antara lain tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, tidak ada edema, dan tidak ada perubahan warna kulit.
3. Pemulihan Kesehatan: Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam proses pemulihan kesehatan. Indikator keberhasilannya antara lain pasien menunjukkan peningkatan kebugaran dan kekuatan, tidak ada komplikasi, dan tidak ada pertambahan penyakit.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Pengkajian Nutrisi: Melakukan pengkajian yang komprehensif terkait status nutrisi pasien, riwayat asupan nutrisi, faktor-faktor yang memengaruhi, dan kebutuhan nutrisi.
2. Manajemen Nutrisi: Menyusun, menerapkan, dan mengevaluasi rencana pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien, baik secara oral, enteral, maupun parenteral.
3. Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat, serta strategi-strategi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan pemantauan secara berkala terhadap parameter-parameter terkait status nutrisi, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang telah diberikan.
5. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli gizi, dalam merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi yang diberikan.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan asupan nutrisi, status gizi yang optimal, dan pemulihan kesehatan yang baik. -
Article No. 10541 | 08 Jan 2025
Klinis : Ds do Ketidakseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh" (00002). Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi yang tidak adekuat menyebabkan berat badan menurun atau berisiko menurun. Diagnosa ini merupakan diagnosa yang termasuk dalam domain nutrisi.
Luaran Keperawatan SLKI:
Luaran keperawatan yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Berat badan: Seimbang (1004)
Indikator:
- Berat badan sesuai dengan tinggi badan
- Lingkar lengan atas dan lingkar betis dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2. Status gizi: Membaik (1009)
Indikator:
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
- Tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Manajemen nutrisi (3370)
- Lakukan asesmen kebutuhan nutrisi pasien, termasuk riwayat makan, alergi, preferensi, dan faktor-faktor yang memengaruhi asupan
- Susun rencana pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Berikan edukasi kepada pasien/keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat
- Monitor asupan nutrisi pasien dan evaluasi secara berkala
2. Peningkatan berat badan (1100)
- Lakukan evaluasi berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan asupan kalori dan protein, seperti pemberian suplemen nutrisi
- Libatkan pasien/keluarga dalam perencanaan pemberian nutrisi
- Monitor perubahan berat badan dan evaluasi secara berkala
3. Manajemen gangguan makan (1015)
- Identifikasi penyebab atau faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi pasien
- Berikan konseling dan dukungan psikologis kepada pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Monitor perubahan perilaku makan pasien dan evaluasi secara berkala
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh" menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi yang tidak adekuat menyebabkan berat badan menurun atau berisiko menurun. Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah berat badan seimbang dan status gizi membaik, yang ditandai dengan berat badan sesuai dengan tinggi badan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, serta asupan nutrisi yang sesuai kebutuhan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi, peningkatan berat badan, dan manajemen gangguan makan. Manajemen nutrisi meliputi asesmen kebutuhan nutrisi, penyusunan rencana pemberian nutrisi, edukasi kepada pasien/keluarga, serta monitoring dan evaluasi asupan nutrisi. Peningkatan berat badan meliputi evaluasi berat badan dan IMT, pemberian intervensi untuk meningkatkan asupan kalori dan protein, serta monitoring dan evaluasi perubahan berat badan. Manajemen gangguan makan meliputi identifikasi penyebab atau faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, pemberian konseling dan dukungan psikologis, serta kolaborasi dengan ahli gizi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan luaran keperawatan yang diharapkan dapat tercapai, sehingga kondisi ketidakseimbangan nutrisi pada pasien dapat teratasi. -
Article No. 10542 | 08 Jan 2025
Klinis : Data subjektif dan objektif Ketidakseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh" (00002). Diagnosa ini didasarkan pada data subjektif dan objektif berikut:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluhkan nafsu makan yang menurun
- Pasien melaporkan berat badan yang menurun dalam waktu tertentu
- Pasien mengeluhkan perasaan lemah dan kelelahan
Data Objektif:
- Pemeriksaan antropometri menunjukkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di bawah normal
- Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar albumin, hemoglobin, atau protein total yang rendah
- Pasien terlihat kurus dan lemah
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Berat badan meningkat sesuai dengan kebutuhan tubuh (0002 Berat Badan)
2. Asupan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan tubuh (0305 Intake Nutrisi)
3. Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi (0104 Status Nutrisi)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Asesmen nutrisi: Lakukan pengkajian komprehensif terkait status nutrisi, riwayat makan, faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, dll.
2. Manajemen nutrisi: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan menyediakan asupan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan pasien.
3. Konseling nutrisi: Berikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi peningkatan asupan nutrisi.
4. Monitoring nutrisi: Lakukan pemantauan berat badan, asupan nutrisi, dan tanda-tanda malnutrisi secara berkala.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Lakukan koordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk mengelola kondisi nutrisi pasien secara komprehensif.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 10543 | 08 Jan 2025
Klinis : Risiko penyebaran infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Risiko Penyebaran Infeksi".
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko Penyebaran Infeksi" adalah "Risiko Infeksi" (00004). Diagnosis ini mengacu pada peningkatan risiko atau kerentanan terhadap infeksi oleh patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Karakteristik definisi diagnosis keperawatan ini meliputi:
a. Peningkatan paparan terhadap patogen yang dapat menyebabkan infeksi.
b. Penurunan mekanisme pertahanan tubuh.
c. Perubahan integritas kulit atau membran mukosa.
d. Prosedur invasif.
e. Lingkungan yang tidak higienis.
2. Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk "Risiko Infeksi" adalah:
a. Kontrol Infeksi (1843): Tingkat kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
b. Kejadian Infeksi (1924): Tingkat frekuensi individu atau kelompok mengalami infeksi.
c. Integritas Kulit (1101): Tingkat keutuhan epidermis dan dermis.
Kriteria hasil yang diharapkan meliputi:
- Klien dapat menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang efektif.
- Tidak terjadi infeksi selama perawatan.
- Integritas kulit tetap terjaga.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi "Risiko Infeksi" meliputi:
a. Manajemen Infeksi (6550):
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada klien.
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai prosedur.
- Pantau tanda dan gejala infeksi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk penanganan infeksi.
b. Perawatan Luka (3660):
- Bersihkan luka sesuai prosedur.
- Aplikasikan balutan yang sesuai.
- Pantau perkembangan luka.
- Edukasi klien/keluarga tentang perawatan luka.
c. Edukasi Kesehatan (5510):
- Identifikasi kebutuhan edukasi klien/keluarga.
- Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi.
- Evaluasi pemahaman dan perilaku klien/keluarga.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang diperlukan untuk mengelola "Risiko Penyebaran Infeksi" secara komprehensif. -
Article No. 10544 | 08 Jan 2025
Klinis : Data subjektif dan objektif Risiko penyebaran infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi dengan risiko penyebaran infeksi, sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi dengan risiko penyebaran infeksi adalah "Risiko Infeksi" (SDKI, 2017). Definisi dari diagnosa ini adalah "Rentan terhadap serangan patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa atau parasit) yang dapat membahayakan kesehatan" (SDKI, 2017).
Data Subjektif dan Objektif:
Data subjektif yang dapat dikumpulkan meliputi keluhan pasien terkait gejala infeksi, seperti demam, menggigil, nyeri, dan sebagainya. Data objektif yang dapat ditemukan antara lain tanda-tanda vital abnormal (suhu tubuh tinggi/rendah, nadi cepat, pernapasan cepat), adanya daerah kemerahan, bengkak, atau luka terbuka di kulit, dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan peningkatan jumlah leukosit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi", luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
1. Bebas dari infeksi (SLKI, 2019)
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal (SLKI, 2019)
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit/luka (SLKI, 2019)
4. Peningkatan pengetahuan pasien tentang pencegahan infeksi (SLKI, 2019)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Infeksi (SIKI, 2018)
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Penggunaan teknik aseptik
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik/antiviral
2. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Edukasi tentang cuci tangan, penggunaan masker, dan kebersihan lingkungan
3. Perawatan Luka (SIKI, 2018)
- Pembersihan dan perawatan luka terbuka
- Aplikasi salep/obat topikal untuk mencegah infeksi
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal dalam mengelola risiko penyebaran infeksi pada pasien. -
Article No. 10545 | 08 Jan 2025
Klinis : Risiko gangguan harga diri terkait penyakit tb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Risiko gangguan harga diri terkait penyakit TB
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Gangguan Harga Diri". Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan penyakit TB karena berbagai faktor, seperti:
- Stigma sosial dan diskriminasi yang dialami oleh pasien TB
- Perubahan penampilan dan kemampuan fungsional akibat penyakit
- Perasaan tidak berharga, malu, dan tidak percaya diri
- Keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial
Risiko Gangguan Harga Diri pada pasien TB dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, isolasi sosial, dan bahkan depresi. Oleh karena itu, identifikasi dan penanganan yang tepat terhadap kondisi ini menjadi penting dalam asuhan keperawatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
- Pasien menunjukkan peningkatan harga diri yang positif
- Pasien mampu mengekspresikan perasaan dan pemikirannya secara terbuka
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan mempertahankan hubungan interpersonal
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Pasien menunjukkan penerimaan diri dan kepercayaan diri yang meningkat
Luaran-luaran ini diharapkan dapat membantu pasien TB untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan mengurangi risiko gangguan kesehatan mental yang dapat timbul akibat penyakitnya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan luaran yang diharapkan:
- Terapi kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pemikiran negatif menjadi lebih positif
- Terapi kelompok: Memfasilitasi pasien untuk berbagi pengalaman dan memperoleh dukungan dari sesama penderita TB
- Konseling: Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien dalam mengekspresikan perasaannya
- Edukasi kesehatan: Memberikan informasi tentang penyakit TB, pencegahan, dan manajemen diri yang efektif
- Pelatihan aktivitas sehari-hari: Membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas fungsional
- Fasilitasi interaksi sosial: Mendorong pasien untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan mempertahankan hubungan interpersonal
Intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu pasien TB untuk meningkatkan harga diri, menerima kondisi dirinya, dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, perawat harus memiliki pendekatan yang berpusat pada pasien, mempertimbangkan aspek psikososial, dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan holistik. -
Article No. 10546 | 08 Jan 2025
Klinis : Data subjektif dan objektif Risiko gangguan harga diri terkait penyakit tb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Data subjektif dan objektif Risiko gangguan harga diri terkait penyakit TB
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Gangguan Harga Diri".
Data subjektif yang mungkin ditemukan antara lain:
- Klien mengungkapkan perasaan malu, rendah diri, atau menarik diri dari lingkungan sosial
- Klien mengungkapkan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri
- Klien mengungkapkan kekhawatiran tentang bagaimana orang lain memandangnya
Data objektif yang mungkin ditemukan antara lain:
- Klien menghindari kontak mata dan interaksi dengan orang lain
- Klien menunjukkan ekspresi wajah yang murung atau sedih
- Klien menunjukkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial
Risiko gangguan harga diri ini dapat terkait dengan penyakit TB karena stigma dan diskriminasi yang sering dialami oleh pasien TB, sehingga dapat mempengaruhi konsep diri dan harga diri mereka.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
- Harga Diri Positif
- Adaptasi Psikososial: Penyakit Kronis
- Keterlibatan Sosial
Harga Diri Positif
- Klien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri
- Klien mampu mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya
- Klien mampu menunjukkan perilaku yang mencerminkan harga diri yang baik
Adaptasi Psikososial: Penyakit Kronis
- Klien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap kondisi penyakitnya
- Klien mampu mengidentifikasi sumber dukungan sosial yang tersedia
- Klien mampu menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan yang terjadi akibat penyakitnya
Keterlibatan Sosial
- Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang bermakna
- Klien mampu membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal yang memuaskan
- Klien mampu mengekspresikan perasaan dan ide-idenya dengan orang lain
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SLKI) antara lain:
1. Peningkatan Harga Diri
- Identifikasi persepsi klien tentang dirinya sendiri
- Bantu klien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuannya
- Dorong klien untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan harga dirinya
- Berikan umpan balik positif yang realistis terhadap perilaku klien
2. Dukungan Emosional
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya
- Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati saat klien menceritakan perasaannya
- Berikan validasi terhadap perasaan klien
- Dorong klien untuk menggunakan sumber dukungan sosial yang tersedia
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi yang akurat tentang penyakit TB dan dampaknya
- Bantu klien memahami proses penyakit dan pengobatan
- Edukasi klien tentang cara mengatasi stigma dan diskriminasi
- Dorong klien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya
Dengan intervensi yang komprehensif dan terpusat pada klien, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan harga diri, adaptasi psikososial, dan keterlibatan sosial.