Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12511 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan isk pasien terpasang infus ferifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien yang terpasang infus feritfer.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi". Pasien yang terpasang infus feritfer memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi, termasuk infeksi saluran kemih (ISK), karena adanya prosedur invasif dan gangguan pada integritas kulit. Risiko infeksi ini perlu diidentifikasi dan ditangani secara komprehensif oleh perawat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi infeksi saluran kemih (ISK) selama pemasangan infus feritfer.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak menunjukkan gejala infeksi.
3. Pasien dapat melakukan perawatan diri dengan baik dan mempertahankan kebersihan diri.
4. Pasien dan keluarga memahami pentingnya menjaga kebersihan dan prosedur pemasangan infus feritfer untuk mencegah infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi dan pemantauan:
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara teratur.
- Pantau adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri, erythema, dan eksudat.
- Pantau output urin dan lakukan pemeriksaan urin jika diperlukan.
2. Perawatan invasif:
- Lakukan pemasangan infus feritfer secara aseptik dan steril.
- Ganti lokasi pemasangan infus feritfer secara teratur sesuai prosedur.
- Jaga kebersihan dan keutuhan lokasi pemasangan infus feritfer.
3. Edukasi dan promosi kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan pemasangan infus feritfer.
- Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti menjaga kebersihan area genital dan periksa urin.
- Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi dan kapan harus melaporkan kepada perawat.
4. Kolaborasi dan koordinasi:
- Koordinasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk memantau dan mengevaluasi kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli perawatan luka atau spesialis infeksi jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien yang terpasang infus feritfer dan mencapai luaran/output yang diharapkan. Peran perawat sangat penting dalam memantau, melakukan perawatan, dan memberikan edukasi yang efektif untuk mencegah komplikasi dan menjaga keselamatan pasien. -
Article No. 12512 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan flebitis dan clabsi pasien terpasang infus ferifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan terpasang infus perifir.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
Faktor Berhubungan: Terpasang infus perifir
Kondisi pasien terpasang infus perifir memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi, khususnya flebitis dan Central Line-Associated Bloodstream Infection (CLABSI). Infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi pada saat pemasangan infus, manipulasi infus yang tidak steril, atau kolonisasi bakteri di kateter intravena.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak Terjadi Flebitis
Definisi: Inflamasi vena yang ditandai dengan kemerahan, nyeri, edema, dan peningkatan suhu pada area insersi kateter.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada kemerahan pada daerah insersi
- Tidak ada nyeri pada daerah insersi
- Tidak ada edema pada daerah insersi
- Tidak ada peningkatan suhu pada daerah insersi
2. Tidak Terjadi CLABSI
Definisi: Infeksi aliran darah yang terkait dengan kateter intravaskular sentral, yang ditandai dengan kultur darah positif.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tempat insersi kateter
- Tidak ada demam atau tanda-tanda sepsis
- Kultur darah negatif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Akses Vaskuler
- Cuci tangan sebelum dan sesudah manipulasi akses vaskuler
- Gunakan teknik aseptik saat pemasangan, pemantauan, dan perawatan akses vaskuler
- Gunakan set infus baru setiap kali ganti cairan/obat
- Ganti set infus sesuai jadwal (48-72 jam)
- Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada tempat insersi secara rutin
2. Pencegahan Infeksi
- Lakukan pengkajian risiko infeksi pada pasien
- Edukasi pasien/keluarga terkait pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam mencegah infeksi
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri pada daerah insersi
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan tersebut, diharapkan dapat mencegah terjadinya flebitis dan CLABSI pada pasien yang terpasang infus perifir, sehingga luaran yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 12513 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datng dengan keluhan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Definisi: Adanya suara napas tambahan, produksi sekret berlebih, dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas.
- Faktor Berhubungan: Infeksi saluran napas, alergi, dan ketidakmampuan batuk atau membuang sekret.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Bersihan jalan napas efektif, dengan indikator seperti tidak ada suara napas tambahan, produksi sekret berkurang, dan kemampuan batuk atau membuang sekret baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, termasuk mengajarkan teknik batuk efektif, melakukan suction, dan pemberian oksigen jika diperlukan.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kesulitan membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga bersihan jalan napas terganggu. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi saluran napas, alergi, atau ketidakmampuan batuk atau membuang sekret. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, termasuk mengajarkan teknik batuk efektif, melakukan suction, dan pemberian oksigen jika diperlukan, dengan tujuan agar bersihan jalan napas menjadi efektif. -
Article No. 12514 | 19 Feb 2025
Klinis : • Informasi Demografis Seorang perempuanberusia 32 tahun, belum memiliki anak, tinggal bersama orang tuanya. la menghentikan sementara pendidikan pascasarjana karena masalah kesehatan dan tidak bekerja. la telah menjalani perawatan hemodialisis tiga kali seminggu selama dua tahun terakhir. Pada tahun 2015, setelah mengalami demam tinggi yang terputus-putus, penurunan berat badan yang signifikan (15 kg), dan muntah-muntah, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami pingsan. Setelah diperiksa, ia didiagnosis menderita SLE dengan keterlibatan organ. Sebelumnya, ia belum pernah menjalani operasi apa pun. Karena komplikasi SLE, dia telah dirawat di rumah sakit selama empat tahun. Dia memiliki alergi rhadap debu, deterjen, dan serbuk sari. Dia tidak memitiki riwayat merokok atau minum alkohol. Riwayat keluarganya termasuk ibunya yang menderita hipertensi dan ayahnya yang menderita diabetes. • Tanda-tanda vital: *Tekanan Darah: 85/60 mmg *Nadi: 84 x/mnt *Pernafasan 18x/menit * Suhu: 36.4°C
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi demografis yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit akibat SLE.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu akibat SLE.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan ketergantungan terkait dengan kondisi penyakit.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya keterbatasan fisik atau sumber daya.
2. Risiko infeksi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
3. Defisit perawatan diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diinginkan atau dibutuhkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan toleransi aktivitas, dengan hasil yang diharapkan seperti pemulihan kapasitas fungsional, penurunan kelelahan, dan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Pencegahan infeksi, dengan hasil yang diharapkan seperti tidak ada tanda-tanda infeksi, peningkatan daya tahan tubuh, dan minimnya risiko infeksi.
3. Peningkatan kemampuan perawatan diri, dengan hasil yang diharapkan seperti peningkatan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri, pengurangan ketergantungan, dan peningkatan kebersihan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas, seperti mengidentifikasi aktivitas yang dapat ditoleransi, memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas, dan mengembangkan program latihan aktivitas.
2. Pencegahan infeksi, seperti memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengajarkan teknik pencegahan infeksi.
3. Perawatan diri, seperti membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, mengajarkan teknik perawatan diri, dan memfasilitasi kemandirian dalam perawatan diri. -
Article No. 12515 | 19 Feb 2025
Klinis : telinga berdengung tidak ada sumbatan kepala sakit tensi normal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, dengan penjelasan yang terstruktur dan dengan nada akademis dan persona sebagai dokter atau perekam medis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: H93.1
- Deskripsi: Telinga berdengung (tinnitus)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (tidak ada):
Tidak ada tindakan medis yang spesifik yang dapat dikaitkan dengan kondisi ini, karena telinga berdengung (tinnitus) biasanya merupakan gejala yang tidak memerlukan tindakan invasif. Manajemen tinnitus umumnya melibatkan pendekatan non-invasif, seperti edukasi pasien, manajemen stres, dan penggunaan alat bantu dengar atau terapi suara, jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
- Kode ICD-10 H93.1 menggambarkan kondisi telinga berdengung atau tinnitus, yang merupakan persepsi suara atau bunyi di dalam telinga atau kepala tanpa ada sumber eksternal yang nyata.
- Tinnitus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti paparan suara keras, cedera kepala, penyakit telinga, stres, atau kondisi medis lainnya. Dalam kasus ini, tidak ada informasi tentang sumbatan atau penyakit telinga lainnya, sehingga tinnitus kemungkinan besar merupakan gejala isolat.
- Karena tidak ada informasi tentang adanya prosedur atau tindakan medis yang diperlukan, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan. Manajemen tinnitus biasanya berfokus pada pengelolaan gejala dan faktor penyebab, tanpa memerlukan tindakan invasif. -
Article No. 12516 | 19 Feb 2025
Klinis : luka robek dengan jahitan dua di jari tengah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan menjawab dengan format dan detil yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S61.00
- Deskripsi: Luka robek di jari tanpa kerusakan pada kuku
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.21
- Deskripsi: Jahitan luka tunggal
Penjelasan detail:
Pada kondisi yang Anda berikan, yaitu luka robek dengan jahitan dua di jari tengah, kode ICD-10 yang sesuai adalah S61.00 - Luka robek di jari tanpa kerusakan pada kuku. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi luka robek pada jari tanpa adanya kerusakan pada kuku. Dalam kasus ini, luka robek tersebut membutuhkan jahitan, yang dapat dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM 86.21 - Jahitan luka tunggal. Prosedur ini mencakup jahitan tunggal pada luka, yang sesuai dengan penanganan yang Anda deskripsikan pada kasus ini. -
Article No. 12517 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Penjelasan: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Termoregulasi (SLKI)
Penjelasan: Kemampuan untuk mengatur suhu tubuh pada rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Demam (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien dengan demam.
2. Pemantauan Tanda Vital (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk memantau tanda-tanda vital pasien, termasuk suhu tubuh.
3. Pemberian Terapi Farmakologis (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan suhu tubuh.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, termasuk faktor-faktor yang mungkin memengaruhi kondisi pasien, seperti riwayat medis, pola hidup, dan faktor lingkungan. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk memastikan penanganan yang tepat dan efektif bagi pasien. -
Article No. 12518 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien post tindakan VP shunt Perdarahan intraserebral didaerah frontal dan oksipital kanan. Perdarahan subarachnoid.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Intrakranial Berhubungan dengan Tindakan VP Shunt
Penjelasan:
Pasien pasca tindakan VP shunt memiliki risiko mengalami perdarahan intrakranial, khususnya perdarahan intraserebral di daerah frontal dan oksipital kanan, serta perdarahan subaraknoid. Hal ini dapat terjadi akibat adanya komplikasi dari tindakan operasi pemasangan VP shunt. Risiko ini perlu dievaluasi dan dikelola secara ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk kondisi pasien.
2. Gangguan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Perdarahan Intrakranial
Penjelasan:
Adanya perdarahan intrakranial, baik perdarahan intraserebral maupun perdarahan subaraknoid, dapat menyebabkan gangguan perfusi serebral dan aliran darah ke otak. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Kondisi ini perlu dikenali dan diatasi dengan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat.
3. Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial Berhubungan dengan Perdarahan Intrakranial
Penjelasan:
Perdarahan intrakranial, baik intraserebral maupun subaraknoid, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dapat mengakibatkan penurunan suplai darah dan oksigen ke otak, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan otak. Risiko peningkatan tekanan intrakranial perlu dikenali dan diatasi secara tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat mengancam jiwa pasien.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu perawat dalam melakukan praktik keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 12519 | 19 Feb 2025
Klinis : PAsien post VP shunt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan menyediakan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien post VP shunt.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap masuknya organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, intervensi medis, dan alat kesehatan yang digunakan.
2. Ketidakstabilan Neurologis
Definisi: Perubahan fungsi saraf yang bersifat sementara atau menetap.
Faktor Risiko: Pemasangan alat VP shunt dan adanya perubahan tekanan intrakranial.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan dan adanya pemasangan alat VP shunt.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi pada area pembedahan.
- Nilai tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai normal.
2. Ketidakstabilan Neurologis
- Tidak ada perubahan status mental atau fungsi neurologis yang signifikan.
- Tekanan intrakranial dalam batas normal.
- Fungsi saraf pusat dan otonom dalam batas normal.
3. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan yang signifikan akibat nyeri.
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala.
- Perawatan luka operasi sesuai prosedur.
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi.
2. Ketidakstabilan Neurologis
- Pemantauan status neurologis secara berkala.
- Pengkajian tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Pemberian obat-obatan untuk mengontrol tekanan intrakranial.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi neurologis yang tepat.
3. Nyeri Akut
- Pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Pemberian analgetik sesuai resep.
- Teknik manajemen nyeri nonfarmakologis (misalnya distraksi, relaksasi).
- Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi mengatasi nyeri.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan membantu pasien post VP shunt mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 12520 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, batuk, pilek dan berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, batuk, pilek dan berdahak.
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam, batuk, pilek, dan berdahak, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Etiologi: Sekresi yang berlebihan, peradangan, kelemahan otot pernapasan.
b. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas ambang batas normal.
Etiologi: Proses infeksi atau peradangan.
Diagnosa keperawatan tersebut menggambarkan permasalahan kesehatan utama yang dialami pasien, yaitu kesulitan membersihkan saluran pernapasan dan peningkatan suhu tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Kriteria hasil:
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien dapat bernapas dengan mudah
- Pasien memiliki bunyi napas yang bersih
- Pasien tidak mengalami sesak napas
b. Suhu Tubuh dalam Batas Normal
Definisi: Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5°C)
- Pasien tidak lagi merasakan sensasi panas
Luaran tersebut menggambarkan kondisi yang diharapkan tercapai setelah pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitor pola napas dan bunyi napas pasien
- Auskultasi suara napas dan identifikasi ada tidaknya ronki, wheezing, atau suara napas tambahan lainnya
- Anjurkan pasien untuk batuk dan bernapas dalam untuk mengeluarkan sekret
- Lakukan suction atau pemberian humidified oxygen jika diperlukan untuk membantu membersihkan jalan napas
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik batuk efektif dan perawatan jalan napas
b. Untuk Suhu Tubuh dalam Batas Normal:
- Monitor suhu tubuh pasien secara rutin
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi untuk membantu menurunkan suhu
- Berikan antipiretik sesuai instruksi medis
- Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen demam
Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk memfasilitasi pasien agar dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif dan suhu tubuh dalam batas normal, sesuai dengan luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pengelolaan asuhan keperawatan untuk pasien dengan keluhan demam, batuk, pilek, dan berdahak. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan.