Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10601 | 09 Jan 2025
Klinis : Pengelolaan glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci berdasarkan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi "Pengelolaan Glukosa Darah" adalah "Intoleransi Aktivitas" (SDKI, 2017). Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai "Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan dan/atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari" (SDKI, 2017). Pasien dengan masalah pengelolaan glukosa darah sering mengalami kelelahan, penurunan energi, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga diagnosa ini sesuai dengan kondisi tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Toleransi Aktivitas Meningkat" (SLKI, 2019). Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur peningkatan toleransi aktivitas antara lain: (1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, (2) Memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktivitas, (3) Tidak mengalami sesak napas, nyeri, atau tanda-tanda lain yang menunjukkan intoleransi aktivitas, dan (4) Meningkatnya kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan "Toleransi Aktivitas Meningkat" antara lain:
1. Manajemen Energi: Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi energi pasien, membantu pasien merencanakan dan mengatur aktivitas sehari-hari, serta mengajarkan teknik-teknik konservasi energi.
2. Peningkatan Aktivitas: Membantu pasien meningkatkan aktivitas secara bertahap, memantau respons tubuh terhadap aktivitas, dan memberikan motivasi serta dukungan.
3. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pengelolaan glukosa darah, tanda-tanda intoleransi aktivitas, serta strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain: Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, atau fisioterapis, untuk memastikan pengelolaan glukosa darah yang optimal dan intervensi yang komprehensif.
Penjelasan yang rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami Diagnosa Keperawatan, Luaran/Output, dan Intervensi Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Pengelolaan Glukosa Darah". Sebagai seorang perawat, saya siap untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 10602 | 09 Jan 2025
Klinis : infeksi saluran kencing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi infeksi saluran kencing, kode-kode yang dapat digunakan adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak ditentukan
Penjelasan:
- Kode N39.0 dalam ICD-10 adalah kode yang digunakan untuk infeksi saluran kemih yang tidak ditentukan lokasinya secara spesifik.
- Infeksi saluran kemih dapat melibatkan berbagai bagian sistem urinaria, seperti kandung kemih, uretra, atau ginjal, sehingga kode N39.0 digunakan untuk menggambarkan kondisi umum ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Prosedur lain pada saluran kemih dan organ kandung kemih, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 59.8 mencakup berbagai prosedur diagnostik dan terapeutik pada saluran kemih dan kandung kemih, seperti urinalisis, pengecekan kultur urin, kateterisasi, atau pemberian antibiotik intravena.
- Kode ini digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk mengelola infeksi saluran kemih, seperti pemeriksaan diagnostik dan pengobatan. -
Article No. 10603 | 09 Jan 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi diare:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diare dapat dikaitkan dengan beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), antara lain:
1. Diare akut: Definisi - Pengeluaran feses cair atau encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari yang berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebab - Infeksi, gangguan absorpsi, reaksi obat-obatan, dll.
2. Risiko dehidrasi: Definisi - Risiko penurunan cairan dan elektrolit tubuh yang dapat mengancam kesehatan. Faktor risiko - Diare, muntah, kurang asupan cairan, dll.
3. Gangguan keseimbangan cairan: Definisi - Ketidakmampuan mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh. Penyebab - Kehilangan cairan yang berlebihan melalui diare, muntah, dll.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan cairan dan elektrolit: Pasien menunjukkan tanda-tanda pemulihan cairan dan elektrolit yang adekuat, seperti peningkatan volume urin, membran mukosa lembap, nadi teraba kuat, dan tekanan darah normal.
2. Kontrol diare: Pasien menunjukkan frekuensi diare yang menurun dan konsistensi feses yang membaik.
3. Pengetahuan tentang perawatan diare: Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman yang baik tentang cara mengelola diare, seperti menjaga hidrasi, pemberian oralit, dan tanda-tanda komplikasi yang memerlukan konsultasi medis.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan cairan dan elektrolit:
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa, turgor kulit, dll.)
- Lakukan pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin, dll.)
2. Manajemen diare:
- Berikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
- Berikan obat-obatan antidiare sesuai resep dokter
- Edukasi tentang diet dan manajemen diare
3. Edukasi kesehatan:
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan komplikasi diare
- Instruksikan tentang praktik cuci tangan yang benar
- Jelaskan tanda-tanda keparahan yang memerlukan konsultasi medis
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai pemulihan cairan dan elektrolit, kontrol diare yang baik, serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi diare. -
Article No. 10604 | 09 Jan 2025
Klinis : diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada syok hemoragik pada tumor intra abdomen
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi syok hemoragik pada tumor intra abdomen. Saya akan menjelaskannya dari sudut pandang seorang pakar atau perawat profesional.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berdasarkan kondisi syok hemoragik pada tumor intra abdomen, beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
a. Penurunan Volume Cairan Tubuh
- Definisi: Kehilangan cairan tubuh yang melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Penyebab: Perdarahan akibat tumor intra abdomen.
- Tanda dan gejala: Nadi cepat dan lemah, hipotensi, turgor kulit menurun, ekstremitas dingin.
b. Penurunan Perfusi Jaringan
- Definisi: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di tingkat jaringan.
- Penyebab: Hipovolemia akibat perdarahan.
- Tanda dan gejala: Kulit pucat, ekstremitas dingin, sianosis, penurunan kesadaran.
c. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada kulit dan/atau jaringan di bawahnya.
- Penyebab: Tekanan, gesekan, dan kerusakan akibat perdarahan.
- Tanda dan gejala: Luka, lecet, atau kerusakan pada kulit.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat:
a. Mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
- Indikator: Nadi teraba kuat dan reguler, tekanan darah dalam batas normal, turgor kulit baik, dan perfusi perifer baik.
b. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- Indikator: Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, ekstremitas hangat, dan tidak terdapat tanda-tanda sianosis.
c. Mempertahankan integritas kulit yang baik.
- Indikator: Tidak terdapat luka, lecet, atau kerusakan pada kulit.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Intervensi terkait Penurunan Volume Cairan Tubuh:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
- Kaji karakteristik dan jumlah perdarahan.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan hemostatik, jika diperlukan.
- Pantau intake dan output cairan.
- Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
b. Intervensi terkait Penurunan Perfusi Jaringan:
- Monitor tingkat kesadaran pasien secara berkala.
- Pertahankan posisi tubuh yang memfasilitasi perfusi jaringan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Berikan cairan intravena untuk meningkatkan volume cairan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan vasoaktif, jika diperlukan.
- Lakukan perawatan luka, jika ada.
c. Intervensi terkait Gangguan Integritas Kulit:
- Identifikasi area kulit yang berisiko mengalami kerusakan.
- Lakukan perawatan kulit secara optimal, termasuk menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
- Berikan peralatan untuk mencegah terjadinya luka, seperti bantalan, matras anti-decubitus, dan lain-lain.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kulit yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim perawatan kulit, jika diperlukan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mempertahankan volume cairan tubuh, perfusi jaringan, dan integritas kulit yang baik, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10605 | 09 Jan 2025
Klinis : F23
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi F23, dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F23
- Deskripsi: Gangguan psikotik akut dan sementara
Kondisi F23 merujuk pada gangguan psikotik akut dan sementara, yang merupakan kelompok gangguan psikotik yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang muncul secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung singkat (kurang dari 1 bulan). Pasien dapat mengalami halusinasi, delusi, gangguan proses pikir, dan perubahan perilaku yang signifikan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.11
- Deskripsi: Terapi psikiatri - Terapi individual
Dalam penanganan pasien dengan kondisi F23, terapi psikiatri individual dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan. Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengatasi gejala-gejala psikotik, mencegah kekambuhan, dan memulihkan fungsi psikososialnya. -
Article No. 10606 | 09 Jan 2025
Klinis : apendiksitis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K35
- Deskripsi: Apendiksitis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Apendektomi, tindakan pembedahan untuk menghilangkan apendiks yang terinfeksi atau meradang.
Apendiksitis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada apendiks, yaitu struktur kecil berbentuk kantung yang terhubung dengan usus besar. Kondisi ini sering terjadi secara akut dan memerlukan penanganan segera untuk menghindari komplikasi seperti perforasi atau pecahnya apendiks.
Kode ICD-10 K35 digunakan untuk mengklasifikasikan apendiksitis akut, yang mencakup berbagai subtipe seperti apendiksitis perforasi, abses apendiks, dan apendiksitis dengan peritonitis. Sementara itu, kode ICD-9-CM 47.0 mengidentifikasi prosedur apendektomi, yaitu tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang terinfeksi.
Ketepatan pengkodean diagnosis dan prosedur medis sangat penting dalam dokumentasi medis, baik untuk tujuan perawatan pasien, penagihan biaya, maupun analisis epidemiologis. -
Article No. 10607 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan benjolan dipayudara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan benjolan di payudara.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kanker Payudara
Penjelasan:
Diagnosa ini didasarkan pada keluhan utama pasien yaitu adanya benjolan di payudara. Benjolan di payudara dapat menjadi salah satu gejala awal dari kanker payudara. Pasien memiliki risiko untuk mengembangkan kanker payudara, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah benjolan tersebut merupakan tanda-tanda awal kanker payudara atau bukan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerentanan individu untuk mengalami perkembangan tumor ganas di jaringan payudara.
Faktor Risiko: Riwayat keluarga dengan kanker payudara, usia di atas 40 tahun, faktor hormonal, gaya hidup, dll.
Gejala dan Tanda: Adanya benjolan di payudara, perubahan bentuk dan ukuran payudara, penarikan pada puting susu, dll.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari kanker payudara atau mampu mengendalikan perkembangan kanker payudara.
Indikator: Tidak ada benjolan di payudara, tidak ada perubahan bentuk dan ukuran payudara, pemeriksaan skrining kanker payudara dilakukan secara rutin, dll.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Edukasi tentang kanker payudara, pemantauan benjolan di payudara, pemeriksaan skrining, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan lanjutan, dll.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) untuk pasien dengan keluhan benjolan di payudara. Semoga informasi ini bermanfaat. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 10608 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pada mata sakit hingga ke kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Mata Berhubungan dengan Proses Patologis
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri mata berhubungan dengan proses patologis yang ditandai dengan keluhan pasien tentang rasa sakit atau tidak nyaman di area mata, bersifat akut atau kronis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri mata.
2. Pasien akan mendemonstrasikan perilaku mengurangi nyeri mata.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Lakukan pengkajian nyeri mata secara komprehensif.
2. Berikan analgesik sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi).
4. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan penyebab dan tatalaksana nyeri mata.
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri mata, penyebab, dan tatalaksana.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian nyeri mata secara menyeluruh, memantau tanda-tanda vital, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Selain itu, saya juga akan berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan penyebab dan tatalaksana nyeri mata, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri mata, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10609 | 09 Jan 2025
Klinis : Merasakan halusinasi dan perilaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi merasakan halusinasi dan perilaku.
Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensorik yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang sesuai. Hal ini dapat melibatkan semua modalitas sensorik, termasuk penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan halusinasi adalah klien dapat mengenali halusinasi, mengurangi frekuensi dan durasi halusinasi, serta dapat mengatasi halusinasi dengan tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani halusinasi antara lain:
1. Identifikasi tipe dan karakteristik halusinasi
2. Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung
3. Latih klien untuk mengontrol halusinasi
4. Berikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter
5. Lakukan terapi modalitas seperti terapi reminiscence atau terapi realitas
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara profesional dan komprehensif untuk membantu klien mengatasi permasalahan halusinasi dan perilaku yang dihadapinya. Pendekatan holistik akan dilakukan untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 10610 | 09 Jan 2025
Klinis : Adhd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dari perspektif seorang perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ADHD:
1. Gangguan Pemusatan Perhatian (00131)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memfokuskan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian yang konsisten pada tugas atau aktivitas.
- Karakteristik Definisi: Sulit berkonsentrasi, mudah terganggu, sulit memulai atau menyelesaikan tugas, kurang ketekunan, sering kehilangan barang, kurang disiplin.
2. Aktivitas Motorik Tidak Terkendali (00172)
- Definisi: Pola perilaku yang ditandai dengan gerakan yang berlebihan, tidak terarah, dan tidak dapat dikontrol.
- Karakteristik Definisi: Gerakan motorik berlebihan, tidak dapat duduk dengan tenang, sering berjalan-jalan, sulit mengikuti instruksi, impulsif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Kemampuan Berkonsentrasi (1860)
- Definisi: Sejauh mana individu mampu memusatkan perhatian pada tugas atau aktivitas yang sedang dilakukan.
- Kriteria Hasil:
- Klien dapat fokus pada tugas selama periode waktu yang semakin lama.
- Klien dapat mengurangi gangguan eksternal yang memengaruhi konsentrasi.
- Klien dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efisien.
2. Peningkatan Kontrol Aktivitas Motorik (1808)
- Definisi: Sejauh mana individu dapat mengatur dan mengendalikan gerakan motorik.
- Kriteria Hasil:
- Klien dapat duduk dengan tenang selama periode waktu yang semakin lama.
- Klien dapat mengurangi gerakan motorik yang berlebihan.
- Klien dapat mengikuti instruksi dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang mendukung pemusatan perhatian
- Identifikasi dan kurangi stimulus yang mengganggu konsentrasi (misalnya, suara berisik, cahaya terang).
- Berikan lingkungan yang tenang dan terstruktur untuk memudahkan fokus pada tugas.
- Gunakan alat bantu seperti timer atau penjadwalan untuk membantu klien tetap fokus.
2. Terapi Perilaku: Bantu klien mengembangkan strategi untuk mengontrol aktivitas motorik
- Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan diri untuk mengurangi gerakan motorik yang berlebihan.
- Terapkan penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan, seperti duduk dengan tenang.
- Latih kemampuan mengikuti instruksi dan menunggu giliran.
3. Edukasi Kesehatan: Berikan pemahaman tentang ADHD dan strategi pengelolaan
- Jelaskan karakteristik dan penyebab ADHD kepada klien dan keluarga.
- Ajarkan teknik manajemen diri, seperti pengaturan jadwal dan pemberian jeda.
- Dorong keterlibatan keluarga dalam mendukung pengelolaan ADHD.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif antara perawat, klien, dan keluarga, diharapkan klien dengan ADHD dapat meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, mengontrol aktivitas motorik, dan mencapai hasil yang optimal dalam kehidupan sehari-hari.