Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10591 | 09 Jan 2025
Klinis : Data objektif dari nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri terkontrol
2. Perilaku nyeri terkontrol
3. Kemampuan mengontrol nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Komplementer Nyeri
3. Edukasi Manajemen Nyeri
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab, karakteristik, dan dampak nyeri akut yang dialami pasien. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada pengelolaan nyeri, pemberian terapi komplementer, serta edukasi bagi pasien dan keluarga untuk meningkatkan kemampuan dalam mengontrol nyeri. Tujuannya adalah agar pasien dapat mencapai tingkat nyeri yang terkontrol dan dapat mengelola nyeri secara mandiri. -
Article No. 10592 | 09 Jan 2025
Klinis : Data objektif dari nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi (SDKI):
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Faktor Terkait (SDKI):
1. Agen cedera biologis
2. Agen cedera kimiawi
3. Agen cedera fisik
4. Prosedur diagnostik/terapeutik
Karakteristik Utama (SDKI):
1. Ekspresi verbal/non-verbal mengenai nyeri
2. Perubahan tanda-tanda vital
3. Perubahan perilaku
4. Fokus yang tidak dapat dialihkan
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Manajemen Analgetik
3. Distraksi
4. Relaksasi
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Tingkat Nyeri Terkendali
2. Perilaku Mengatasi Nyeri
3. Ketahanan terhadap Nyeri
4. Kenyamanan
Dalam kondisi nyeri akut, pasien akan mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti manajemen nyeri, manajemen analgetik, distraksi, dan relaksasi, untuk membantu pasien dalam mengendalikan, mengatasi, dan meningkatkan kenyamanan terkait dengan nyeri yang dirasakan. -
Article No. 10593 | 09 Jan 2025
Klinis : CHIEF COMPLAINT: The patient reports having a wound on her left foot that has not healed for a month and has been painful. The pain worsened in the last 3 days before admission, making it difficult for the patient to perform activities. The patient also complains of weakness, which led her child to bring her to the hospital. HISTORY OF PRESENT ILLNESS: A 58-year-old woman (Ms. S) presents with a complaint of a non-healing wound on her left foot for the past month. The wound initially started small but gradually became larger and is now producing yellow fluid with an unpleasant odor. The patient also experiences pain around the wound and mild fever for the past 3 days prior to admission. Pain in the left foot is rated at 6/4 on the pain scale. The foot appears swollen and red. The patient reports feeling frequently weak and has lost 7 kg over the past 3 months, although her appetite has not decreased. She also complains of frequent thirst and increased urination, especially at night. The patient has a history of diabetes for the past 10 years but has not been consistent with taking metformin, often forgetting to take her medication. She works as a small food vendor and admits not following the prescribed diet. The patient’s father died 8 years ago due to diabetes mellitus. PHYSICAL EXAMINATION: The patient is a middle-aged woman appearing weak. Weight: 60 kg, Height: 160 cm. Vital signs: Blood pressure: 140/85 mmHg, Pulse: 95 bpm, regular rhythm, Respiratory rate: 22 breaths/min, regular rhythm, no use of accessory muscles for breathing, Temperature: 37.8°C, Oxygen saturation: 98% on room air, extremities warm to the touch. Local examination shows an ulcer on the left dorsalis pedis, approximately 4 cm in diameter, with a yellow base, irregular edges, and erythematous surrounding area. The area around the wound feels warm. There are no signs of gangrene. Palpation reveals weak pulses in the dorsalis pedis and posterior tibial arteries. Examination of the toes shows signs of neuropathy (reduced sensation on monofilament test). Capillary refill time (CRT) > 3 seconds. No enlarged lymph nodes in the neck. Lung, heart, and abdominal examinations are within normal limits. SUPPORTING EXAMINATIONS: • Laboratory: Fasting blood glucose: 249 mg/dL (January 19, 2025) Blood glucose levels: 07:00: 287 mg/dL, 11:00: 214 mg/dL, 17:00: 188 mg/dL, 22:00: 314 mg/dL (January 25, 2025), 07:00: 280 mg/dL (January 26, 2025) HbA1c: 9.2% (January 25, 2025) Leukocytes: 14,500/mm³ (January 25, 2025) CRP: 10 mg/L (January 25, 2025) Albumin: 3.2 g/dL (January 25, 2025) • Wound Culture: Staphylococcus aureus, sensitive to ceftriaxone (January 2, 2025) • Ankle-Brachial Index (ABI): 0.7, indicating moderate arterial insufficiency. (January 25, 2025) • Chest X-Ray: Heart and lungs within normal limits, CRT < 50%. (January 25, 2025) • ECG: Sinus rhythm (January 25, 2025)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kasus pasien ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Integritas Kulit Terganggu
Berhubungan dengan adanya luka pada kaki kiri yang tidak kunjung sembuh, serta adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, edema, dan produksi eksudat.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan dengan penurunan berat badan 7 kg dalam 3 bulan terakhir, meskipun nafsu makan tidak menurun, serta kadar albumin rendah.
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien dalam mengontrol diabetes mellitus, sering lupa minum obat, dan tidak mengikuti diet yang dianjurkan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit Terpelihara
- Luka kaki kiri berangsur-angsur membaik dan sembuh
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka (tidak ada eritem, edema, eksudat)
- Tidak ada komplikasi akibat luka (osteomielitis, sepsis)
2. Status Nutrisi Membaik
- Berat badan kembali stabil
- Kadar albumin dalam batas normal
- Tidak ada keluhan terkait asupan nutrisi yang tidak cukup
3. Manajemen Kesehatan Efektif
- Pasien patuh dalam minum obat antidiabetes
- Pasien menjalankan diet yang dianjurkan
- Kadar gula darah terkontrol dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka
- Debridemen luka
- Aplikasi balutan modern (hidrokoloid, hydrogel, dll)
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Edukasi pasien tentang perawatan luka yang benar
2. Manajemen Nutrisi
- Asesmen status nutrisi secara komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang adekuat
- Pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien tentang diet yang sesuai dengan kondisinya
3. Manajemen Diabetes Mellitus
- Monitoring kadar gula darah secara rutin
- Pemberian insulin atau obat antidiabetes sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien tentang manajemen diabetes mellitus yang baik
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengoptimalkan penanganan diabetes
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Integritas Kulit Terganggu didasarkan pada adanya luka kaki kiri yang tidak kunjung sembuh selama satu bulan dan menunjukkan tanda-tanda infeksi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan segera.
Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh didasarkan pada penurunan berat badan pasien yang signifikan dalam 3 bulan terakhir, meskipun nafsu makan tidak menurun. Hal ini dapat berdampak pada proses penyembuhan luka dan peningkatan risiko komplikasi.
Diagnosa Manajemen Kesehatan Tidak Efektif didasarkan pada riwayat diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik, ketidakpatuhan dalam minum obat, dan ketidakpatuhan dalam menjalankan diet yang dianjurkan. Kondisi ini dapat memperburuk luka dan mengakibatkan komplikasi diabetes yang lebih serius.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup penyembuhan luka, perbaikan status nutrisi, dan manajemen diabetes mellitus yang efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi perawatan luka, manajemen nutrisi, dan pengelolaan diabetes mellitus secara komprehensif melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 10594 | 09 Jan 2025
Klinis : KELUHAN UTAMA: Pasien mengatakan memiliki luka di kaki kiri yang tidak kunjung sembuh di kaki kiri dan nyeri selama 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri memberat dalam 3 hari terkahir sehingga pasien sulit melakukan aktivitas. Pasien mengeluh lemas sehingga anaknya membawa pasien ke rumah sakit. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Seorang Wanita (Ny. S) berusia 58 tahun, datang dengan keluhan luka pada kaki kirinya yang tidak kunjung sembuh selama 1 bulan. Luka tersebut awalnya kecil namun bertambah besar dan mengeluarkan cairan kuning berbau tidak sedap. Pasien juga merasakan nyeri di sekitar luka dan mengalami demam ringan sejak 3 hari terakhir SMRS. Nyeri pada kaki kiri Skala A/I: 6/4. Kaki tampak bengkak dan kemerahan. Pasien menyatakan sering merasa lemas dan mengalami penurunan berat badan sebanyak 7 kg dalam 3 bulan terakhir, meskipun nafsu makannya tidak berkurang. Dia juga mengeluhkan sering merasa haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, terutama pada malam hari. Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes sudah10 tahun lalu dan tidak rutin mengkonsumsi obat metformin, tetapi ia mengaku sering lupa meminum obatnya. Pasien bekerja sebagai penjual makanan kecil dan mengaku tidak mengikuti diet ajuran dokter. Ayah pasien meninggal 8 tahun lalu karena diabetes mellitus. PEMERIKSAAN FISIK: Pasien adalah seorang wanita paruh baya dengan penampilan tampak lemah. Berat badan 60 kg, tinggi badan 160 cm. Tanda-tanda vital: tekanan darah 140/85 mmHg, denyut nadi 95x/menit irama regular, kekuatan 2+, frekuensi napas 22x/menit irama regular, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan, suhu 37,8°C, saturasi oksigen 98% dengan 02 room air, akral teraba hangat. Pemeriksaan lokal menunjukkan ulkus pada dorsalis pedis sinistra, diameter sekitar 4 cm, dengan dasar luka berwarna kuning, tepi tidak teratur, dan area sekitar luka eritematosa, area sekitar luka teraba hangat. Tidak ada tanda-tanda gangren. Palpasi menunjukkan denyut arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior teraba lemah. Pemeriksaan jari kaki menunjukkan adanya tanda-tanda neuropati (sensasi berkurang pada pemeriksaan monofilamen). CRT > 3 detik. Pemeriksaan leher tidak menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan paru-paru, jantung, dan abdomen dalam batas normal. PEMERIKSAAN PENUNJANG: • Laboratorium: o Glukosa darah puasa: 249 mg/dL (19 Januari 2025) o GDS 07:00: 287 mg/dL, 11:00: 214 mg/dL, 17:00: 188 mg/dL, 22:00: 314 mg/dL (25 Januari 2025), GDS 07.00: 280 mg/dL (26 Januari 2025) o HbA1c: 9,2% (25 Januari 2025) o Leukosit: 14.500/mm³ (25 Januari 2025) o CRP: 10 mg/L (25 Januari 2025) o Albumin: 3,2 g/dL (25 Januari 2025) • Kultur luka: Staphylococcus aureus yang sensitif terhadap ceftriaxone (2 Januari 2025) • Ankle-Brachial Index (ABI): 0,7 menunjukkan insufisiensi arteri moderat. (25 Januari 2025) • X-Ray Thorax: Cor dan Pulmo dalam batas normal, CRT<50%. (25 Januari 2025) • EKG: Sinus rhytim (25 Januari 2025) DIAGNOSA MEDIS: 1. Ulkus diabetikum grade 2 (Wagner Classification) pada kaki kiri. 2. Diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol. 3. Neuropati perifer diabetik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan, serta standar dari SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit
2. Nyeri Akut
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan yang lebih dalam, yang disebabkan oleh berbagai faktor.
SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
SIKI: Perawatan Luka, Debridemen, Pembersihan Luka
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
SDKI: Nyeri Akut
SLKI: Pengendalian Nyeri
SIKI: Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI: Risiko Infeksi
SLKI: Pencegahan Infeksi
SIKI: Perawatan Luka, Manajemen Infeksi, Pemberian Antibiotik
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kerusakan Integritas Kulit, Nyeri Akut, dan Risiko Infeksi. Standar asuhan keperawatan yang dapat digunakan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 10595 | 09 Jan 2025
Klinis : KELUHAN UTAMA: Pasien mengatakan memiliki luka di kaki kiri yang tidak kunjung sembuh di kaki kiri dan nyeri selama 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri memberat dalam 3 hari terkahir sehingga pasien sulit melakukan aktivitas. Pasien mengeluh lemas sehingga anaknya membawa pasien ke rumah sakit. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Seorang Wanita (Ny. S) berusia 58 tahun, datang dengan keluhan luka pada kaki kirinya yang tidak kunjung sembuh selama 1 bulan. Luka tersebut awalnya kecil namun bertambah besar dan mengeluarkan cairan kuning berbau tidak sedap. Pasien juga merasakan nyeri di sekitar luka dan mengalami demam ringan sejak 3 hari terakhir SMRS. Nyeri pada kaki kiri Skala A/I: 6/4. Kaki tampak bengkak dan kemerahan. Pasien menyatakan sering merasa lemas dan mengalami penurunan berat badan sebanyak 7 kg dalam 3 bulan terakhir, meskipun nafsu makannya tidak berkurang. Dia juga mengeluhkan sering merasa haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, terutama pada malam hari. Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes sudah10 tahun lalu dan tidak rutin mengkonsumsi obat metformin, tetapi ia mengaku sering lupa meminum obatnya. Pasien bekerja sebagai penjual makanan kecil dan mengaku tidak mengikuti diet ajuran dokter. Ayah pasien meninggal 8 tahun lalu karena diabetes mellitus. PEMERIKSAAN FISIK: Pasien adalah seorang wanita paruh baya dengan penampilan tampak lemah. Berat badan 60 kg, tinggi badan 160 cm. Tanda-tanda vital: tekanan darah 140/85 mmHg, denyut nadi 95x/menit irama regular, kekuatan 2+, frekuensi napas 22x/menit irama regular, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan, suhu 37,8°C, saturasi oksigen 98% dengan 02 room air, akral teraba hangat. Pemeriksaan lokal menunjukkan ulkus pada dorsalis pedis sinistra, diameter sekitar 4 cm, dengan dasar luka berwarna kuning, tepi tidak teratur, dan area sekitar luka eritematosa, area sekitar luka teraba hangat. Tidak ada tanda-tanda gangren. Palpasi menunjukkan denyut arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior teraba lemah. Pemeriksaan jari kaki menunjukkan adanya tanda-tanda neuropati (sensasi berkurang pada pemeriksaan monofilamen). CRT > 3 detik. Pemeriksaan leher tidak menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan paru-paru, jantung, dan abdomen dalam batas normal. PEMERIKSAAN PENUNJANG: • Laboratorium: o Glukosa darah puasa: 249 mg/dL (19 Januari 2025) o GDS 07:00: 287 mg/dL, 11:00: 214 mg/dL, 17:00: 188 mg/dL, 22:00: 314 mg/dL (25 Januari 2025), GDS 07.00: 280 mg/dL (26 Januari 2025) o HbA1c: 9,2% (25 Januari 2025) o Leukosit: 14.500/mm³ (25 Januari 2025) o CRP: 10 mg/L (25 Januari 2025) o Albumin: 3,2 g/dL (25 Januari 2025) • Kultur luka: Staphylococcus aureus yang sensitif terhadap ceftriaxone (2 Januari 2025) • Ankle-Brachial Index (ABI): 0,7 menunjukkan insufisiensi arteri moderat. (25 Januari 2025) • X-Ray Thorax: Cor dan Pulmo dalam batas normal, CRT<50%. (25 Januari 2025) • EKG: Sinus rhytim (25 Januari 2025) DIAGNOSA MEDIS: 1. Ulkus diabetikum grade 2 (Wagner Classification) pada kaki kiri. 2. Diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol. 3. Neuropati perifer diabetik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
- SLKI: Pemulihan integritas kulit, penyembuhan luka, dan pencegahan komplikasi.
- SIKI: Perawatan luka, manajemen nyeri, manajemen diabetes melitus.
Penjelasan:
Pasien mengalami luka di kaki kiri yang tidak kunjung sembuh selama 1 bulan. Luka tersebut bertambah besar, mengeluarkan cairan kuning berbau tidak sedap, dan pasien juga merasakan nyeri di sekitar luka. Hal ini menunjukkan adanya kerusakan pada kulit dan membran mukosa (integritas kulit).
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Penurunan nyeri, peningkatan kenyamanan.
- SIKI: Manajemen nyeri, terapi analgesik.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kiri dengan skala 6/4 (Skala A/I). Nyeri tersebut membuat pasien sulit melakukan aktivitas. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang perlu ditangani.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Perbaikan status nutrisi, peningkatan berat badan.
- SIKI: Manajemen diabetes melitus, edukasi gizi.
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 7 kg dalam 3 bulan terakhir, meskipun nafsu makannya tidak berkurang. Selain itu, pasien juga mengalami diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi dengan kebutuhan tubuh.
4. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, peningkatan kemampuan fungsional.
- SIKI: Manajemen aktivitas, perawatan luka, konseling.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan sering merasa lemas, sehingga anaknya membawa pasien ke rumah sakit. Pasien juga menyatakan sulit melakukan aktivitas karena nyeri pada kaki kiri. Hal ini menunjukkan adanya intoleransi aktivitas yang perlu ditangani. -
Article No. 10596 | 09 Jan 2025
Klinis : abses
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang profesional kesehatan, berikut adalah informasi terkait kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi abses:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L02
- Deskripsi: Abses kulit dan jaringan subkutan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insiasi dan drainase abses kutan atau subkutaneus
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10: L02 (Abses kulit dan jaringan subkutan)
- Kode L02 mencakup berbagai jenis abses yang terjadi pada kulit dan jaringan subkutan, seperti:
- L02.0: Abses di wajah
- L02.1: Abses di leher
- L02.2: Abses di batang tubuh
- L02.3: Abses di ekstremitas atas
- L02.4: Abses di ekstremitas bawah
- L02.8: Abses di lokasi lainnya
- L02.9: Abses, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 86.04 (Insiasi dan drainase abses kutan atau subkutaneus)
- Kode 86.04 mencakup prosedur bedah untuk melakukan insiasi dan drainase abses yang terjadi pada kulit atau jaringan subkutan.
- Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan dan materi purulen dari dalam abses, sehingga dapat membantu proses penyembuhan.
- Tindakan ini biasanya dilakukan di bawah anestesi lokal, dan dapat diikuti dengan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
Kode-kode di atas merupakan contoh pengkodean yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi abses dalam rekam medis pasien. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk menjaga keakuratan dan kelengkapan data medis. -
Article No. 10597 | 09 Jan 2025
Klinis : Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri ulu hati, rasa nyeri seperti di terbakar. Dengan skala nyeri berada di 4 dari 0-10, nyeri dirasakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS), memberat pada saat malam hari. Pasien juga mengatakan mual namun muntah tidak ada, demam tidak ada, dan pasien mengatakan sejak nyeri dirasakan nafsu makan berkurang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati seperti terbakar, skala nyeri 4 dari 0-10, nyeri dirasakan 1 minggu SMRS, memberat pada malam hari, dan disertai mual.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan: Pasien melaporkan nyeri terkendali, dengan kriteria hasil: 1) Pasien melaporkan nyeri berkurang, 2) Pasien tampak rileks, dan 3) Pasien dapat beristirahat/tidur dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi: 1) Manajemen Nyeri, bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien, 2) Pemberian Antiemetik, bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mual, dan 3) Pengaturan Pola Istirahat, bertujuan untuk memfasilitasi istirahat dan tidur pasien.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa dan intervensi ini akan diimplementasikan secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien mencapai kondisi yang optimal. -
Article No. 10598 | 09 Jan 2025
Klinis : Ganggu integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Gangguan Integritas Kulit".
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan:
Gangguan Integritas Kulit adalah ketidakmampuan struktur dan fungsi kulit untuk melindungi tubuh secara adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, penyakit, usia, atau kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Integritas Kulit didefinisikan sebagai "Perubahan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis." Kode diagnosis ini memiliki kode SDKI 00046.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran keperawatan yang terkait dengan Gangguan Integritas Kulit antara lain:
1. Integritas Kulit: Integritas kulit yang memadai
2. Peningkatan Kenyamanan: Tingkat kenyamanan yang memadai
3. Penyembuhan Luka: Luka yang sembuh
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Gangguan Integritas Kulit antara lain:
1. Perawatan Luka
2. Manajemen Nyeri
3. Terapi Nutrisi
4. Edukasi Kesehatan
Dalam praktik keperawatan, diagnosis, luaran, dan intervensi yang sesuai akan ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Tujuan utamanya adalah untuk memulihkan integritas kulit, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan serta kualitas hidup pasien. -
Article No. 10599 | 09 Jan 2025
Klinis : Ganggu integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Ganggu integritas kulit":
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Ganggu integritas kulit" berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Kerusakan Integritas Kulit didefinisikan sebagai "Perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imobilitas, malnutrisi, atau faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada lapisan epidermis, dermis, atau hipodermis kulit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan diagnosa keperawatan "Kerusakan Integritas Kulit", beberapa luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah:
a. Integritas Kulit: Tingkat kerusakan kulit berkurang.
b. Luka: Luka sembuh.
c. Nyeri: Tingkat nyeri yang berhubungan dengan luka berkurang.
d. Perfusi Jaringan Perifer: Sirkulasi darah ke kulit dan jaringan di bawahnya membaik.
e. Toleransi Aktivitas: Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Kerusakan Integritas Kulit" dan luaran/output yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah:
a. Perawatan Luka: Melakukan pembersihan, penutupan, dan perlindungan luka untuk memfasilitasi penyembuhan.
b. Manajemen Nutrisi: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk mendukung penyembuhan luka.
c. Manajemen Aktivitas: Memfasilitasi aktivitas fisik yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
d. Manajemen Nyeri: Melakukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan luka.
e. Peningkatan Perfusi Jaringan: Melakukan intervensi untuk meningkatkan sirkulasi darah ke kulit dan jaringan di bawahnya.
f. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, pencegahan komplikasi, dan gaya hidup yang mendukung penyembuhan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi "Ganggu integritas kulit". Setiap poin dijelaskan secara rinci dan terperinci, dengan tone akademis dan persona pakar perawat. -
Article No. 10600 | 09 Jan 2025
Klinis : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai "Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah". Diagnosis ini merujuk pada keadaan seorang individu yang menunjukkan potensi untuk meningkatkan perkembangan pada masa usia sekolah, yang meliputi aspek kognitif, psikososial, dan motorik.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
SDKI:
Diagnosis keperawatan "Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah" merujuk pada keadaan individu yang memiliki potensi untuk meningkatkan perkembangan pada masa usia sekolah, yang mencakup kemampuan belajar, memecahkan masalah, berinteraksi sosial, dan mengembangkan kemandirian.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah peningkatan perkembangan usia sekolah, yang ditandai dengan peningkatan kemampuan kognitif, psikososial, dan motorik sesuai dengan tahap perkembangan.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mendukung perkembangan usia sekolah meliputi:
1. Promosi perkembangan usia sekolah
2. Edukasi tentang tahap perkembangan usia sekolah
3. Fasilitasi aktivitas bermain dan belajar
4. Kolaborasi dengan keluarga dan profesional terkait
5. Evaluasi dan monitoring perkembangan anak
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, perawat dapat memfasilitasi dan mendukung kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah pada pasien.