Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12544 | 19 Feb 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin. Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sesuai dengan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam Mencuci Tangan dan Memelihara Kebersihan Gigi dan Kuku
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa perilaku siswa yang menunjukkan risiko defisit perawatan diri, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, kebersihan gigi dan mulut kurang, serta kuku jari tangan yang kotor dan panjang. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan, seperti infeksi dan penyakit menular.
SDKI: Risiko Defisit Perawatan Diri
SLKI: Perilaku Perawatan Diri Efektif
SIKI: Pendidikan Kesehatan; Perawatan Kebersihan Diri
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan Higiene Pribadi yang Buruk dan Paparan Lingkungan yang Tidak Higienis
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada siswa, seperti kebersihan makanan yang dijual di pinggir jalan yang tidak terjamin, dan adanya siswa yang menderita cacingan. Selain itu, perilaku siswa yang tidak mencuci tangan dan kebersihan gigi dan kuku yang kurang juga dapat menjadi faktor risiko infeksi.
SDKI: Risiko Infeksi
SLKI: Kontrol Infeksi
SIKI: Edukasi Kesehatan; Manajemen Lingkungan
3. Risiko Cedera berhubungan dengan Kurangnya Ketersediaan Petugas Penyeberang Jalan dan Banyaknya Kendaraan yang Lewat
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat risiko cedera pada siswa yang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan petugas penyeberang jalan dan banyaknya kendaraan yang lewat. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas pada siswa.
SDKI: Risiko Cedera
SLKI: Keselamatan Diri
SIKI: Manajemen Lingkungan Aman; Edukasi Keselamatan
Dengan demikian, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi yang diberikan telah diuraikan. Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pihak sekolah dan puskesmas untuk mengembangkan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang teridentifikasi. -
Article No. 12502 | 19 Feb 2025
Klinis : SOP pemeriksaan fisik pada anak sakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan SOP pemeriksaan fisik pada anak sakit.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z00.1
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan rutin pada anak
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.7
- Deskripsi: Pemeriksaan fisik komprehensif, termasuk pengukuran tanda-tanda vital, inspeksi fisik, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Z00.1 digunakan untuk mengkodekan pemeriksaan kesehatan rutin pada anak, termasuk pemeriksaan fisik yang dilakukan sesuai dengan SOP.
2. Kode ICD-9-CM 89.7 mencakup prosedur pemeriksaan fisik komprehensif, yang meliputi:
- Pengukuran tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan)
- Inspeksi fisik (pengamatan visual terhadap kondisi kulit, mata, telinga, hidung, mulut, dan lain-lain)
- Palpasi (pemeriksaan dengan perabaan untuk mendeteksi abnormalitas atau kelainan)
- Perkusi (pemeriksaan dengan ketukan untuk menilai kondisi organ dalam)
- Auskultasi (pemeriksaan dengan mendengarkan suara-suara tubuh menggunakan stetoskop)
Pemeriksaan fisik yang komprehensif ini bertujuan untuk mengevaluasi secara menyeluruh kondisi kesehatan anak, mendeteksi tanda-tanda penyakit, dan membantu dalam proses diagnosis dan perencanaan perawatan selanjutnya. -
Article No. 12503 | 19 Feb 2025
Klinis : SOP pemeriksaan fisik pada anak sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
2. Risiko Infeksi
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur tidak efektif.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur, serta membantu klien mencapai pola tidur yang sehat.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi pada klien.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi faktor risiko infeksi, memantau tanda-tanda infeksi, dan melakukan tindakan pencegahan serta pengendalian infeksi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi dan kemampuan beraktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas, dan membantu klien meningkatkan kapasitas fungsionalnya.
Dalam konteks pemeriksaan fisik pada anak sakit, perawat harus mengacu pada SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Hal ini bertujuan untuk memastikan keseragaman dan kualitas dalam melakukan pemeriksaan fisik pada anak, serta menjamin keselamatan dan kenyamanan bagi pasien. Perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam melakukan pemeriksaan fisik secara komprehensif, mencakup pengkajian tanda-tanda vital, status neurologis, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, dan lain-lain. -
Article No. 12504 | 19 Feb 2025
Klinis : SOP pemeriksaan fisik pada anak sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Certainly, here is a detailed and comprehensive response for the given scenario:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: SOP pemeriksaan fisik pada anak sakit
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai untuk SOP pemeriksaan fisik pada anak sakit adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (00238)
Definisi: Rentan mengalami perubahan status kardiovaskular, respirasi, suhu tubuh, dan/atau perfusi yang dapat membahayakan kesehatan.
Karakteristik Definisi: Anak menunjukkan perubahan pada nadi, pernapasan, suhu tubuh, dan/atau tekanan darah yang dapat membahayakan kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital (0802)
- Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
- Anak menunjukkan pola pernapasan yang stabil
- Anak menunjukkan suhu tubuh yang stabil
- Anak menunjukkan tekanan darah yang stabil
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680)
- Pantau dan catat nadi, pernapasan, suhu tubuh, dan tekanan darah anak secara berkala
- Lakukan pengukuran tanda-tanda vital dengan teknik yang benar
- Bandingkan hasil pemantauan dengan nilai normal untuk usia anak
- Laporkan perubahan tanda-tanda vital yang menyimpang dari normal
2. Manajemen Demam (3740)
- Pantau suhu tubuh anak secara berkala
- Berikan obat penurun demam sesuai instruksi
- Lakukan tindakan fisik untuk menurunkan suhu tubuh, seperti kompres hangat
- Edukasikan kepada keluarga tentang penanganan demam pada anak
3. Manajemen Nyeri (1400)
- Kaji intensitas dan karakteristik nyeri yang dialami anak
- Berikan tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai kebutuhan
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika perlu
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital" dipilih karena anak sakit rentan mengalami perubahan pada tanda-tanda vital, seperti nadi, pernapasan, suhu tubuh, dan tekanan darah, yang dapat membahayakan kesehatannya. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, manajemen demam, dan manajemen nyeri menjadi intervensi keperawatan yang penting untuk mencapai luaran/output berupa stabilitas tanda-tanda vital anak. -
Article No. 12505 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Nyeri Akut
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
- SLKI: Pasien menunjukkan tanda-tanda pernapasan tidak efektif, seperti napas cepat dan dalam, penggunaan otot bantu pernapasan, dan sesak napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, membantu batuk efektif, dan melakukan terapi pernapasan.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam kaitannya dengan kerusakan tersebut.
- SLKI: Pasien melaporkan nyeri pada tangan yang terpasang infus dan terasa sedikit bengkak.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai nyeri, memberikan analgesik, mengompres area yang nyeri, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Terdapat tanda-tanda infeksi pada tangan yang terpasang infus, seperti bengkak.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan area infus, melakukan perawatan infus sesuai prosedur, dan memberikan antibiotik sesuai indikasi.
Secara umum, penanganan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memonitor status pernapasan dan oksigenasi pasien, mengelola nyeri, serta mencegah komplikasi infeksi terkait tindakan medis. Fokus utama adalah mempertahankan bersihan jalan napas, mengatasi nyeri, dan mencegah infeksi. -
Article No. 12506 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikan saya satu menit untuk menganalisis kondisi pasien ini dan memberikan diagnosa, luaran, serta intervensi keperawatan yang tepat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan sesak napas.
- Ditandai dengan pasien mengeluh sesak napas, napas cepat dan dalam.
2. Nyeri Akut
- Berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dan prosedur (pemasangan infus).
- Ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada tangan yang terpasang infus dan dada ketika batuk.
3. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan kelemahan, sesak napas yang memburuk saat aktivitas.
- Ditandai dengan pasien merasa lemas dan sesak napas memburuk saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas normal.
- Pasien mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Tidak ada tanda-tanda distress pernafasan.
2. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat mengenali faktor penyebab nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
- Pasien melaporkan nyeri terkontrol pada skala 1-3.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi saat beraktivitas.
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan kemampuan fungsional.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernafasan (frekuensi, kedalaman, irama).
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Berikan nebulizer/bronkodilator jika diperlukan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan bernapas dalam.
- Lakukan suction jika diperlukan.
2. Nyeri Akut
- Identifikasi karakteristik, lokasi, kualitas, durasi, dan faktor penyebab nyeri.
- Berikan analgesik sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi).
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen nyeri.
3. Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi status fisiologis pasien saat beraktivitas.
- Anjurkan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi saat beraktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
- Berikan dukungan emosional dan motivasi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. Jika ada pertanyaan lain, silakan bertanya. -
Article No. 12507 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infus yang terpasang di tangan kiri pasien, ditandai dengan pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas dan kelemahan, ditandai dengan pasien mengatakan sesak napas memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyakit paru-paru, ditandai dengan pasien tampak sesak napas, respirasi cepat dan dalam, serta saturasi oksigen 98% dengan pemberian oksigen 3 lpm.
4. Mual berhubungan dengan penyakit paru-paru, ditandai dengan pasien mengatakan perut terasa mual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri pada skala nyeri 0-10.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman tanpa mengeluh nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Pertukaran Gas:
- Pasien dapat mempertahankan nilai saturasi oksigen dalam batas normal.
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien dapat melaporkan penurunan gejala sesak napas.
4. Mual:
- Pasien dapat melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen mual yang efektif.
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan tindakan pengelolaan nyeri sesuai kebutuhan pasien, seperti pemberian analgesik, kompres hangat, dan teknik relaksasi.
- Identifikasi dan hilangkan penyebab nyeri, seperti mengganti akses infus yang nyeri.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti latihan fisik bertahap dan pengaturan aktivitas.
- Ajarkan pasien teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Libatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
3. Pertukaran Gas:
- Lakukan pengkajian status pernapasan pasien secara komprehensif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dan pantau saturasi oksigen.
- Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi untuk mengurangi sesak napas.
4. Mual:
- Lakukan pengkajian mual dan muntah secara komprehensif.
- Berikan antiemetik sesuai resep dan pantau efektivitasnya.
- Identifikasi dan hilangkan penyebab mual, seperti pengaturan diet dan pemberian cairan.
- Ajarkan teknik manajemen mual mandiri, seperti teknik relaksasi dan distraksi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien secara komprehensif. Diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien dalam meningkatkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 12508 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Nyeri Akut
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan fisioterapi dada.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan relaksasi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen aktivitas, latihan fisik, dan terapi energi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami sesak napas, lemas, nyeri dada saat batuk, dan mual. Setelah dilakukan pengkajian, pasien juga mengeluhkan nyeri dan bengkak pada tangan yang terpasang infus. Dengan mempertimbangkan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Nyeri Akut, dan Intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen nyeri, relaksasi, manajemen aktivitas, dan latihan fisik. -
Article No. 12509 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif (infus) ditandai dengan pasien mengeluh tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional ditandai dengan pasien masih merasa lemas, sesak napas memburuk saat melakukan aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret berlebih ditandai dengan napas cepat dan dalam, serta pasien merasa dada terasa tidak nyaman saat batuk.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan bahwa nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 2 atau kurang.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi di daerah insersi infus.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien akan melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas dari sangat terbatas menjadi hanya terbatas ringan.
- Pasien akan mendemonstrasikan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama dan setelah aktivitas.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien akan melaporkan penurunan rasa tidak nyaman saat batuk.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengatur dan mengeluarkan sekret.
- Pasien akan menunjukkan perbaikan pada frekuensi napas dan penggunaan otot bantu napas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Lakukan perawatan daerah insersi infus untuk mencegah infeksi.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik-teknik penghemat energi dan pacing saat beraktivitas.
- Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan pengkajian fungsi pernapasan pasien.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Berikan suction dan postural drainage jika diperlukan.
- Pantau karakteristik sekret pernapasan.
Penjelasan di atas merupakan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya telah memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin. Jika ada pertanyaan atau penjelasan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 12510 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan isk pasien terpasang kateter
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien terpasang kateter, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat profesional.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus pencegahan ISK pada pasien terpasang kateter adalah "Risiko Infeksi" (00004). Diagnosis ini menggambarkan bahwa pasien memiliki kerentanan terhadap invasi dan perkembangan mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih. Pasien terpasang kateter memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami ISK karena kateter dapat menjadi jalur masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkendali: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi atau iritasi di area kateter.
3. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memahami pentingnya perawatan kateter dan upaya pencegahan ISK.
4. Perilaku Pencegahan Infeksi: Pasien dan/atau keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan dengan benar dan menjaga kebersihan area kateter.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan gejala infeksi secara rutin.
b. Lakukan perawatan kateter sesuai prosedur yang benar, seperti mempertahankan sterilitas saat memasang atau mengganti kateter.
c. Berikan antibiotik sesuai indikasi untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
2. Edukasi Kesehatan:
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perawatan kateter dan pencegahan ISK.
b. Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar dan pemeliharaan kebersihan area kateter.
c. Fasilitasi pemahaman pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya melaporkan segera.
3. Manajemen Cairan:
a. Pantau intake dan output cairan pasien secara cermat.
b. Dorong pasien untuk mengonsumsi cairan yang cukup untuk meningkatkan volume urin dan mencegah stagnasi urin.
4. Perawatan Luka:
a. Lakukan perawatan area kateter secara rutin dengan teknik aseptik.
b. Perhatikan tanda-tanda iritasi atau infeksi pada area kateter dan lakukan tindakan yang sesuai.
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien terpasang kateter dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.