Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10717 | 10 Jan 2025
Klinis : faktor risiko infeksi di wilayah rawan banjir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi faktor risiko infeksi di wilayah rawan banjir:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis Keperawatan: Risiko infeksi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan kolonisasi patogen, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Faktor risiko:
- Faktor lingkungan: Tinggal di wilayah rawan banjir
- Faktor perilaku: Kurangnya pengetahuan dan praktik perilaku hidup bersih dan sehat
- Faktor fisiologis: Paparan terhadap kontaminan akibat banjir
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Luaran: Kontrol Risiko Infeksi
Definisi: Kemampuan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengelola faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi.
Kriteria Hasil:
- Pengetahuan tentang pencegahan infeksi meningkat
- Perilaku hidup bersih dan sehat diterapkan
- Lingkungan sekitar bebas dari kontaminan
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Intervensi:
a. Pendidikan Kesehatan
- Berikan informasi tentang risiko infeksi di wilayah rawan banjir
- Ajarkan teknik cuci tangan yang benar
- Edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat
b. Manajemen Lingkungan
- Identifikasi dan bersihkan area yang terkontaminasi
- Bantu dalam membuat saluran drainase yang baik
- Berikan rekomendasi terkait pengelolaan sampah
c. Pemantauan Tanda Vital
- Pantau suhu tubuh untuk deteksi dini tanda infeksi
- Awasi perubahan tanda-tanda vital lainnya
d. Kolaborasi
- Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, sanitarian, dll.)
- Rujuk ke fasilitas kesehatan jika diperlukan perawatan lanjutan
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena kondisi tinggal di wilayah rawan banjir meningkatkan kerentanan terhadap invasi dan kolonisasi patogen, yang dapat menyebabkan infeksi. Luaran yang diharapkan adalah "Kontrol Risiko Infeksi", di mana pasien dan keluarga memiliki kemampuan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengelola faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat, manajemen lingkungan untuk meminimalkan kontaminasi, pemantauan tanda vital untuk deteksi dini, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif. Tujuannya adalah untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang tinggal di wilayah rawan banjir. -
Article No. 10718 | 10 Jan 2025
Klinis : nyeri sendi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bu/Pak. Perkenalkan, saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri sendi.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Sendi (Pain)
Definisi:
Nyeri sendi adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan pada sendi.
Penyebab:
1. Inflamasi sendi (artritis, osteoartritis, gout)
2. Cedera pada sendi (fraktur, dislokasi, terkilir)
3. Penyakit degeneratif (osteoporosis)
4. Faktor psikologis (stres, kecemasan)
Tanda dan Gejala:
1. Rasa sakit, nyeri, atau tidak nyaman di area sendi
2. Pembengkakan, kemerahan, dan peningkatan suhu pada sendi
3. Keterbatasan gerak dan fungsi sendi
4. Penurunan kekuatan otot sekitar sendi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab nyeri, menggunakan tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Mobilisasi Sendi: Memfasilitasi pergerakan sendi secara bertahap untuk mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak.
3. Terapi Komplementer: Menggunakan terapi komplementer seperti kompres dingin/hangat, akupresur, atau terapi lainnya untuk mengurangi nyeri.
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi.
3. Pasien menunjukkan pengurangan pembengkakan dan peradangan pada sendi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Bapak/Ibu dalam memahami kondisi nyeri sendi beserta standar diagnosis dan intervensi keperawatan yang direkomendasikan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih. -
Article No. 10719 | 10 Jan 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, dengan hasil pemeriksaan yang menunjukkan kemungkinan campak, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Risiko penyebaran penyakit berhubungan dengan paparan virus campak.
Definisi: Kerentanan untuk transmisi mikroorganisme patogen dari satu individu ke individu lain, yang dapat membahayakan kesehatan.
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus campak.
Definisi: Suhu tubuh di atas normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ruam akibat proses infeksi virus campak.
Definisi: Kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
d. Gangguan pola napas berhubungan dengan batuk kering akibat proses infeksi virus campak.
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau kemudahan bernapas yang menyebabkan ketidaknyamanan.
e. Gangguan sensori persepsi (penglihatan) berhubungan dengan mata merah akibat proses infeksi virus campak.
Definisi: Perubahan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisir, dan memahami informasi sensorik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengendalian proses infeksi
Definisi: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi risiko transmisi patogen.
Kriteria hasil:
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat infeksi virus campak.
- Tidak terjadi transmisi virus campak ke orang lain.
b. Suhu tubuh dalam batas normal
Definisi: Pengaturan suhu tubuh yang berada dalam rentang normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh pasien kembali normal.
- Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh yang berkelanjutan.
c. Integritas kulit
Definisi: Keutuhan struktur dan fungsi kulit.
Kriteria hasil:
- Ruam merah pada kulit berangsur-angsur membaik.
- Tidak terjadi kerusakan kulit yang lebih luas.
d. Pola napas efektif
Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Kriteria hasil:
- Batuk kering pasien berkurang atau menghilang.
- Pasien dapat bernapas dengan nyaman.
e. Sensori persepsi (penglihatan) membaik
Definisi: Kemampuan untuk menerima, mengorganisir, dan memahami informasi visual.
Kriteria hasil:
- Mata merah pasien berangsur-angsur membaik.
- Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pengendalian proses infeksi:
- Isolasi pasien untuk mencegah transmisi virus campak.
- Edukasi keluarga tentang pencegahan penularan.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala infeksi secara teratur.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antivirus atau simptomatik.
b. Manajemen demam:
- Pemberian obat antipiretik sesuai indikasi.
- Kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
- Pemantauan suhu tubuh secara teratur.
- Identifikasi penyebab demam dan penanganannya.
c. Perawatan kulit:
- Pemberian pelembab kulit untuk mengurangi iritasi.
- Pencegahan infeksi sekunder pada kulit yang luka.
- Perawatan luka pada kulit yang terkena ruam.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi topikal, jika diperlukan.
d. Manajemen jalan napas:
- Pengaturan posisi tidur yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan.
- Pemberian humidifikasi oksigen, jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi batuk atau bronkodilator, jika diperlukan.
e. Manajemen sensori:
- Pemberian kompres hangat atau dingin pada mata yang merah.
- Pengaturan pencahayaan untuk mengurangi iritasi mata.
- Pemberian obat tetes mata, jika diperlukan.
- Pemantauan fungsi penglihatan secara teratur.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, sehingga pemulihan dan pencegahan komplikasi dapat tercapai. -
Article No. 10720 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan, 21 tahun, G1P0A0, hamil 37 minggu, datang ke Poli Kebidanan dengan keluhan kepalanya pusing . Hasil wawancara diperoleh bahwa pasien mengatakan belum pernah mengalami pusing seperti yang dirasakan saat ini, selain pusing pasien juga mengeluh mual dan nyeri disekiitar ulu hati, serta tidak dapat melihat dengan jelas. Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit darah tinggi. Hasil pemeriksaan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 23x/menit, TFU 32 cm, fundus teraba bokong, punggung teraba di sebelah kiri, presentasi kepala, dan belum masuk PAP. DJJ 150x/menit, Ektremitas bawah sebelah kiri dan kanan edema +3. Hasil laboratorium didapatkan protein urine positif 3. Diagnosis Medis Pre Eklampsia Berat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Darah
Penjelasan:
- Pasien mengalami keluhan pusing, mual, dan gangguan penglihatan yang menunjukkan adanya gangguan perfusi serebral.
- Tekanan darah pasien tinggi (160/100 mmHg) yang merupakan salah satu tanda-tanda pre-eklampsia berat.
- Gangguan perfusi serebral dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan pada keadaan pre-eklampsia berat.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kehilangan Cairan Melalui Ginjal
Penjelasan:
- Pasien mengalami proteinuria positif 3 yang mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal.
- Gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan melalui ginjal.
- Risiko kekurangan volume cairan perlu diidentifikasi dan diatasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Edema Berhubungan dengan Peningkatan Retensi Cairan
Penjelasan:
- Pasien mengalami edema +3 pada ekstremitas bawah kiri dan kanan.
- Edema merupakan salah satu tanda klinis yang sering muncul pada pre-eklampsia berat akibat retensi cairan.
- Edema yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi seperti gangguan perfusi jaringan.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, Balance Cairan, dan Edema secara ketat.
2. Pemberian Terapi Oksigen jika diperlukan.
3. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain (Dokter, Bidan) untuk Pemberian Obat-obatan, Terapi Cairan, dan Penanganan Medis lainnya.
4. Edukasi dan Konseling kepada Pasien dan Keluarga terkait Penyakit, Manajemen Gejala, dan Pentingnya Pemantauan.
5. Pengkajian dan Pemantauan Kondisi Janin. -
Article No. 10721 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan, 21 tahun, G1P0A0, hamil 37 minggu, datang ke Poli Kebidanan dengan keluhan kepalanya pusing . Hasil wawancara diperoleh bahwa pasien mengatakan belum pernah mengalami pusing seperti yang dirasakan saat ini, selain pusing pasien juga mengeluh mual dan nyeri disekiitar ulu hati, serta tidak dapat melihat dengan jelas. Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit darah tinggi. Hasil pemeriksaan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 23x/menit, TFU 32 cm, fundus teraba bokong, punggung teraba di sebelah kiri, presentasi kepala, dan belum masuk PAP. DJJ 150x/menit, Ektremitas bawah sebelah kiri dan kanan edema +3. Hasil laboratorium didapatkan protein urine positif 3. Diagnosis Medis Pre Eklampsia Berat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan Pre-eklampsia Berat
Definisi: Kondisi di mana terdapat risiko terjadinya perubahan yang tidak terkontrol pada tekanan darah, frekuensi jantung, volume cairan, dan fungsi kardiovaskular.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Edema Ekstremitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda hipovolemia
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Jalan napas paten
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sianosis
3. Nyeri Akut:
- Skala nyeri menurun
- Pasien dapat mengontrol nyeri
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian antihipertensi
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Berikan posisi semi-fowler
- Lakukan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan humidifikasi oksigen
3. Nyeri Akut:
- Kaji karakteristik nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan tenaga medis jika nyeri tidak membaik
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh, yaitu adanya peningkatan tekanan darah, edema ekstremitas, dan gejala nyeri kepala yang mengindikasikan pre-eklampsia berat. Luaran dan intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul, yaitu risiko ketidakstabilan hemodinamik, bersihan jalan napas tidak efektif, dan nyeri akut. Intervensi keperawatan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pengelolaan cairan, pemberian oksigen, relaksasi, dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk penatalaksanaan komprehensif. -
Article No. 10722 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan, 21 tahun, G1P0A0, hamil 37 minggu, datang ke Poli Kebidanan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Hasil wawancara diperoleh bahwa ibu beberapa hari ini sering terbangun saat tidur , dan sulit untuk tidur lagi ,sehingga jam tidurnya berkurang dari biasanya, pasien mengatakan sering memikirkan tentang persalinannya nanti. Hasil pemeriksaan fisik diperolh TFU 32 cm, fundus teraba bokong, punggung teraba di sebelah kiri, presentasi kepala, dan belum masuk PAP. DJJ 150x/menit, serta tidak ditemukan adanya edema.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur (SDKI)
Definisi:
Gangguan dalam kualitas, kuantitas, dan/atau pola tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Faktor Terkait (SDKI):
- Stres psikologis
- Kecemasan
Gejala dan Tanda (SDKI):
- Sering terbangun saat tidur
- Sulit untuk tidur kembali
- Penurunan jam tidur
Tujuan Keperawatan (SLKI):
- Pasien dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
- Pasien dapat mengelola stres dan kecemasan terkait persalinan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Tidur
- Terapi Relaksasi
- Edukasi tentang Manajemen Stres dan Kecemasan
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pola Tidur" sesuai dengan kondisi pasien yang sering terbangun saat tidur, sulit tidur kembali, dan penurunan jam tidur. Hal ini disebabkan oleh stres psikologis dan kecemasan terkait persalinan yang akan datang. Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur serta membantu pasien mengelola stres dan kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Tidur, Terapi Relaksasi, dan Edukasi tentang Manajemen Stres dan Kecemasan. -
Article No. 10723 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan, 21 tahun, G1P0A0, hamil 37 minggu, datang ke Poli Kebidanan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Hasil wawancara diperoleh bahwa ibu beberapa hari ini sering terbangun saat tidur , dan sulit untuk tidur lagi ,sehingga jam tidurnya berkurang dari biasanya, pasien mengatakan sering memikirkan tentang persalinannya nanti. Hasil pemeriksaan fisik diperolh TFU 32 cm, fundus teraba bokong, punggung teraba di sebelah kiri, presentasi kepala, dan belum masuk PAP. DJJ 150x/menit, serta tidak ditemukan adanya edema.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas adalah:
1. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
Karakteristik Definisi:
- Sulit memulai tidur
- Sering terbangun saat tidur
- Sulit untuk tidur kembali setelah terbangun
- Kualitas tidur yang buruk
2. Kecemasan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau masalah.
Karakteristik Definisi:
- Mengungkapkan kekhawatiran tentang masalah-masalah tertentu
- Menunjukkan ketegangan fisik
- Menunjukkan perasaan tidak berdaya
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Pola Tidur
- Pasien dapat tidur dengan cukup dan berkualitas
- Pasien dapat terbangun saat tidur dengan mudah tertidur kembali
- Pasien merasa segar saat bangun tidur
2. Kecemasan
- Pasien dapat mengungkapkan kekhawatiran secara terbuka
- Pasien menunjukkan tekanan otot yang relaks
- Pasien menunjukkan perasaan mampu mengatasi situasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Pola Tidur
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur pasien
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Berikan edukasi tentang perilaku tidur yang sehat
- Dorong pasien untuk menerapkan pola tidur yang teratur
- Monitor pola tidur pasien secara berkala
2. Kecemasan
- Bina hubungan saling percaya dengan pasien
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang relevan
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan, seperti teknik distraksi dan relaksasi
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien
- Monitor tanda-tanda kecemasan pasien secara berkelanjutan
Dalam kondisi ini, pasien mengalami gangguan pola tidur yang disebabkan oleh kecemasan terkait dengan persalinan yang akan datang. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diberikan harus berfokus pada mengatasi kedua diagnosa tersebut secara holistik, dengan melibatkan pasien dan keluarganya dalam proses asuhan keperawatan. -
Article No. 10724 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, P2A0, baru saja melahirkan secara normal di rumah sakit dengan berat bayi 3500 gram. Proses persalinan berlangsung selama 14 jam. Setelah 30 menit pascapersalinan, perawat melakukan pemeriksaan dan didapatkan Tekanan darah: 85/60 mmHg , nadi: 120 kali/menit, lemah dan cepat, Frekuensi napas: 28 kali/menit, Suhu tubuh: 36°C. Konjunctiva pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun. TFU sepusat, namun fundus teraba lembek, terdapat perdarahan aktiv pervagina.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif pascapersalinan.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan proses persalinan.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan Volume Cairan: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Gangguan Perfusi Jaringan: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan.
- Risiko Infeksi: Peningkatan risiko terpapar organisme patogen.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan Volume Cairan: Stabilitas Hemodinamik, Hidrasi Adekuat, Perdarahan Terkendali.
- Gangguan Perfusi Jaringan: Perfusi Jaringan yang Memadai, Integritas Jaringan.
- Risiko Infeksi: Tidak Terjadi Infeksi, Tidak Terjadi Komplikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan Volume Cairan: Manajemen Cairan, Pemantauan Hemodinamik, Manajemen Perdarahan.
- Gangguan Perfusi Jaringan: Manajemen Hemodinamik, Terapi Oksigen, Pemberian Cairan/Obat.
- Risiko Infeksi: Pencegahan Infeksi, Manajemen Luka, Edukasi Kesehatan.
Dalam kondisi ini, perawatan yang diprioritaskan adalah penanganan kekurangan volume cairan dan gangguan perfusi jaringan akibat perdarahan aktif pascapersalinan. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan hemodinamik, manajemen cairan, pemberian oksigen, dan tindakan medis untuk menghentikan perdarahan. -
Article No. 10725 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, P2A0, baru saja melahirkan secara normal di rumah sakit dengan berat bayi 3500 gram. Proses persalinan berlangsung selama 14 jam. Setelah 30 menit pascapersalinan, perawat melakukan pemeriksaan dan didapatkan Tekanan darah: 85/60 mmHg , nadi: 120 kali/menit, lemah dan cepat, Frekuensi napas: 28 kali/menit, Suhu tubuh: 36°C. Konjunctiva pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun. TFU sepusat, namun fundus teraba lembek, terdapat perdarahan aktiv pervagina.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Postpartum (00126)
Definisi: Kehilangan darah yang berlebihan dari alat genetalia setelah 24 jam pertama setelah melahirkan.
Karakteristik Definisi:
- Perdarahan aktif pervagina
- Fundus uteri yang lembek
- Tachycardia
- Penurunan tekanan darah
2. Ketidakstabilan Volume Cairan (00026)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume cairan intra- dan ekstraseluler yang sesuai dengan kebutuhan.
Karakteristik Definisi:
- Turgor kulit menurun
- Mukosa kering
- Nadi cepat dan lemah
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali
- Perdarahan minimal
- Fundus uteri berkontraksi dengan baik
- Tanda-tanda vital stabil
2. Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Intake dan output cairan seimbang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Turgor kulit dan membran mukosa normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perdarahan Postpartum (00126)
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
b. Periksa perdarahan pervagina dan kontraksi uterus
c. Lakukan masase uterus untuk merangsang kontraksi uterus
d. Pantau TFU dan perdarahan pervagina
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
f. Berikan cairan atau obat-obatan untuk mengatasi hipovolemia
2. Ketidakstabilan Volume Cairan (00026)
a. Pantau intake dan output cairan
b. Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa)
c. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut
Penjelasan:
Pasien mengalami perdarahan postpartum yang ditandai dengan perdarahan aktif pervagina, fundus uteri yang lembek, serta tanda-tanda hipovolemia seperti tachycardia, penurunan tekanan darah, dan tanda-tanda dehidrasi. Kondisi ini membutuhkan intervensi segera untuk mengendalikan perdarahan dan mempertahankan keseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, kontrol perdarahan, pemberian cairan dan oksigen, serta kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut. -
Article No. 10726 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 20 tahun, 24 jam pasca persalinan P1A0 secara normal di rumah sakit dengan berat bayi 3000 gram. Hasil pengkajian, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi kuat dan posisi di central. pasien mengatakan belum ganti pembalut sejak melahirkan dan menolak untuk di bersihkan dan klien tampak lemah, Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, tampak luka episiotomi kemerahan pada luka, tidak ada echimosis, bengkak pada luka, tidak ada cairan, jahitan rapat. Tanda homan (-).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian yang Anda berikan, saya dapat menyimpulkan bahwa pasien mengalami diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka episiotomi
2. Penjelasan Singkat:
- Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka episiotomi:
- Pasien merasa lemah dan belum mau berganti pembalut sejak melahirkan, menandakan adanya hambatan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- Luka episiotomi yang tampak kemerahan mengindikasikan adanya rasa nyeri saat bergerak, sehingga menghambat mobilitas pasien.
3. Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Pasien menunjukkan rasa nyaman saat bergerak.
4. Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri pasien, memberikan analgesik sesuai kebutuhan, dan mengajarkan teknik relaksasi.
- Perawatan Luka: Membersihkan dan merawat luka episiotomi, serta memantau perkembangan penyembuhan.
- Perawatan Diri: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mengganti pembalut, mandi, dan lainnya.
- Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait perawatan diri dan mobilisasi pasca persalinan.
Tujuan utama intervensi ini adalah membantu pasien dalam memulihkan kondisi fisiknya, mengurangi nyeri, dan meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas perawatan diri pasca persalinan.