Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10690 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang anak berusia 5 tahun diantar ke rumah sakit oleh orang tuanya, berdasarkan informasi dari orang tua anak tersebut mengalami BAB tujuh selama 24 jam, feses lembek, dan cair. Berdasarkan hail observasi diperoleh turgor kulit jelek dan lemas.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksius yang diduga disebabkan oleh organisme tertentu
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Penilaian pengeluaran cairan tubuh, observasi status hidrasi
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien anak berusia 5 tahun menunjukkan gejala diare dengan frekuensi buang air besar yang meningkat (7 kali dalam 24 jam) dan disertai konsistensi feses yang lembek dan cair. Selain itu, terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang jelek dan kelemahan umum.
Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis infeksius yang diduga disebabkan oleh organisme tertentu) sesuai dengan kondisi klinis pasien. Diagnosis ini mencakup diare akut yang disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan, dengan gejala-gejala yang ditemukan.
Untuk prosedur medis, kode ICD-9-CM 45.23 (Penilaian pengeluaran cairan tubuh, observasi status hidrasi) dapat digunakan. Prosedur ini mencakup evaluasi status hidrasi pasien, termasuk pemeriksaan turgor kulit, dan observasi untuk menilai derajat dehidrasi yang terjadi.
Pemilihan kode-kode ini didasarkan pada presentasi klinis pasien dan pedoman klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM yang berlaku. Kode-kode tersebut akan membantu mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan secara akurat dalam rekam medis pasien. -
Article No. 10691 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang anak berusia 5 tahun diantar ke rumah sakit oleh orang tuanya, berdasarkan informasi dari orang tua anak tersebut mengalami BAB tujuh selama 24 jam, feses lembek, dan cair. Berdasarkan hail observasi diperoleh turgor kulit jelek dan lemas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Diare akut
Definisi: Pola pengeluaran feses cair atau encer yang terjadi secara mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari.
2. Ketidakseimbangan cairan
Definisi: Kelebihan atau kekurangan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang ditandai dengan perubahan status cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Diare akut
- Frekuensi BAB menurun
- Konsistensi feses membaik
- Tanda-tanda dehidrasi menurun
2. Keseimbangan cairan
- Turgor kulit membaik
- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Diare akut
- Kaji tanda-tanda vital dan keseimbangan cairan
- Berikan rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
- Pantau dan catat intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian obat antidiare, jika diperlukan
- Berikan diit BRAT (Bananas, Rice, Applesauce, Toast)
- Edukasi tentang manajemen diare dan pencegahan dehidrasi
2. Ketidakseimbangan cairan
- Kaji status hidrasi dan tanda-tanda dehidrasi
- Berikan rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
- Pantau dan catat intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian terapi cairan dan elektrolit, jika diperlukan
- Edukasi tentang manajemen rehidrasi dan pencegahan dehidrasi
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan adalah diare akut dan ketidakseimbangan cairan. Anak usia 5 tahun dengan frekuensi BAB yang tinggi, feses lembek dan cair, serta tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek dan lemas) menunjukkan adanya diare akut dan ketidakseimbangan cairan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah frekuensi BAB menurun, konsistensi feses membaik, dan tanda-tanda dehidrasi menurun (diare akut); serta turgor kulit membaik, nadi dan tekanan darah dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi (keseimbangan cairan).
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi pengkajian tanda-tanda vital dan keseimbangan cairan, pemberian rehidrasi oral atau intravena, pemantauan input dan output cairan, kolaborasi dengan pemberian obat antidiare atau terapi cairan dan elektrolit, pemberian diit BRAT, serta edukasi tentang manajemen diare dan pencegahan dehidrasi. Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi diare akut dan memulihkan keseimbangan cairan pada anak. -
Article No. 10692 | 10 Jan 2025
Klinis : resiko jatuh pada anak usia 3 tahun dengan diagnosa media juvelie dermamyositis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh pada anak usia 3 tahun dengan diagnosis medis juvenile dermatomyositis adalah "Risiko Jatuh". Anak dengan juvenile dermatomyositis memiliki risiko jatuh yang tinggi karena adanya kelemahan otot, kelelahan, serta kesulitan dalam beraktivitas dan bergerak. Juvenile dermatomyositis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada otot dan kulit, yang dapat mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Anak dapat mempertahankan keseimbangan tubuh saat beraktivitas.
2. Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal atau mandiri.
3. Tidak terjadi insiden jatuh selama perawatan.
4. Anak dan keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko jatuh dan strategi pencegahan.
5. Anak dan keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen risiko jatuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi faktor risiko jatuh pada anak, termasuk riwayat penyakit, obat-obatan, lingkungan, dan perilaku.
2. Lakukan asesmen kemampuan fisik anak, termasuk keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot.
3. Berikan pendidikan kesehatan kepada anak dan keluarga tentang risiko jatuh, pencegahan, dan manajemen.
4. Terapkan intervensi untuk meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, seperti latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan anak.
5. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko jatuh, seperti menyediakan alat bantu, menjaga kebersihan, dan menghilangkan bahaya.
6. Kolaborasi dengan tim medis lain, seperti fisioterapis, okupasi terapis, dan dokter, untuk memberikan perawatan komprehensif.
7. Pantau secara berkala kemajuan anak dan evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
8. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada anak dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan dan motivasi dalam mencegah jatuh.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan anak dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan keseimbangan, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, mencegah insiden jatuh, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak dan keluarga dalam manajemen risiko jatuh. -
Article No. 10693 | 10 Jan 2025
Klinis : Hasil pengkajian didapatkan data : Klien Ny. R, umur 52 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S1, agama protestan, status pernikahan menikah, dan beralamat di jalan Komyos Sudarso, Pontianak Barat. Ny. R mengatakan sering merasakan nyeri sendi di kedua lututnya. Nyeri sendi yang dirasakannya dimulai pada saat menjelang menopause. Klien menopause sejak usia 50 tahun. Klien mengatakan bahwa untuk mengurangi rasa nyeri sendi yang dialaminya klien mengetuk-ngetuk lututnya, jika tidak kunjung hilang ia menggunakan koyo dikakinya. Klien juga tidak mengetahui cara lain mengatasi nyeri selain menggunakan koyo dan obat-obatan. klien sering merasa kepanasan pada malam hari untuk mengatasi hal tersebut klien menggunakan kipas. Klien mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang menopause, yaitu menopause adalah wanita yang tidak menstruasi lagi dan bila usia menarche cepat maka usia menopause cepat pula. Ketika ditanya klien tampak bingung, menunjukkan persepsi yang salah, klien juga bertanya tentang seputar menopause. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang keluhan-keluhan pada masa menopause, penyebab menopause, mengapa nyeri sendi bisa terjadi pada menopause, dan cara-cara mengatasi keluhan tersebut.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Setelah menganalisis kasus yang Anda berikan, saya memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M17.9
- Deskripsi: Osteoartritis lutut, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.34
- Deskripsi: Aplikasi atau pemberian obat-obatan topikal, termasuk pemberian krim atau salep.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M17.9 (Osteoartritis lutut, tidak terspesifikasi):
- Klien Ny. R mengalami nyeri sendi di kedua lututnya, yang dimulai saat menjelang menopause. Nyeri sendi pada lutut ini dapat diklasifikasikan sebagai osteoartritis lutut.
- Kode M17.9 digunakan karena tidak ada informasi spesifik tentang penyebab atau faktor risiko osteoartritis, sehingga diklasifikasikan sebagai osteoartritis lutut yang tidak terspesifikasi.
2. Kode ICD-9-CM 93.34 (Aplikasi atau pemberian obat-obatan topikal, termasuk pemberian krim atau salep):
- Klien Ny. R menggunakan koyo di kakinya untuk mengurangi nyeri sendi di lutut.
- Kode 93.34 mencakup pemberian obat-obatan topikal, termasuk penggunaan krim, salep, atau koyo untuk mengatasi keluhan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien Ny. R tampaknya mengalami osteoartritis lutut dan menggunakan terapi topikal berupa koyo untuk mengurangi nyeri sendi. Selain itu, klien juga memiliki pemahaman yang terbatas tentang menopause dan keluhan-keluhan yang mungkin timbul selama periode tersebut. -
Article No. 10694 | 10 Jan 2025
Klinis : tanda dan gejala risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan persona sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan tanda dan gejala risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Prosedur invasif
2. Sistem kekebalan tubuh yang tidak adekuat
3. Malnutrisi
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
5. Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan infeksi
Tanda dan Gejala:
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Peningkatan jumlah leukosit
3. Perubahan warna, konsistensi, dan jumlah drainase luka
4. Nyeri, kemerahan, pembengkakan di area luka
5. Malaise, letargi
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan, dengan faktor risiko yang dapat diidentifikasi dan diintervensi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Infeksi adalah:
1. Tidak terjadi infeksi
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Tidak ada komplikasi akibat infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Risiko Infeksi antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Perawatan luka
3. Edukasi tentang pencegahan infeksi
4. Manajemen nutrisi
5. Manajemen cairan dan elektrolit
Kesimpulan, Risiko Infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang penting untuk diidentifikasi dan ditangani secara komprehensif sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 10695 | 10 Jan 2025
Klinis : tanda dan gejala risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan tanda dan gejala risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), risiko infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, atau fungsi tubuh".
Tanda dan gejala risiko infeksi dapat meliputi:
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Menggigil
3. Nyeri
4. Kemerahan
5. Pembengkakan
6. Drainase cairan atau eksudat
7. Perubahan warna kulit atau mukosa
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi antara lain:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi
2. Pemantauan tanda dan gejala infeksi
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam penatalaksanaan infeksi
Sementara itu, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan panduan intervensi spesifik seperti:
1. Perawatan luka
2. Pemberian antibiotik
3. Manajemen demam
4. Pencegahan transmisi patogen
Sebagai perawat, kita harus cermat dalam melakukan pengkajian, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi risiko infeksi pada pasien. -
Article No. 10696 | 10 Jan 2025
Klinis : tanda dan gejala risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Risiko Infeksi:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi adalah "Risiko Infeksi".
Definisi: Risiko Infeksi adalah rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Karakteristik Definisi:
- Keterbukaan area luka atau akses untuk invasi organisme patogen
- Prosedur pembedahan atau tindakan invasif
- Penurunan sistem pertahanan tubuh
- Paparan terhadap sumber infeksi
- Ketidakmampuan dalam melakukan praktik higienis
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan untuk kondisi risiko infeksi adalah:
- Tidak terjadi infeksi
- Tanda-tanda infeksi menurun
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada penyebaran infeksi
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, pasien diharapkan tidak mengalami infeksi, tanda-tanda infeksi yang ada menurun, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak terjadi penyebaran infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang dilakukan efektif dalam mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada kondisi risiko infeksi meliputi:
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Perawatan luka
- Edukasi tentang pencegahan infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
- Pengelolaan lingkungan yang aseptik
Penjelasan:
Perawat perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan risiko infeksi pada pasien, seperti luka, tindakan invasif, penurunan sistem imun, dan paparan sumber infeksi. Selanjutnya, perawat harus memantau tanda-tanda infeksi secara berkala, melakukan perawatan luka yang tepat, memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi antibiotik, serta menjaga lingkungan yang aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi menurun, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak terjadi penyebaran infeksi pada pasien. -
Article No. 10697 | 10 Jan 2025
Klinis : tanda dan gejala risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan tanda dan gejala risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah diagnosa keperawatan yang didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan. Tanda dan gejala yang dapat teridentifikasi pada kondisi ini antara lain demam, peningkatan jumlah leukosit, perubahan warna, konsistensi, atau jumlah eksudasi, serta peradangan pada area yang terkena.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Risiko Infeksi adalah:
a. Tidak terjadi infeksi
b. Tanda-tanda infeksi berkurang
c. Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi
d. Pasien dapat melakukan pencegahan infeksi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa Risiko Infeksi antara lain:
a. Identifikasi faktor risiko infeksi
b. Pemantauan tanda-tanda infeksi
c. Pencegahan kontaminasi silang
d. Perawatan luka
e. Edukasi pasien dan keluarga terkait pencegahan infeksi
Dengan melaksanakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk pasien dengan risiko infeksi. -
Article No. 10698 | 10 Jan 2025
Klinis : Hasil pengkajian didapatkan data : Klien Ny. R, umur 52 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S1, agama protestan, status pernikahan menikah, dan beralamat di jalan Komyos Sudarso, Pontianak Barat. Ny. R mengatakan sering merasakan nyeri sendi di kedua lututnya. Nyeri sendi yang dirasakannya dimulai pada saat menjelang menopause. Klien menopause sejak usia 50 tahun. Klien mengatakan bahwa untuk mengurangi rasa nyeri sendi yang dialaminya klien mengetuk-ngetuk lututnya, jika tidak kunjung hilang ia menggunakan koyo dikakinya. Klien juga tidak mengetahui cara lain mengatasi nyeri selain menggunakan koyo dan obat-obatan. klien sering merasa kepanasan pada malam hari untuk mengatasi hal tersebut klien menggunakan kipas. Klien mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang menopause, yaitu menopause adalah wanita yang tidak menstruasi lagi dan bila usia menarche cepat maka usia menopause cepat pula. Ketika ditanya klien tampak bingung, menunjukkan persepsi yang salah, klien juga bertanya tentang seputar menopause. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang keluhan-keluhan pada masa menopause, penyebab menopause, mengapa nyeri sendi bisa terjadi pada menopause, dan cara-cara mengatasi keluhan tersebut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya sebagai perawat profesional dapat memberikan beberapa poin terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus Ny. R.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penuaan dan perubahan hormonal terkait menopause, ditandai dengan keluhan nyeri sendi yang dirasakan klien pada kedua lututnya.
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman mengenai menopause dan dampaknya, ditandai dengan klien tampak bingung dan memiliki persepsi yang salah serta banyak pertanyaan seputar menopause.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi sendi dan perubahan hormonal, ditandai dengan klien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Kronis
- Klien melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Klien mampu mengidentifikasi strategi mengatasi nyeri yang efektif
- Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
2. Defisit Pengetahuan
- Klien dapat menjelaskan proses dan perubahan yang terjadi selama menopause
- Klien dapat menjelaskan penyebab dan gejala-gejala menopause
- Klien dapat menjelaskan cara-cara mengatasi keluhan yang timbul selama menopause
3. Intoleransi Aktivitas
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Klien dapat mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
- Klien dapat beradaptasi dengan perubahan kemampuan fisik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Nyeri Kronis
- Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau efektivitas analgesik
- Terapi Modalitas: Memberikan kompres hangat atau dingin pada area yang nyeri
- Dukungan Emosional: Mendengarkan secara aktif, memberikan empati, dan mendorong ekspresi perasaan
2. Defisit Pengetahuan
- Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan tentang proses menopause, gejala, penyebab, dan cara penatalaksanaannya
- Umpan Balik Verbal: Memberikan umpan balik positif dan mengoreksi pemahaman yang salah
- Konseling: Membantu klien memahami dan menerima perubahan-perubahan yang terjadi selama menopause
3. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan, menyusun rencana aktivitas bertahap, dan memantau toleransi klien
- Terapi Modalitas: Memberikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Dukungan Emosional: Memberikan motivasi dan dorongan untuk tetap aktif dalam batas kemampuan
Penjelasan di atas mencakup diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan secara rinci dan terperinci untuk kasus Ny. R. Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat membantu mengatasi masalah kesehatan yang dialami klien. -
Article No. 10699 | 10 Jan 2025
Klinis : asuhan keperawatan kanker serviks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi asuhan keperawatan kanker serviks dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit kanker serviks, ditandai dengan keluhan nyeri pada area panggul dan perut bawah.
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fisik akibat kanker serviks dan pengobatan, ditandai dengan perasaan tidak nyaman terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat proses penyakit dan efek samping pengobatan.
4. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit dan perubahan gaya hidup, ditandai dengan kecemasan dan ketakutan akan kematian.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis: Pasien dengan kanker serviks sering mengalami nyeri kronis pada area panggul dan perut bawah akibat proses penyakit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi modalitas, dan kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang efektif.
2. Gangguan Citra Tubuh: Perubahan fisik akibat kanker serviks dan pengobatan, seperti perubahan bentuk dan fungsi tubuh, dapat memengaruhi persepsi pasien terhadap dirinya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi terapi kognitif, konseling, dan dukungan psikososial untuk membantu pasien menerima perubahan dan memelihara citra tubuh yang positif.
3. Risiko Infeksi: Pasien dengan kanker serviks berisiko mengalami infeksi akibat penurunan sistem imun, baik karena proses penyakit maupun efek samping pengobatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi perawatan luka, pemberian nutrisi yang adekuat, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
4. Ansietas: Pasien dengan kanker serviks sering mengalami ansietas terkait prognosis penyakit dan perubahan gaya hidup. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi terapi relaksasi, konseling, dan kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk membantu pasien mengelola kecemasan dan ketakutan.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam asuhan keperawatan kanker serviks bertujuan untuk memberikan perawatan yang komprehensif, terukur, dan berpusat pada pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan membantu mencapai luaran keperawatan yang optimal.