Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10657 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 44 tahun dirawat dengan TB aktif. Pernapasan 24 x/menit, ronchi pada kanan dan kiri paru, produksi sputum banyak. Indeks massa tubuh 16, pucat dan terlihat sesak serta kelelahan. Apakah prioritas diagnosa keperawatan yang tepat dari kasus di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif ditandai dengan adanya ronchi pada kedua paru-paru, produksi sputum yang berlebihan, dan sesak napas yang dirasakan oleh pasien. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi TB aktif yang menyebabkan produksi sekret yang berlebihan dan menghambat proses pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Jalan napas paten
- Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran napas
- Tidak ada sesak napas
- Tidak ada produksi sputum berlebih
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Ventilasi
- Manajemen Oksigenasi
- Manajemen Sputum
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan ini antara lain:
1. Memantau status pernapasan pasien secara berkala
2. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Memfasilitasi pengeluaran sputum melalui postural drainage dan penyedotan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan TB aktif
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mempertahankan jalan napas yang efektif, menurunkan produksi sputum, dan meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 10658 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke IRD dengan keluhan nyeri dada kiri depan yang tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri tidak menjalar ke bagian tubuh lain dan bisa ditunjuk. Tanda- tanda vital menunjukkan suhu 38,6OC, frekuensi nadi 90 x/menit. Klien takut dirinya mengalami sakit jantung koroner dan hanya berbaring di tempat tidur. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kasus seorang perempuan usia 50 tahun dengan keluhan nyeri dada kiri depan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner, ditandai dengan nyeri dada kiri depan yang tidak berkurang dengan istirahat, nyeri tidak menjalar ke bagian tubuh lain, dan dapat ditunjuk.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
- Penyebab nyeri akut pada kasus ini adalah penyakit jantung koroner, yang ditandai dengan gejala nyeri dada kiri depan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak merasa takut akan kondisi penyakitnya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola nyeri, memantau tanda-tanda vital, memberikan edukasi tentang penyakit jantung koroner, dan memberikan dukungan emosional untuk mengurangi rasa takut pasien.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola nyeri, memantau tanda-tanda vital, memberikan edukasi, dan memberikan dukungan emosional. -
Article No. 10659 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 34 tahun dirawat di ruang isolasi karena penyakit menular yang dideritanya. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan perawat terhadap pasien ditemukan data bahwa pasien merasa bahwa dirinya tidak berguna, serta tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu rumah tangga. Masalah keperawatan apakah yang muncul pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan analisis dan diagnosa keperawatan untuk kasus ini berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah Situasional
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diperoleh dari tanya jawab dengan pasien, ditemukan bahwa pasien merasa dirinya tidak berguna dan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan adanya masalah harga diri rendah situasional pada pasien, di mana pasien mengalami penurunan penilaian diri secara sementara akibat kondisi sakit yang sedang dialaminya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Harga Diri Rendah Situasional didefinisikan sebagai penilaian negatif yang berorientasi pada diri sendiri yang terjadi secara situasional atau temporer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan keperawatan yang dapat ditetapkan untuk kasus ini adalah Peningkatan Harga Diri, di mana pasien dapat menunjukkan penerimaan terhadap diri, kepuasan terhadap diri, dan keyakinan terhadap kemampuan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain:
1. Terapi Kognitif: membantu pasien mengenali dan mengubah pemikiran negatif tentang dirinya.
2. Terapi Suportif: memberikan dukungan emosional dan penerimaan kepada pasien.
3. Pendidikan Kesehatan: memberikan informasi dan edukasi terkait kondisi penyakit dan pengaruhnya terhadap peran pasien.
4. Manajemen Peran: membantu pasien menyesuaikan peran dan tanggung jawabnya selama masa sakit.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan dapat membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya. -
Article No. 10660 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 39 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan susah buang air kecil susah. Berdasarkan pengkajian pasien mengalami nyeri pada saat buang air kecil (BAK) dengan skala nyeri 5. Pasien mengalami diagnosa media Urolithiasis. Hasil pemeriksaan, tekanan darahnya 140/80 mmHg, nadi 85 x/ menit, frekwensi nafas 21 x/ menit, dan suhu 38,7ᵒC. Apakah intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan pada pasien tersebut untuk mengatasi masalah susah BAK?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya batu ginjal (urolithiasis), seperti yang ditunjukkan oleh pasien yang mengalami nyeri dengan skala 5 saat buang air kecil.
Penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan diagnosis keperawatan yang telah diakui dan diadopsi secara nasional di Indonesia.
- SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan label atau judul diagnosis keperawatan yang telah diakui dan diadopsi secara nasional di Indonesia.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan intervensi keperawatan yang telah diakui dan diadopsi secara nasional di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah susah buang air kecil pada pasien ini, intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi)
- Berikan tindakan penghilang nyeri sesuai dengan kondisi pasien (misalnya analgesik, kompres hangat, dll.)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk tatalaksana nyeri yang lebih komprehensif.
2. Manajemen Cairan
- Anjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi cairan yang sesuai.
3. Manajemen Infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri, disuria)
- Berikan antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
- Edukasi pasien tentang kebersihan daerah genital.
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut harus dilakukan secara komprehensif dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10661 | 10 Jan 2025
Klinis : 0asien epilepsi,nyeri kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pasien epilepsi dengan nyeri kepala:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.9
- Deskripsi: Epilepsi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalografi (EEG)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G40.9 (Epilepsi, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mendiagnosis kondisi epilepsi pada pasien, yang merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak.
2. Kode ICD-9-CM 89.14 (Elektroensefalografi atau EEG) adalah prosedur diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis epilepsi pada pasien. Prosedur ini digunakan untuk merekam dan mempelajari aktivitas elektrik di otak, yang dapat membantu dalam mengidentifikasi pola abnormal yang terkait dengan serangan kejang.
Selain itu, untuk mengelola keluhan nyeri kepala pada pasien epilepsi, dokter mungkin akan mempertimbangkan prosedur tambahan seperti:
- Pemeriksaan fisik dan neurologis untuk mengevaluasi penyebab nyeri kepala
- Pencitraan otak (misalnya CT-scan atau MRI) untuk memeriksa adanya lesi atau abnormalitas struktural
- Pemberian obat-obatan analgesik atau antikonvulsan untuk mengurangi gejala nyeri kepala
Penanganan komprehensif untuk pasien dengan epilepsi dan nyeri kepala membutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan dokter spesialis neurologi, radiologi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10662 | 10 Jan 2025
Klinis : 0asien epilepsi,nyeri kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Pasien Epilepsi dengan Nyeri Kepala:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Cedera Berhubungan dengan Serangan Epilepsi
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera: Keadaan di mana individu rentan mengalami luka fisik atau psikologis.
- Penyebab: Serangan epilepsi yang dapat menyebabkan jatuh, terluka, atau kehilangan kesadaran.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien dapat mencegah cedera selama serangan epilepsi.
- Indikator Hasil: Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal serangan epilepsi, melakukan posisi aman saat serangan, dan tidak terluka saat serangan berlangsung.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor-faktor pemicu serangan epilepsi.
2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda awal serangan epilepsi.
3. Anjurkan pasien untuk menjaga pola tidur dan istirahat yang cukup.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat memicu serangan.
5. Dampingi pasien selama serangan epilepsi terjadi dan pastikan posisi aman.
6. Berikan dukungan emosional dan edukasi pada pasien dan keluarga.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko cedera pada pasien epilepsi dengan nyeri kepala. -
Article No. 10663 | 10 Jan 2025
Klinis : 0asien epilepsi,nyeri kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien epilepsi dengan nyeri kepala, sesuai dengan struktur Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Cidera: Epilepsi
- Definisi: Kondisi di mana pasien memiliki risiko mengalami cedera fisik akibat serangan epilepsi.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan neurologis, ketidakstabilan neurologis, pengobatan.
- Gejala dan Tanda: Kehilangan kesadaran, kejang, kemungkinan terjatuh atau benturan.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh pasien akibat stimulasi neurosensorik di kepala.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit neurologis, trauma kepala.
- Gejala dan Tanda: Rasa sakit atau tidak nyaman di kepala, mual, fotofobia, fonofobia.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Cidera: Epilepsi
- Bebas dari Cedera
- Menunjukkan Perilaku Pencegahan Cedera
- Mempertahankan Keamanan Lingkungan
2. Nyeri Akut
- Tingkat Nyeri Terkontrol
- Kemampuan Mengatasi Nyeri
- Gangguan Aktivitas Minimal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Cidera: Epilepsi
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pencegahan Cedera
- Manajemen Lingkungan: Keamanan
- Edukasi Pasien dan Keluarga
2. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri
- Terapi Farmakologis
- Terapi Non-Farmakologis (Relaksasi, Distraksi)
- Edukasi Pasien dan Keluarga
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Cidera: Epilepsi - Pasien dengan epilepsi memiliki risiko mengalami cedera fisik akibat serangan epilepsi, seperti kehilangan kesadaran, kejang, dan kemungkinan terjatuh atau benturan. Faktor yang berhubungan mencakup gangguan neurologis, ketidakstabilan neurologis, dan pengobatan.
- Nyeri Akut - Pasien dengan epilepsi juga sering mengalami nyeri kepala, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat stimulasi neurosensorik di kepala. Faktor yang berhubungan dapat mencakup penyakit neurologis dan trauma kepala.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Risiko Cidera: Epilepsi - Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien bebas dari cedera, menunjukkan perilaku pencegahan cedera, dan mempertahankan keamanan lingkungan.
- Nyeri Akut - Tujuan luaran yang diharapkan adalah tingkat nyeri terkontrol, kemampuan pasien mengatasi nyeri, dan gangguan aktivitas minimal.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Risiko Cidera: Epilepsi - Intervensi yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pencegahan cedera, manajemen lingkungan untuk keamanan, serta edukasi pasien dan keluarga.
- Nyeri Akut - Intervensi yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, terapi farmakologis, terapi non-farmakologis (seperti relaksasi dan distraksi), serta edukasi pasien dan keluarga.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengelola kondisi epilepsi dengan nyeri kepala pada pasien, dengan mempertimbangkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang sesuai. -
Article No. 10664 | 10 Jan 2025
Klinis : hypertermia pada kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia pada kehamilan.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan perubahan fisiologis dalam kehamilan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai suhu tubuh di atas batas normal. Pada kehamilan, hipertermia dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis, seperti peningkatan metabolisme, perubahan respon termoregulasi, dan peningkatan aliran darah ke permukaan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia pada kehamilan adalah suhu tubuh kembali normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan ibu merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh secara teratur, menjaga hidrasi yang adekuat, menggunakan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu, serta memberikan edukasi kepada ibu hamil mengenai penanganan hipertermia.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan ibu hamil dengan hipertermia mendapatkan penanganan yang komprehensif dan sesuai dengan standar profesi keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 10665 | 10 Jan 2025
Klinis : Resiko cedera janin berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Janin
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), risiko cedera janin adalah "Rentan mengalami kerusakan atau luka yang dapat menimbulkan disfungsi fisik, emosional, dan/atau sosial yang berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu."
Penjelasan:
1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menstandarisasi diagnosa keperawatan di Indonesia.
- SDKI berisi definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor risiko dari berbagai diagnosa keperawatan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menstandarisasi luaran/hasil asuhan keperawatan di Indonesia.
- SLKI berisi kriteria hasil dan indikator hasil yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian luaran asuhan keperawatan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menstandarisasi intervensi keperawatan di Indonesia.
- SIKI berisi definisi, tujuan, aktivitas, dan kriteria hasil dari berbagai intervensi keperawatan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera Janin" yang berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada janin. -
Article No. 10666 | 10 Jan 2025
Klinis : Resiko melahirkan premature
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi risiko melahirkan prematur berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Melahirkan Prematur
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kondisi di mana ibu hamil berisiko melahirkan bayi sebelum usia gestasi 37 minggu.
- Faktor risiko: Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, infeksi, kehamilan ganda, kelainan uterus, dll.
- Gejala: Kontraksi uterus yang teratur, perubahan servik, perdarahan pervaginam.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Ibu dapat mencegah atau menunda kelahiran prematur, ibu dapat mengenali tanda-tanda kelahiran prematur.
- Indikator: Ibu dapat menyebutkan faktor risiko, tanda, dan cara mencegah kelahiran prematur.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen risiko kelahiran prematur, pemantauan kontraksi uterus, pemberian obat-obatan untuk mencegah/menunda kelahiran prematur, konseling, dan edukasi.
- Tujuan: Mencegah atau menunda kelahiran prematur, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam mengenali faktor risiko dan tanda-tanda kelahiran prematur.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI secara komprehensif untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.