Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12668 | 21 Feb 2025
Klinis : Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi bayi setelah operasi dengan berat badan lahir 2450 gram dan skor Apgar 6 (asfiksia ringan) yang membutuhkan perawatan intensif di ruang perina, serta kecemasan yang dialami oleh ibu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Terkait dengan asfiksia ringan yang dialami bayi, sehingga membutuhkan perawatan intensif.
2. Kecemasan
- Terkait dengan kondisi bayi yang membutuhkan perawatan intensif, menyebabkan ibu merasa cemas dengan kondisi bayinya.
SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Faktor yang Berhubungan: Asfiksia neonatorum.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan status kesehatan.
SLKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Luaran yang Diharapkan: Bayi dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari obstruksi.
2. Kecemasan
- Luaran yang Diharapkan: Ibu dapat mengungkapkan perasaan cemas secara verbal dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berkurang.
SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas, Suplementasi Oksigen, Manajemen Ventilasi.
2. Kecemasan
- Intervensi Keperawatan: Terapi Supportif, Edukasi Kesehatan, Konseling.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standar praktik profesi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keamanan dalam memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 12669 | 21 Feb 2025
Klinis : Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi setelah operasi dengan berat badan lahir 2450 gram dan Apgar Score 6 (asfiksia ringan) yang membutuhkan perawatan intensif di ruang perina, serta kecemasan ibu terhadap kondisi bayinya.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami perubahan yang tidak diharapkan pada tanda-tanda vital, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Perawatan intensif, Berat Badan Lahir Rendah, Asfiksia.
2. Kecemasan (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan status kesehatan anak, Keterbatasan informasi tentang kondisi anak.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat menimbulkan luka.
Faktor Risiko: Perawatan intensif, Berat Badan Lahir Rendah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- SLKI: Tanda-Tanda Vital Stabil
- SIKI: Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Hipotermi, Manajemen Hipoksia.
2. Kecemasan
- SLKI: Kecemasan Terkendali
- SIKI: Fasilitasi Ekspresi Emosi, Teknik Relaksasi, Konseling.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit Terjaga
- SIKI: Perawatan Kulit, Perawatan Luka, Pencegahan Luka Tekan.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memantau tanda-tanda vital bayi, mengelola asfiksia dan hipoksia, serta memberikan dukungan emosional kepada ibu untuk mengurangi kecemasan dan memastikan integritas kulit bayi terjaga. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi bayi dan memberikan perawatan yang optimal bagi ibu dan bayi. -
Article No. 12670 | 21 Feb 2025
Klinis : Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, permisi. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu bayi baru lahir dengan berat badan lahir 2450 gram dan skor Apgar 6 (asfiksia ringan) sehingga membutuhkan perawatan intensif di ruang perinatal, serta ibu yang merasa cemas dengan kondisi bayinya, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakstabilan Tanda Tanda Vital berhubungan dengan asfiksia ringan, ditandai dengan penurunan frekuensi pernapasan dan penurunan saturasi oksigen.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan akibat stres pascaoperasi.
3. Kecemasan Ibu berhubungan dengan kondisi bayi yang membutuhkan perawatan intensif, ditandai dengan peningkatan tanda-tanda fisiologis kecemasan dan pernyataan verbal ibu yang khawatir.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda Tanda Vital: Bayi menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, yaitu frekuensi pernapasan dalam rentang normal dan saturasi oksigen yang memadai.
2. Keseimbangan Cairan: Bayi menunjukkan volume cairan yang adekuat, ditandai dengan status hidrasi yang baik dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Tingkat Kecemasan Menurun: Ibu menunjukkan penurunan tanda-tanda fisiologis kecemasan dan pernyataan verbal yang lebih tenang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Stabilitas Tanda Tanda Vital:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala (frekuensi pernapasan, saturasi oksigen).
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi penunjang pernapasan, jika diperlukan.
2. Keseimbangan Cairan:
a. Lakukan pengkajian status cairan secara komprehensif (asupan, output, tanda-tanda dehidrasi).
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan monitor keseimbangan cairan.
c. Pertahankan suhu tubuh normal untuk mencegah peningkatan kebutuhan cairan.
3. Tingkat Kecemasan Menurun:
a. Lakukan pendekatan terapeutik dan komunikasi yang efektif dengan ibu.
b. Berikan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi bayi serta rencana perawatan.
c. Libatkan ibu dalam perawatan bayi untuk meningkatkan rasa kendali dan menurunkan kecemasan.
d. Sediakan dukungan emosional dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa, jika diperlukan.
Demikian penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi yang Anda paparkan. Semoga informasi ini bermanfaat. Silakan ditanyakan jika ada hal yang kurang jelas. Wassalamualaikum. -
Article No. 12671 | 21 Feb 2025
Klinis : Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh.
Tanda dan Gejala: Asfiksia ringan dengan Apgar score 6, memerlukan perawatan intensif di ruang perinatal.
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikolohis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan mengganggu.
Tanda dan Gejala: Ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Pertukaran Gas
a. Oksigenasi Adekuat
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan kadar oksigen dalam darah arteri dan jaringan sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria Hasil:
- Bayi menunjukkan pola napas yang stabil
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
- Tidak terdapat sianosis
- Hasil pemeriksaan gas darah dalam batas normal
b. Ventilasi Adekuat
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan antara oksigen dan karbon dioksida dalam darah sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak terdengar suara napas tambahan (ronki, wheezing)
2. Kecemasan
a. Tingkat Kecemasan Terkendali
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan tingkat kecemasan yang dirasakan.
Kriteria Hasil:
- Ekspresi wajah rileks
- Nada suara tenang
- Dapat mempertahankan kontak mata
- Mampu mengungkapkan perasaan cemas
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Pertukaran Gas
a. Manajemen Jalan Napas
- Memantau status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama)
- Memposisikan bayi dengan head tilt, chin lift untuk membuka jalan napas
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Melakukan suction jika terdapat sekret di jalan napas
b. Manajemen Ventilasi
- Memantau kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah
- Memberikan ventilasi mekanik jika diperlukan
- Memantau efektivitas ventilasi
2. Kecemasan
a. Dukungan Emosional
- Mendengarkan keluhan dan pernyataan ibu
- Memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi bayi
- Mendorong ibu untuk mengekspresikan perasaan cemas
- Memberikan sentuhan dan dukungan yang menenangkan
b. Manajemen Kecemasan
- Mengidentifikasi penyebab dan tingkat kecemasan ibu
- Mengajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi)
- Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
- Memfasilitasi ibu untuk istirahat yang cukup
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi bayi setelah operasi dengan berat badan lahir 2450 gram dan Apgar score 6 (asfiksia ringan) serta ibu yang merasa cemas adalah Gangguan Pertukaran Gas dan Kecemasan. Gangguan Pertukaran Gas terjadi karena adanya penurunan kemampuan oksigenasi dan ventilasi yang memadai pada bayi, sehingga diperlukan perawatan intensif. Sedangkan Kecemasan muncul dari reaksi ibu yang merasa khawatir dengan kondisi bayinya.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) adalah Oksigenasi Adekuat dan Ventilasi Adekuat untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas, serta Tingkat Kecemasan Terkendali untuk mengatasi Kecemasan pada ibu. Kriteria hasil yang diharapkan adalah stabilnya pola napas, saturasi oksigen dalam batas normal, tidak ada sianosis, hasil pemeriksaan gas darah baik, serta ekspresi wajah rileks, nada suara tenang, dan ibu mampu mengungkapkan perasaan cemas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen jalan napas dan ventilasi untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas, serta dukungan emosional dan manajemen kecemasan untuk mengatasi Kecemasan pada ibu. Intervensi ini dirancang untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi, memantau dan mempertahankan keseimbangan oksigen-karbon dioksida, serta memberikan dukungan emosional dan strategi koping yang sesuai agar ibu dapat mengendalikan kecemasan yang dirasakan. -
Article No. 12672 | 21 Feb 2025
Klinis : Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Pernafasan Neonatus
- Definisi: Ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- Penyebab: Asfiksia, prematuritas, kelainan kongenital, infeksi.
- Tanda dan Gejala: Pernafasan tidak teratur, retraksi dada, sianosis, grunting, apnea.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Hospitalisasi, perubahan status kesehatan, kurangnya informasi.
- Tanda dan Gejala: Gelisah, frekuensi jantung meningkat, sulit tidur, ketakutan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Gangguan Pernafasan Neonatus
- Pola Nafas: Tercapai pola nafas yang teratur dan efektif.
- Status Oksigenasi: Tercapai status oksigenasi yang adekuat.
- Komplikasi Pencegahan: Tidak terjadi komplikasi pernapasan lebih lanjut.
2. Kecemasan
- Kontrol Kecemasan: Ibu dapat mengidentifikasi dan mengontrol faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan.
- Respon Kecemasan Menurun: Terjadi penurunan respon kecemasan secara fisik dan psikologis.
- Kepuasan: Ibu merasa puas dengan penanganan yang diberikan pada bayinya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Gangguan Pernafasan Neonatus
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital bayi secara berkala.
- Pemberian Oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan bayi.
- Perawatan Inkubator: Menempatkan bayi di dalam inkubator untuk menjaga suhu dan kelembaban yang stabil.
- Edukasi Orang Tua: Memberikan edukasi kepada orang tua tentang perawatan bayi dengan gangguan pernafasan.
2. Kecemasan
- Komunikasi Terapeutik: Melakukan komunikasi terapeutik dengan ibu untuk mengidentifikasi sumber kecemasan.
- Manajemen Kecemasan: Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan.
- Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada ibu dengan cara mendengarkan, menenangkan, dan memberikan harapan.
- Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Penjelasan:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (2450 gram) dan Apgar score 6 (asfiksia ringan) membutuhkan perawatan intensif di ruang perina. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan neonatus, seperti pola nafas yang tidak teratur, retraksi dada, dan sianosis. Selain itu, kondisi bayi yang membutuhkan perawatan intensif dapat menyebabkan kecemasan pada ibu.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah gangguan pernafasan neonatus dan kecemasan. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya pola nafas yang teratur, status oksigenasi yang adekuat, pencegahan komplikasi pernapasan, serta penurunan respon kecemasan secara fisik dan psikologis, serta kepuasan ibu terhadap penanganan yang diberikan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, perawatan inkubator, edukasi orang tua, komunikasi terapeutik, manajemen kecemasan, dukungan emosional, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 12673 | 21 Feb 2025
Klinis : Klien merasakan merasa pusing dan melakukan pemeriksaan di puskesmas, saat pemeriksaan di puskesmas pasien di rujuk ke RSUA dengan diagnosa hipertensi. Pasien dibawa ke poli obgyn RSUA, saat di periksa tekanan darah pasien 190/92 mmHg dan pasien diajurkan oleh dokter untuk melakukan SC dan pasien masuk RSUA, pasien memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan. Klien melakukan SC pada tanggal 28 Mei 2024 jam 10.00 WIB. Diagnosa medis post SC yakni P2012, post SC, MOW, letak lintang, hipertensi gestasional, bekas sectio caesarea. Ny.A sadar dan pada jam 13.30 wib. Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan bayi yang ditandai dengan ibu merasa cemas dengan kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif di ruang perina.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi gestasional yang ditandai dengan tekanan darah 190/92 mmHg.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kondisi pasca SC yang memerlukan pemulihan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kecemasan terkontrol, yang ditandai dengan pasien menyatakan merasa tenang, dapat beristirahat dengan baik, dan dapat berpartisipasi dalam perawatan bayi.
2. Perfusi jaringan efektif, yang ditandai dengan tekanan darah pasien dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi, dan tidak ada keluhan pusing.
3. Intake nutrisi adekuat, yang ditandai dengan pasien tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan pasien dapat mengonsumsi makanan yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk mengatasi kecemasan:
a. Lakukan asesmen kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
b. Berikan informasi dan edukasi tentang kondisi bayi dan proses perawatannya.
c. Latih pasien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam dan visualisasi positif.
d. Libatkan pasien dalam perawatan bayi untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi kecemasan.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, psikolog) untuk penanganan kecemasan yang lebih komprehensif.
2. Untuk mengatasi ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan obat antihipertensi sesuai dengan resep dokter.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan sesuai toleransi.
d. Berikan edukasi tentang manajemen hipertensi, termasuk diet rendah garam dan pemantauan tekanan darah di rumah.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian pengobatan hipertensi.
3. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi:
a. Lakukan asesmen status nutrisi pasien, termasuk berat badan dan asupan makanan.
b. Berikan makanan yang sesuai dengan kondisi pasca SC, seperti makanan lunak dan tinggi protein.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat selama masa pemulihan.
e. Pantau asupan makanan dan evaluasi perkembangan status nutrisi pasien secara berkala.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Semoga informasi ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 12674 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa kerumah sakit karena terjatuh dari sepeda motor yang dikendarai oleh ayahnya. Anak mengeluhkan nyeri pada tungkai saat digerakkan dan berkurang pada saat istirahat. Tidak ada gejala pingsan, mual dan nyeri kepala yang dikeluhkan klien. Klien tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya. Klien juga tidak memiliki Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan riwayat penyakit sistemik lainnya. Hasil pemeriksaan TTV: 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, CRT < 2 detik. Pemeriksaan GCS E4V5M6, reflek pupil isokor 3mm/3mm, Reflek cahaya (+/+). Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan nyeri tekan, bengkak dan deformitas disekitar paha bagian tengah kanan dan kiri. Pemerisaan X-Ray Paha didapatkan hasil fraktur kominutif displaced shortened angulated os femur Dekstra dan Sinistra 1/3 medial disertai soft tissue swelling disekitarnya. Diagnosis pada anak adalah fraktur tertutup femur dektra 1/3 tengah dan fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak laki-laki usia 5 tahun dengan diagnosis fraktur tertutup femur dextra dan sinistra 1/3 tengah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur femur dextra dan sinistra)
2. Risiko ketidakstabilan postur berhubungan dengan fraktur ekstremitas bawah
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur femur dextra dan sinistra)
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Risiko ketidakstabilan postur berhubungan dengan fraktur ekstremitas bawah
- SDKI: Risiko Ketidakstabilan Postur
- SLKI: Keseimbangan Tubuh
- SIKI: Mobilisasi
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
- SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan
- SIKI: Perawatan Luka
Fokus utama keperawatan pada kondisi ini adalah manajemen nyeri, stabilisasi postur, dan pencegahan kerusakan integritas kulit akibat imobilisasi. Perawat perlu memantau tanda-tanda vital, meningkatkan kenyamanan klien, mempertahankan posisi terapeutik, dan memberikan perawatan luka yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 12675 | 21 Feb 2025
Klinis : fraktur tertutup femur dektra 1/3 tengah dan fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi fraktur tertutup femur dekstra 1/3 tengah dan fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Mobilitas Fisik Terganggu
3. Risiko Cedera
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut - Individu mengalami sensasi sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Penurunan Nyeri - Kemampuan individu untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi yang tidak menyenangkan yang dirasakan di tubuh.
- SIKI: Manajemen Nyeri - Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan pengalaman nyeri.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- SDKI: Mobilitas Fisik Terganggu - Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penyakit, cedera, atau kondisi lain.
- SLKI: Peningkatan Mobilitas - Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
- SIKI: Pelatihan Mobilitas - Tindakan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam bergerak secara bebas dan mandiri.
3. Risiko Cedera
- SDKI: Risiko Cedera - Rentan mengalami kerusakan fisik yang dapat menimbulkan gangguan atau disfungsi.
- SLKI: Tidak Ada Cedera - Kemampuan individu untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menyebabkan kerusakan fisik.
- SIKI: Pencegahan Cedera - Tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan fisik pada individu.
Dalam kasus ini, pasien mengalami fraktur tertutup femur dekstra dan sinistra pada 1/3 tengah, sehingga diagnosa keperawatan yang relevan adalah Nyeri Akut, Mobilitas Fisik Terganggu, dan Risiko Cedera. Penanganan keperawatan akan berfokus pada manajemen nyeri, pelatihan mobilitas, dan pencegahan cedera lebih lanjut. -
Article No. 12676 | 21 Feb 2025
Klinis : fraktur tertutup femur dektra 1/3 tengah dan fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan fraktur tertutup femur dextra dan sinistra 1/3 tengah.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan imobolisasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur femur.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi kemampuan klien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol.
- SIKI: Mengkaji dan memonitor mobilitas fisik, memfasilitasi latihan pergerakan, dan meningkatkan kemampuan mobilitas.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- SDKI: Rentan terhadap kerusakan atau perubahan pada kulit dan jaringan pendukung.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengurangi risiko kerusakan integritas kulit.
- SIKI: Mengkaji kondisi kulit, mempertahankan kebersihan kulit, dan meminimalkan faktor risiko.
3. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
- SIKI: Mengkaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri, serta memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 12677 | 21 Feb 2025
Klinis : fraktur tertutup femur dektra 1/3 tengah dan fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Fraktur Femur
- Pasien mengalami fraktur tertutup pada 1/3 tengah femur dekstra dan sinistra, yang dapat menyebabkan nyeri akut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kenyamanan nyeri yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri untuk mencapai tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
- Pemberian Analgesik: Pemberian obat-obatan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.
- Terapi Dingin/Hangat: Aplikasi dingin atau hangat pada area yang nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian nyeri secara komprehensif, menerapkan intervensi manajemen nyeri yang sesuai, dan memantau efektivitas intervensi untuk memastikan pasien mencapai tingkat kenyamanan yang dapat diterima. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, juga diperlukan untuk penanganan fraktur yang optimal.