Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10749 | 11 Jan 2025
Klinis : Faktor risiko infeksi pada remaja di wilayah banjir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi faktor risiko infeksi pada remaja di wilayah banjir.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi". Kondisi ini menggambarkan adanya peningkatan risiko individu untuk terinfeksi akibat paparan faktor-faktor lingkungan, seperti tinggal di wilayah banjir. Remaja yang tinggal di wilayah banjir memiliki risiko lebih tinggi terpapar berbagai agen infeksi karena kondisi sanitasi dan higiene yang buruk serta paparan langsung dengan air banjir yang terkontaminasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi: Individu mampu mencegah dan mengendalikan infeksi yang mungkin terjadi.
2. Perilaku Kesehatan: Individu menunjukkan perilaku untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
3. Pemulihan dari Infeksi: Individu mampu pulih dari infeksi yang terjadi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor risiko infeksi di lingkungan, seperti memastikan sanitasi dan higiene yang baik, serta mengurangi paparan dengan air banjir.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada remaja mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri, mencuci tangan dengan benar, dan mengenali tanda-tanda infeksi.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi: Melakukan pemantauan tanda-tanda infeksi secara berkala dan memastikan penanganan yang tepat jika terjadi infeksi.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan sanitasi lingkungan, untuk menjamin penanganan yang komprehensif.
5. Dukungan Psikososial: Memberikan dukungan psikososial kepada remaja untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan mereka dalam menjaga kesehatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan remaja di wilayah banjir dapat mengendalikan faktor risiko infeksi, menunjukkan perilaku kesehatan yang baik, dan mampu pulih dengan cepat jika terjadi infeksi. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan remaja di wilayah banjir. -
Article No. 10750 | 11 Jan 2025
Klinis : Faktor risiko infeksi pada remaja di wilayah banjir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Perkenalkan saya Perawat professional yang berpengalaman di bidang keperawatan. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi faktor risiko infeksi pada remaja di wilayah banjir.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko infeksi berhubungan dengan paparan lingkungan yang terkontaminasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko infeksi pada remaja di wilayah banjir antara lain paparan lingkungan yang terkontaminasi, sistem kekebalan tubuh yang belum optimal, dan perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah tidak terjadi infeksi, tidak adanya tanda-tanda infeksi, dan kemampuan remaja dalam mencegah infeksi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi pada remaja di wilayah banjir meliputi manajemen lingkungan, peningkatan imunitas, dan edukasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat.
Kesimpulan, remaja yang tinggal di wilayah banjir memiliki risiko infeksi yang tinggi akibat paparan lingkungan yang terkontaminasi. Peran perawat sangat penting dalam melakukan pencegahan dan pengelolaan yang komprehensif untuk menurunkan risiko infeksi pada kelompok remaja tersebut. -
Article No. 10751 | 11 Jan 2025
Klinis : 40% remaja di wilayah Y mengalami gangguan tidur akibat penggunaan gadget berlebihan. Hal ini berdampak pada penurunan konsentrasi belajar dan tingkat kehadiran di sekolah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Penggunaan Gadget Berlebihan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Tidur adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai kuantitas dan kualitas tidur yang diinginkan.
- Faktor yang berkontribusi dalam kasus ini adalah penggunaan gadget berlebihan, yang dapat menunda waktu tidur dan mengganggu kualitas tidur remaja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Pola Tidur Membaik, yang ditandai dengan peningkatan durasi dan kualitas tidur, serta penurunan keluhan terkait tidur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Pola Tidur, yang meliputi edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup, pengaturan jadwal penggunaan gadget, dan teknik relaksasi sebelum tidur.
- Tujuannya adalah membantu remaja mengembangkan pola tidur yang sehat dan mengurangi penggunaan gadget yang berlebihan sebelum tidur.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah gangguan pola tidur pada remaja akibat penggunaan gadget berlebihan, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan tingkat kehadiran di sekolah. -
Article No. 10633 | 10 Jan 2025
Klinis : Hasil pengkajian didapatkan data : Klien Ny. R, umur 52 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S1, agama protestan, status pernikahan menikah, dan beralamat di jalan Komyos Sudarso, Pontianak Barat. Ny. R mengatakan sering merasakan nyeri sendi di kedua lututnya. Nyeri sendi yang dirasakannya dimulai pada saat menjelang menopause. Klien menopause sejak usia 50 tahun. Klien mengatakan bahwa untuk mengurangi rasa nyeri sendi yang dialaminya klien mengetuk-ngetuk lututnya, jika tidak kunjung hilang ia menggunakan koyo dikakinya. Klien juga tidak mengetahui cara lain mengatasi nyeri selain menggunakan koyo dan obat-obatan. klien sering merasa kepanasan pada malam hari untuk mengatasi hal tersebut klien menggunakan kipas. Klien mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang menopause, yaitu menopause adalah wanita yang tidak menstruasi lagi dan bila usia menarche cepat maka usia menopause cepat pula. Ketika ditanya klien tampak bingung, menunjukkan persepsi yang salah, klien juga bertanya tentang seputar menopause. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang keluhan-keluhan pada masa menopause, penyebab menopause, mengapa nyeri sendi bisa terjadi pada menopause, dan cara-cara mengatasi keluhan tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri sendi berhubungan dengan perubahan hormonal pada masa menopause.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang menopause.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri sendi berhubungan dengan perubahan hormonal pada masa menopause:
- SDKI: Nyeri sendi
- SLKI: Manajemen nyeri
- SIKI: Intervensi untuk mengurangi nyeri sendi, seperti kompres hangat, relaksasi, edukasi manajemen nyeri, dan penggunaan analgesik sesuai indikasi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang menopause:
- SDKI: Kurang pengetahuan
- SLKI: Peningkatan pengetahuan
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang menopause, seperti edukasi mengenai perubahan hormonal, gejala menopause, dan manajemen keluhan yang dapat dilakukan.
Sebagai perawat, saya akan memberikan edukasi yang komprehensif kepada Ny. R mengenai menopause, termasuk penyebab nyeri sendi dan cara penanganannya. Saya juga akan memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause, serta strategi untuk mengelola keluhan yang dialami. -
Article No. 10634 | 10 Jan 2025
Klinis : Hasil pengkajian didapatkan data : Klien Ny. R, umur 52 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S1, agama protestan, status pernikahan menikah, dan beralamat di jalan Komyos Sudarso, Pontianak Barat. Ny. R mengatakan sering merasakan nyeri sendi di kedua lututnya. Nyeri sendi yang dirasakannya dimulai pada saat menjelang menopause. Klien menopause sejak usia 50 tahun. Klien mengatakan bahwa untuk mengurangi rasa nyeri sendi yang dialaminya klien mengetuk-ngetuk lututnya, jika tidak kunjung hilang ia menggunakan koyo dikakinya. Klien juga tidak mengetahui cara lain mengatasi nyeri selain menggunakan koyo dan obat-obatan. klien sering merasa kepanasan pada malam hari untuk mengatasi hal tersebut klien menggunakan kipas. Klien mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang menopause, yaitu menopause adalah wanita yang tidak menstruasi lagi dan bila usia menarche cepat maka usia menopause cepat pula. Ketika ditanya klien tampak bingung, menunjukkan persepsi yang salah, klien juga bertanya tentang seputar menopause. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang keluhan-keluhan pada masa menopause, penyebab menopause, mengapa nyeri sendi bisa terjadi pada menopause, dan cara-cara mengatasi keluhan tersebut.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M17.9
- Deskripsi: Osteoartritis lutut, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh Ny. R, yaitu nyeri sendi di kedua lutut yang sering dirasakan sejak menjelang menopause, diagnosis yang sesuai adalah Osteoartritis lutut, tidak spesifik (M17.9). Osteoartritis merupakan kondisi degeneratif pada sendi yang dapat menyebabkan nyeri dan kekakuan, dan sering terjadi pada wanita menopause.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang disebutkan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur. Ny. R hanya menggunakan metode sederhana seperti mengetuk-ngetuk lutut dan menggunakan koyo untuk mengurangi nyeri sendi, serta menggunakan kipas untuk mengatasi rasa kepanasan pada malam hari. Tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Selain itu, Ny. R juga menunjukkan pemahaman yang terbatas tentang menopause, seperti tidak mengetahui keluhan-keluhan yang umum terjadi pada masa menopause, penyebab menopause, dan cara mengatasi keluhan tersebut. Hal ini merupakan kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi dan konseling yang tepat terkait kesehatan wanita pada masa menopause. -
Article No. 10635 | 10 Jan 2025
Klinis : hipertermi pada kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermi pada kehamilan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Peningkatan Suhu Tubuh Tidak Efektif
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas 37.5°C yang disebabkan oleh proses patologis.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, stres, dan kondisi medis lainnya.
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Tujuan: Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Intervensi:
a. Monitoring suhu tubuh secara berkala.
b. Memberikan kompres hangat atau dingin sesuai kebutuhan.
c. Menjaga asupan cairan yang adekuat.
d. Mengatur lingkungan agar sejuk dan nyaman.
e. Pemberian obat antipiretik jika perlu.
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Suhu Tubuh: Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36.5°C - 37.5°C).
b. Tanda-tanda vital stabil.
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Dalam kondisi hipertermi pada kehamilan, penting untuk melakukan pemantauan dan pengelolaan yang tepat. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh ibu dan memastikan keselamatan ibu dan janin. Pemantauan suhu tubur secara berkala, pemberian kompres, menjaga hidrasi, dan pemberian obat antipiretik jika diperlukan, merupakan intervensi utama dalam mengatasi hipertermi pada kehamilan.
Saya harap penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 10636 | 10 Jan 2025
Klinis : hipertermia pada kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia pada kehamilan.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia pada Kehamilan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia pada Kehamilan adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang terjadi pada wanita hamil. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, atau gangguan termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia pada kehamilan adalah tercapainya suhu tubuh normal (36,5-37,5°C), tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan ibu dan janin dalam kondisi sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertermia pada kehamilan meliputi:
1. Pemantauan suhu tubuh dan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.
3. Penggunaan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu tubuh.
4. Pemberian antipiretik sesuai resep dokter.
5. Identifikasi dan penanganan penyebab hipertermia, seperti infeksi.
6. Edukasi kepada ibu hamil mengenai pentingnya menjaga hidrasi dan mencegah infeksi.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan assessment komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI untuk membantu ibu hamil dengan hipertermia mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10637 | 10 Jan 2025
Klinis : pasien mengeluh Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 2 minggu. memberat malam ini disertai batuk bardahak sudah lama > 2 bulan. batuk darah (-), BB menurun (+), keringat dingin malam hari (+), mual (+), muntah (+), demam sumer, BAB dan BAK dbn
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang secreti atau obstruksi dari saluran napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi saluran napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen oksigenasi.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang secreti atau obstruksi dari saluran napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi saluran napas.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen oksigenasi.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 10638 | 10 Jan 2025
Klinis : BAB CAIR 5 KALI,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Definisi: Keluarnya feses cair atau lembek dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare ditandai dengan karakteristik seperti frekuensi BAB lebih dari 3 kali per hari, konsistensi feses cair atau lembek, dan dapat disertai dengan nyeri perut, mual, atau dehidrasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan diare adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengelola gejala diare, serta mencegah komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare meliputi pemberian cairan dan elektrolit, pengaturan diet, serta penggunaan obat antidiare jika diperlukan. -
Article No. 10639 | 10 Jan 2025
Klinis : Diare, melena, muntah, makan 1 sendok sehari, gula darah 37, td 100/70
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare, muntah, dan asupan makan yang tidak adekuat.
Penjelasan:
- Diare dan muntah dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan, meningkatkan risiko dehidrasi.
- Asupan makan yang hanya 1 sendok per hari menunjukkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, juga dapat berkontribusi terhadap risiko dehidrasi.
- Gula darah yang rendah (37 mg/dL) mengindikasikan gangguan metabolisme karbohidrat, yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi.
- Tekanan darah rendah (100/70 mmHg) juga dapat menjadi tanda awal dehidrasi.
2. Malnutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Penjelasan:
- Asupan makan hanya 1 sendok per hari menunjukkan asupan nutrisi yang jauh di bawah kebutuhan normal, sehingga berisiko mengalami malnutrisi.
- Malnutrisi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah gastrointestinal (diare, muntah), faktor psikologis, atau keterbatasan akses/kemampuan untuk makan.
3. Nyeri perut berhubungan dengan kondisi gastrointestinal (diare, melena, muntah).
Penjelasan:
- Diare, melena (buang air besar hitam), dan muntah dapat menyebabkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada perut.
- Nyeri perut dapat menjadi masalah utama yang perlu ditangani selain masalah dehidrasi dan malnutrisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko dehidrasi
- Malnutrisi
- Nyeri akut
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Status hidrasi
- Status nutrisi
- Kontrol nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen cairan
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri