Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12648 | 21 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal setelah makan ikan tongkol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Makanan Berhubungan dengan Reaksi Alergi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Makanan adalah ketidakmampuan tubuh untuk mencerna atau memetabolisme zat gizi tertentu dalam makanan, yang ditandai dengan gejala-gejala seperti gatal-gatal, mual, muntah, diare, dan sebagainya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mengenali makanan yang memicu reaksi alergi, dapat menghindari konsumsi makanan tersebut, dan tidak mengalami gejala reaksi alergi setelah makan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pengkajian Riwayat Alergi Makanan
2. Identifikasi Makanan Pemicu Reaksi Alergi
3. Edukasi tentang Manajemen Alergi Makanan
4. Pemberian Antihistamin atau Obat Antialergi sesuai Resep
5. Pemantauan Tanda dan Gejala Reaksi Alergi
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengelola kondisi alergi makanannya dengan baik dan terhindar dari komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 12649 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu membawa anak perempuan usia 1 tahun ke rumah sakit karena keluhan lingkar kepala anak yang meningkat dan tidak normal sejak 8 bulan terakhir. Anak tidak ada riwayat demam, batuk, pilek, muntah dan juga kejang. Berdasarkan hasil anamnesis lengkap diketahui anak mempunyai Riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari. Ibu mengatakan bahwa anak terlihat sehat dan baik-baik saja hingga usia 4 bulan, sampai ibu menyadari bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar. Hasil pemeriksaan vital dalam batas normal. Lingkar kepala anak tampak membesar (LK=57 cm, ubun-ubun yang menonjol, adanya sunset sign dan cracked pot sign). Hasil pemeriksaan MRI otak ditemukan dilatasi ekstensif pada sistem ventrikel, foramen Luschka dan Magendie yang terbuka lebar dengan penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum yang berdekata. Hasil ini mengarah kepada hidosefalus komunikans. Pada rekaman EEG, menunjukkan aktivitas beta sinkron ritmik > 13 Hz pada hemisfer bilateral. Anak direncanakan untuk mendapatkan antibiotik dan rencana pembedahan. Ibu masih bingung untuk memutuskan tentang persetujuan tindakan lebih lanjut pada anak karena faktor biaya dan kurangnya dukungan dari anggota keluarga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perubahan Integritas Kulit Wajah Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Rasional: Pada kasus ini, anak mengalami peningkatan lingkar kepala yang mengarah pada hidrosefali komunikans. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan perubahan pada integritas kulit wajah, seperti munculnya sunset sign dan cracked pot sign.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Gangguan Mekanisme Kompensasi
- Rasional: Hidrosefali komunikans dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme kompensasi pengeluaran cairan, sehingga berisiko menimbulkan kekurangan volume cairan.
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Rasional: Peningkatan tekanan intrakranial yang terus berlanjut dapat menyebabkan cedera pada otak, seperti penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tidak Terjadi Perubahan
- Kriteria hasil: Tidak ada perubahan pada kulit wajah, tidak ditemukan sunset sign dan cracked pot sign.
2. Status Cairan: Cairan Seimbang
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, balance cairan positif, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Cedera: Tidak Terjadi Cedera
- Kriteria hasil: Tidak ada penurunan fungsi saraf, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang menetap.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, suhu tubuh, laju napas, dan laju nadi.
- Memantau kondisi kulit wajah untuk mendeteksi perubahan, seperti munculnya sunset sign dan cracked pot sign.
2. Manajemen Cairan
- Mengkaji keseimbangan cairan dan menghitung intake dan output cairan.
- Memantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
- Memberikan cairan sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan.
3. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Memposisikan kepala anak dalam posisi yang dapat mengurangi tekanan intrakranial, misalnya dengan elevasi kepala 30-45 derajat.
- Memonitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti peningkatan lingkar kepala, perubahan status mental, dan kejang.
- Berkoordinasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan dan rencana pembedahan, jika diperlukan.
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi anak dengan hidrosefali komunikans. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi anak, mengelola cairan, dan berkoordinasi dengan tim medis untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12650 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu membawa anak perempuan usia 1 tahun ke rumah sakit karena keluhan lingkar kepala anak yang meningkat dan tidak normal sejak 8 bulan terakhir. Anak tidak ada riwayat demam, batuk, pilek, muntah dan juga kejang. Berdasarkan hasil anamnesis lengkap diketahui anak mempunyai Riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari. Ibu mengatakan bahwa anak terlihat sehat dan baik-baik saja hingga usia 4 bulan, sampai ibu menyadari bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar. Hasil pemeriksaan vital dalam batas normal. Lingkar kepala anak tampak membesar (LK=57 cm, ubun-ubun yang menonjol, adanya sunset sign dan cracked pot sign). Hasil pemeriksaan MRI otak ditemukan dilatasi ekstensif pada sistem ventrikel, foramen Luschka dan Magendie yang terbuka lebar dengan penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum yang berdekata. Hasil ini mengarah kepada hidosefalus komunikans. Pada rekaman EEG, menunjukkan aktivitas beta sinkron ritmik > 13 Hz pada hemisfer bilateral. Anak direncanakan untuk mendapatkan antibiotik dan rencana pembedahan. Ibu masih bingung untuk memutuskan tentang persetujuan tindakan lebih lanjut pada anak karena faktor biaya dan kurangnya dukungan dari anggota keluarga.Buatkan 3 Diagnosa keperawatan dari SDKI berupa DO DS nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan tiga diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan 1: Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan Hidrosefalus Komunikans.
DO (Data Objektif):
- Hasil pemeriksaan MRI otak menunjukkan dilatasi ekstensif pada sistem ventrikel, foramen Luschka dan Magendie yang terbuka lebar dengan penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum yang berdekata.
- Hasil pemeriksaan EEG menunjukkan aktivitas beta sinkron ritmik > 13 Hz pada hemisfer bilateral.
DS (Data Subjektif):
- Ibu mengatakan bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar sejak usia 4 bulan.
- Anak memiliki riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari.
Diagnosa Keperawatan 2: Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial.
DO (Data Objektif):
- Lingkar kepala anak tampak membesar (LK=57 cm), ubun-ubun yang menonjol, adanya sunset sign dan cracked pot sign.
- Anak direncanakan untuk mendapatkan antibiotik dan rencana pembedahan.
DS (Data Subjektif):
- Ibu mengatakan bahwa anak terlihat sehat dan baik-baik saja hingga usia 4 bulan, sampai ibu menyadari bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar.
Diagnosa Keperawatan 3: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan Kurangnya Dukungan Keluarga.
DO (Data Objektif):
- Ibu masih bingung untuk memutuskan tentang persetujuan tindakan lebih lanjut pada anak karena faktor biaya dan kurangnya dukungan dari anggota keluarga.
DS (Data Subjektif):
- Ibu mengatakan bahwa anak mempunyai riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari.
- Ibu mengatakan bahwa anak tidak ada riwayat demam, batuk, pilek, muntah, dan juga kejang.
Sebagai perawat profesional, saya akan terus memantau dan memberikan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, sambil mendukung keluarga untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan perawatan anak. -
Article No. 12651 | 21 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. Penurunan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang diharapkan secara independen.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut
- Penyebab: Cedera atau penyakit
- Gejala: Ekspresi wajah meringis, mengeluh nyeri, posisi tubuh menghindari nyeri
- Tujuan: Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Intervensi: Manajemen nyeri, kompres hangat/dingin, relaksasi
2. Penurunan Mobilitas Fisik
- Penyebab: Penyakit, keterbatasan fisik, lingkungan
- Gejala: Pasien kesulitan dalam aktivitas, postur tubuh yang tidak optimal
- Tujuan: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
- Intervensi: Latihan fisik, terapi okupasi, modifikasi lingkungan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu menggunakan teknik manajemen nyeri, tidak ada komplikasi akibat nyeri.
2. Mobilitas Fisik Meningkat
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tidak ada tanda-tanda komplikasi, pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Tindakan: Identifikasi penyebab nyeri, berikan analgetik, kompres hangat/dingin, ajarkan teknik relaksasi.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Tindakan: Bantu pasien melakukan latihan fisik, modifikasi lingkungan, ajarkan teknik transfer dan ambulasi.
Semoga penjelasan ini membantu dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk pasien dengan keluhan sakit kepala. Silakan sampaikan jika ada pertanyaan lain. -
Article No. 12652 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun di bawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman-temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit Terkait Dermatitis Atopik
2. Gangguan Aktivitas Bermain Terkait Penampilan Fisik
3. Ketidakpatuhan Terkait Regimen Pengobatan
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Gangguan Integritas Kulit Terkait Dermatitis Atopik
- SDKI: Gangguan integritas kulit yang ditandai dengan perubahan warna, tekstur, dan fungsi kulit akibat proses inflamasi kronis pada anak usia 7 tahun.
- SLKI: Perawatan kulit, pengaturan suhu lingkungan, dan pemberian obat-obatan topikal sesuai rekomendasi tenaga kesehatan.
- SIKI: Identifikasi penyebab, pemantauan tanda-tanda inflamasi, dan edukasi tentang perawatan kulit yang tepat.
2. Gangguan Aktivitas Bermain Terkait Penampilan Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas bermain dan bersosialisasi akibat perubahan penampilan fisik pada anak usia 7 tahun.
- SLKI: Dukungan psikologis, modifikasi lingkungan, dan intervensi untuk meningkatkan rasa percaya diri.
- SIKI: Identifikasi hambatan dalam berinteraksi sosial, pemberian konseling, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
3. Ketidakpatuhan Terkait Regimen Pengobatan
- SDKI: Perilaku tidak mengikuti aturan pengobatan topikal yang disarankan tenaga kesehatan pada anak usia 7 tahun.
- SLKI: Evaluasi faktor penyebab, peningkatan motivasi, dan modifikasi regimen pengobatan.
- SIKI: Identifikasi alasan ketidakpatuhan, edukasi tentang pentingnya kepatuhan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam pendekatan ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh anak perempuan usia 7 tahun dengan dermatitis atopik, termasuk mengelola kondisi kulit, meningkatkan aktivitas bermain dan interaksi sosial, serta membantu meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. -
Article No. 12653 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun di bawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman-temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang terlihat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping obat topikal.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang terlihat.
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen aktivitas, Peningkatan energi, dan Terapi bermain.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Toleransi aktivitas meningkat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan.
- SDKI: Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif individu terhadap tubuhnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan fungsi sosial.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Dukungan psikologis, Terapi bermain, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Citra tubuh positif.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping obat topikal.
- SDKI: Ketidakpatuhan adalah perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen regimen terapeutik, Edukasi kesehatan, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Kepatuhan terhadap regimen terapeutik meningkat.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan fokus pada manajemen gejala, peningkatan citra tubuh, serta peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, dengan melibatkan pasien dan keluarga secara aktif. -
Article No. 12654 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD, nanda, sdki, slki, siki berserta kodenya. PEMERIKSAAN PENUNJANG, DAN OBAT-OBATAN YANG SESUAI UNTUK KASUS DIATAS.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk kasus pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
- Pemeriksaan rontgen dada
- Tes kulit tuberkulin (Mantoux)
- Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Obat-obatan yang Sesuai:
- Obat anti-tuberkulosis standar lini pertama, seperti:
- Isoniazid (INH)
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Etambutol
- Dosis dan lama pengobatan disesuaikan dengan pedoman pengobatan tuberkulosis yang berlaku.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas serta lesi di paru, diagnosis awal yang ditetapkan adalah tuberkulosis paru. Kode ICD-10 yang sesuai adalah A15.0, yang merupakan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis.
Untuk pemeriksaan penunjang, diperlukan pemeriksaan sputum untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis, pemeriksaan rontgen dada untuk menilai lesi di paru, tes kulit tuberkulin (Mantoux) untuk mendeteksi infeksi tuberculosis, serta pemeriksaan laboratorium darah lengkap untuk mengevaluasi status kesehatan umum pasien.
Pengobatan yang sesuai adalah obat anti-tuberkulosis standar lini pertama, seperti isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Dosis dan lama pengobatan harus disesuaikan dengan pedoman pengobatan tuberkulosis yang berlaku. -
Article No. 12655 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD, nanda, sdki, slki, siki berserta kodenya. PEMERIKSAAN PENUNJANG, DAN OBAT-OBATAN YANG SESUAI UNTUK KASUS DIATAS.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI Kode: 00031)
Karakteristik: Suara napas bronkial, sesak napas, produksi sekret berlebih.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Kode: 00002)
Karakteristik: Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI Kode: 00092)
Karakteristik: Sesak napas saat beraktivitas.
Diagnosa ICD:
A15.0 Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
Diagnosa NANDA:
00031 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
00002 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
00092 Intoleransi Aktivitas
Pemeriksaan Penunjang:
1. Rontgen Thoraks: Adanya lesi di paru
2. Tes Tuberkulin: Untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis
3. Sputum Basil Tahan Asam (BTA): Untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis
Obat-obatan yang Sesuai:
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama:
- Isoniazid (INH)
- Rifampisin (RMP)
- Pirazinamid (PZA)
- Etambutol (EMB)
2. Kortikosteroid: Untuk mengurangi inflamasi dan edema
3. Bronkodilator: Untuk mengatasi sesak napas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Adekuat (SLKI Kode: 0300)
Kriteria hasil:
- Tidak ada sumbatan jalan napas
- Tidak ada sesak napas
- Produksi sekret berkurang
2. Status Nutrisi Membaik (SLKI Kode: 1004)
Kriteria hasil:
- Berat badan membaik
- Nafsu makan meningkat
3. Toleransi Aktivitas Membaik (SLKI Kode: 0005)
Kriteria hasil:
- Kelelahan berkurang
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor pola napas
- Berikan nebulizer, oksigen jika perlu
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada
2. Ketidakseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi
- Berikan makanan tinggi kalori dan protein
- Pantau asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji toleransi aktivitas
- Berikan latihan fisik bertahap
- Istirahat yang cukup
- Manajemen energi
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Kondisi pasien dengan sesak napas, suara napas bronkial, dan produksi sekret berlebih menunjukkan adanya masalah pada bersihan jalan napas.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan mengindikasikan ketidakseimbangan nutrisi.
- Intoleransi Aktivitas: Sesak napas saat beraktivitas menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
2. Diagnosa ICD, NANDA, SDKI, SLKI, SIKI:
- Diagnosa ICD: A15.0 Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif, sesuai dengan gejala dan hasil pemeriksaan.
- Diagnosa NANDA: Sesuai dengan diagnosa keperawatan SDKI yang telah disebutkan sebelumnya.
- Diagnosa SDKI: Sesuai dengan diagnosa keperawatan SDKI yang telah disebutkan sebelumnya.
- Luaran/Output SLKI: Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari asuhan keperawatan, yaitu bersihan jalan napas adekuat, status nutrisi membaik, dan toleransi aktivitas membaik.
- Intervensi Keperawatan SIKI: Intervensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran/output SLKI, seperti monitor pola napas, berikan nebulizer, ajarkan teknik batuk efektif, kaji status nutrisi, berikan makanan tinggi kalori dan protein, kaji toleransi aktivitas, berikan latihan fisik bertahap.
3. Pemeriksaan Penunjang:
- Rontgen Thoraks: Untuk melihat adanya lesi di paru, yang merupakan salah satu tanda tuberkulosis paru.
- Tes Tuberkulin: Untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis, yang merupakan penyebab utama tuberkulosis.
- Sputum Basil Tahan Asam (BTA): Untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis melalui pemeriksaan mikrobiologis.
4. Obat-obatan yang Sesuai:
- Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama: Terapi utama untuk pengobatan tuberkulosis, meliputi isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol.
- Kortikosteroid: Untuk mengurangi inflamasi dan edema yang dapat menyebabkan sesak napas.
- Bronkodilator: Untuk melebarkan saluran napas dan mengatasi sesak napas.
5. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Adekuat: Tujuan agar tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada sesak napas, dan produksi sekret berkurang.
- Status Nutrisi Membaik: Tujuan agar berat badan membaik dan nafsu makan meningkat.
- Toleransi Aktivitas Membaik: Tujuan agar kelelahan berkurang dan tidak ada sesak napas saat beraktivitas.
6. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Monitoring pola napas, pemberian nebulizer dan oksigen, latihan batuk efektif, dan fisioterapi dada.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Pengkajian status nutrisi, pemberian makanan tinggi kalori dan protein, pemantauan asupan nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
- Intoleransi Aktivitas: Pengkajian toleransi aktivitas, pemberian latihan fisik bertahap, istirahat yang cukup, dan manajemen energi.
Saya harap penjelasan yang rinci dan terperinci ini dapat membantu Anda dalam mem -
Article No. 12656 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan diare kronis dan kurangnya asupan nutrisi.
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat penyakit.
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Isolasi Sosial berhubungan dengan penolakan diri dan orang lain terkait kondisi penyakit.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Definisi, Faktor Risiko, Gejala dan Tanda
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
2. Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Definisi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
3. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Definisi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
4. Isolasi Sosial
- SDKI: Definisi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi
- SLKI: Tujuan, Kriteria Hasil
- SIKI: Intervensi Keperawatan
Penerapan standar SDKI-SLKI-SIKI ini akan memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan Tn. A. -
Article No. 12657 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/- , ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. A dengan usia 31 tahun yang dirawat dengan keluhan diare kronis dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi serta hasil pemeriksaan penunjang yang mengindikasikan adanya infeksi HIV, maka dapat disusun diagnosa keperawatan dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit berhubungan dengan diare kronis dan malnutrisi.
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan malnutrisi.
c. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat infeksi HIV.
2. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit:
- Pantau status cairan dan elektrolit
- Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi
- Pantau asupan dan output cairan
b. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan aktivitas klien
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim terkait untuk rehabilitasi
c. Risiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik pencegahan infeksi pada klien dan keluarga
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Cairan
b. Aktivitas Terapi
c. Manajemen Infeksi
Penjelasan singkat:
- Diagnosa Keperawatan Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit berhubungan dengan diare kronis dan malnutrisi. Klien mengalami gejala dehidrasi seperti mata cekung, konjungtiva anemis, membran mukosa kering, dan ekstremitas dingin dengan CRT >2 detik.
- Diagnosa Keperawatan Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan malnutrisi. Klien mengalami penurunan berat badan drastis dengan IMT 17 dan membutuhkan bantuan keluarga serta perawat untuk melakukan aktivitas di tempat tidur.
- Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat infeksi HIV. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi oportunistik seperti kandidiasis oral dan gambaran radiologis yang mengarah pada infeksi paru.
Rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang diberikan bertujuan untuk mengatasi masalah cairan dan elektrolit, meningkatkan toleransi aktivitas, serta mencegah dan mengelola infeksi pada klien.