Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12756 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lama nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi Ny. S berdasarkan pedoman Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit muskuloskeletal (artritis reumatoid)
2. Mobilitas sendi terganggu berhubungan dengan pembengkakan dan kekakuan sendi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, kemampuan mengontrol nyeri meningkat, dan pasien dapat beristirahat dengan baik.
2. Mobilitas Sendi Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan rentang gerak sendi secara mandiri, kekakuan sendi berkurang, dan tidak ada deformitas sendi baru.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tidak mudah lelah, dan tidak terdapat tanda-tanda intoleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres hangat, relaksasi, distraksi)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
2. Peningkatan Mobilitas Sendi
- Kaji derajat pembengkakan, kekakuan, dan rentang gerak sendi
- Berikan latihan rentang gerak sendi secara bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik latihan sendi yang benar
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menentukan program latihan yang sesuai
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
- Anjurkan istirahat yang cukup dan pola tidur yang baik
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam melakukan aktivitas
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan penyesuaian terapi
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Ny. S dengan artritis reumatoid. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan perawatan yang optimal. -
Article No. 12757 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kasus Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fatigue dan nyeri sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (manifestasi klinik LES).
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sariawan dan penurunan nafsu makan.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (bercak-bercak, rambut rontok).
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan, terbatas oleh gejala atau respons fisiologis.
- SLKI: Intervensi untuk membantu seseorang meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Manajemen energi, Latihan fisik, Peningkatan mobilitas.
2. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan seseorang.
- SIKI: Manajemen nyeri, Pemberian analgesik, Relaksasi.
3. Risiko infeksi:
- SDKI: Meningkatnya rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada seseorang.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda infeksi, Manajemen nutrisi, Manajemen imunitas.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi untuk membantu seseorang meningkatkan asupan nutrisi.
- SIKI: Manajemen nutrisi enteral, Edukasi gizi, Monitoring status nutrisi.
5. Gangguan citra tubuh:
- SDKI: Gangguan dalam persepsi atau gambaran mental tentang bentuk dan fungsi tubuh.
- SLKI: Intervensi untuk membantu seseorang menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan citra tubuh.
- SIKI: Dukungan emosional, Edukasi pemulihan citra tubuh, Terapi acceptance. -
Article No. 12758 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) pada Ny. W.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Fatigue berhubungan dengan anemia dan penurunan asupan nutrisi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan nyeri sendi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam, dan ketidaknyamanan.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan sariawan.
7. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Fatigue teratasi: pasien menunjukkan peningkatan energi, mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Intoleransi aktivitas teratasi: pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
3. Pola tidur membaik: pasien tidur nyenyak selama 6-8 jam tanpa terganggu nyeri atau demam.
4. Integritas kulit membaik: lesi kupu-kupu dan lesi kulit lainnya mengalami perbaikan.
5. Infeksi tidak terjadi: tidak ada tanda-tanda infeksi baru.
6. Status nutrisi membaik: pasien mencapai kebutuhan nutrisi harian.
7. Nyeri terkontrol: pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas tanpa hambatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Fatigue:
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan.
- Kolaborasi pemberian terapi anemia dan suplementasi nutrisi.
2. Manajemen Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan fungsional dan batasan aktivitas pasien.
- Bantu pasien berlatih aktivitas secara bertahap dengan memperhatikan toleransinya.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan penggunaan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
3. Manajemen Pola Tidur:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Berikan intervensi non-farmakologi untuk memfasilitasi tidur, seperti relaksasi.
- Kolaborasi pemberian obat tidur jika diperlukan.
4. Perawatan Luka:
- Kaji lesi kulit dan karakteristiknya secara berkala.
- Bersihkan dan merawat lesi kulit sesuai prosedur.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan lesi kulit.
5. Pencegahan Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Pastikan pasien mendapatkan terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Dorong pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau respons terapi.
6. Manajemen Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan makanan yang lunak dan mudah ditelan untuk mengatasi sariawan.
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien secara berkala.
7. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri pasien secara komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien Ny. W dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh peningkatan kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 12759 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. Analisa data senjang dan pendukung, dan rumuskan masalah serta diagnosa keperawatan sesuai kasus pasien dengan LES.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisa dan rencana asuhan keperawatan untuk kasus Ny. W dengan diagnosa Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
Analisa Data:
1. Data Subjektif:
- Keluhan utama: lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut, dan nyeri menelan.
- Riwayat penyakit sekarang: keluhan utama muncul sejak 6-5 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai batuk sejak 4 hari setelah MRS.
- Riwayat penyakit dahulu: pernah dirawat 2 tahun lalu karena keluhan yang sama, didiagnosis LES, rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone.
- Keluhan lain: nyeri sendi pada bahu dan siku, bercak kemerahan pada wajah, lengan, punggung, telapak tangan dan kaki, rambut rontok, dan penurunan berat badan.
2. Data Objektif:
- Tanda vital: tekanan darah 116/79 mmHg, denyut nadi 114x/menit, RR 18x/menit, suhu 38°C.
- Pemeriksaan fisik: bercak eritematosa berbatas tegas seperti kupu-kupu di wajah, conjungtiva anemis, rambut tipis dan rontok, pembesaran kelenjar getah bening.
- Pemeriksaan laboratorium: Hb 7,5 g/dl, trombosit 60.000/mm3, leukosit 3.000/mm3, limfosit 700/mm3, ANA positif, anti-dsDNA meningkat, C3 dan C4 menurun.
- Pemeriksaan radiologi: gambaran pneumonia pada foto thoraks.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, anemia, dan nyeri sendi.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sariawan mulut dan batuk produktif.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan sulit makan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (bercak pada kulit, rambut rontok).
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun (leukopenia, limfopenia).
Luaran/Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien dapat beradaptasi terhadap pembatasan aktivitas.
2. Bersihan Jalan Napas:
- Pasien dapat membersihkan jalan napas secara efektif.
- Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan.
3. Status Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
4. Citra Tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan citra tubuh.
- Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan citra tubuh.
5. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami infeksi.
- Pasien dapat mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
- Ajarkan teknik manajemen energi.
- Kolaborasi pemberian terapi obat untuk mengurangi nyeri sendi.
2. Bersihan Jalan Napas:
- Kaji status pernapasan dan produksi sekret.
- Lakukan suction apabila diperlukan.
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
3. Status Nutrisi:
- Kaji asupan makanan dan monitoring berat badan.
- Berikan diet sesuai kebutuhan (1800 kkal).
- Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral jika perlu.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai.
4. Citra Tubuh:
- Kaji respons pasien terhadap perubahan fisik.
- Berikan dukungan psikologis dan konseling.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan.
- Ajarkan strategi koping yang adaptif.
5. Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif sangat penting untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Pemantauan yang ketat, terapi yang tepat, serta edukasi dan dukungan bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12760 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Kelelahan (00093)
- Definisi: Pengalaman menetap terkait kekurangan energi untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit kronis, penyakit akut, penurunan status gizi
- Karakteristik Definisi: Melaporkan kelelahan yang tidak hilang setelah istirahat, penurunan aktivitas, penurunan toleransi untuk aktivitas rutin
2. Gangguan Menelan (00103)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menelan makanan atau cairan dengan aman dan efektif
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit sistemik, disfungsi neuromuskular, iritasi pada mulut atau tenggorokan
- Karakteristik Definisi: Kesulitan menelan, nyeri saat menelan, batuk dan tersedak saat makan atau minum, penurunan berat badan
3. Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi oleh organisme patogen
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan sistem kekebalan, paparan organisme patogen, malnutrisi
- Karakteristik Definisi: Leukopenia, peningkatan temperatur tubuh, perubahan penampilan lesi, peningkatan kadar glukosa darah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelelahan (0007)
- Definisi: Tingkat energi dan kenyamanan yang dirasakan
- Indikator:
- Energi yang memadai untuk aktivitas sehari-hari
- Pemulihan energi setelah istirahat
- Mampu menjalankan aktivitas rutin
2. Mempertahankan Nutrisi (1004)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat
- Indikator:
- Mampu menelan makanan dan cairan dengan aman
- Berat badan dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Bebas Infeksi (1107)
- Definisi: Bebas dari gejala dan tanda-tanda infeksi
- Indikator:
- Tidak ada demam
- Tidak ada tanda-tanda inflamasi lokal
- Tidak ada peningkatan kadar leukosit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi (4240)
- Definisi: Membantu pasien untuk mengatur penggunaan energi
- Aktivitas:
- Identifikasi faktor yang menyebabkan kelelahan
- Bantu pasien untuk merencanakan aktivitas dan istirahat
- Ajarkan teknik untuk menghemat energi
2. Manajemen Disfagia (1056)
- Definisi: Membantu pasien untuk menyesuaikan pola makan dan menelan secara aman dan efektif
- Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan menelan pasien
- Atur posisi tubuh dan leher pasien saat makan
- Berikan makanan dan cairan sesuai konsistensi yang direkomendasikan
3. Manajemen Infeksi (6540)
- Definisi: Mencegah dan mengendalikan infeksi pada pasien
- Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
- Promosikan higiene personal yang baik
Catatan: Penjelasan ini disusun dengan nada akademis dan perspektif seorang perawat yang berwenang dalam memberikan asuhan keperawatan. -
Article No. 12761 | 22 Feb 2025
Klinis : gagal ginjal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gagal ginjal.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional.
3. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan ginjal.
4. Kesiapan meningkatkan manajemen diri berhubungan dengan penyakit kronis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan yang ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien, faktor risiko, dan potensi respons pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan yang ditetapkan mencakup status kesehatan pasien, tingkat kemandirian, dan kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan dirancang berdasarkan diagnosa keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dalam kasus gagal ginjal, intervensi keperawatan dapat mencakup manajemen cairan dan elektrolit, manajemen nyeri, edukasi terkait penyakit, serta peningkatan aktivitas dan perawatan diri. -
Article No. 12762 | 22 Feb 2025
Klinis : gagal ginjal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan, Luaran/Output Asuhan Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan untuk kondisi gagal ginjal:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
a. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Fungsi Ginjal
Penjelasan: Penurunan Fungsi Ginjal adalah diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi gagal ginjal. Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan kemampuan ginjal dalam membuang sisa metabolisme dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh.
2. Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang Diharapkan: Keseimbangan Cairan
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat. Hal ini meliputi kemampuan ginjal untuk mempertahankan volume cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam rentang normal.
b. Luaran yang Diharapkan: Eliminasi Urin yang Adekuat
Penjelasan: Selain keseimbangan cairan, luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai eliminasi urin yang adekuat. Hal ini terkait dengan kemampuan ginjal untuk membuang sisa metabolisme dan produk limbah lainnya melalui urin.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi: Manajemen Cairan
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh pasien. Intervensi ini dapat mencakup pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan.
b. Intervensi: Manajemen Elektrolit
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit tubuh pasien. Intervensi ini dapat mencakup pemantauan kadar elektrolit, pemberian suplemen elektrolit sesuai kebutuhan, dan pembatasan asupan elektrolit tertentu.
c. Intervensi: Terapi Dialisis
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk membantu mengeluarkan sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari tubuh pasien. Intervensi ini dapat mencakup terapi hemodialisis, peritoneal dialisis, atau modalitas dialisis lainnya sesuai kondisi pasien.
d. Intervensi: Edukasi Kesehatan
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien serta keluarga mengenai kondisi gagal ginjal, manajemen cairan dan elektrolit, serta pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan terapi dialisis.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan bertujuan untuk mempertahankan fungsi ginjal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal. -
Article No. 12763 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. TUGAS INDIVIDU: 1. Identifikasi dan jelaskan terminologi atau istilah atau singkatan yang Anda temukan pada kasus pasien dengan LES diatas. 2. Sebuktkan faktor resiko terjadinya penyakit LES. 3. Jelaskan penatalaksanaan non farmakologi pada pasien dengan LES.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan membantu Anda dalam membuat diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien Ny. W yang didiagnosis dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
1. Identifikasi dan Penjelasan Istilah/Singkatan:
- MRS: Masuk Rumah Sakit
- IRT: Ibu Rumah Tangga
- ANA: Antinuclear Antibody, tes untuk memeriksa autoimun
- anti-dsDNA: Antibodi terhadap DNA ganda heliks, tes untuk memeriksa lupus
- C3 dan C4: Komplemen, protein yang terlibat dalam sistem imun
- Keton +1: Menunjukkan adanya ketoasidosis
- Urobilinogen +1: Menunjukkan adanya hemolisis atau gangguan pada hepar
- Bilirubin +1: Menunjukkan adanya gangguan pada hepar
- Eritrosit +3: Menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi pada saluran kemih
2. Faktor Risiko Lupus Eritematosus Sistemik (LES):
- Faktor genetik: LES lebih sering terjadi pada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini.
- Faktor hormonal: LES lebih sering terjadi pada wanita, terutama pada usia reproduktif.
- Faktor lingkungan: Paparan sinar UV, infeksi, dan stres dapat memicu terjadinya LES.
- Faktor imunologi: Adanya gangguan sistem imun yang menyebabkan tubuh memproduksi autoantibodi.
3. Penatalaksanaan Non-Farmakologi pada Pasien dengan LES:
a. Edukasi dan konseling
- Menjelaskan tentang penyakit LES, termasuk gejala, prognosis, dan manajemen penyakit.
- Membantu pasien dan keluarga memahami penyakit dan strategi untuk mengelola gejala.
b. Manajemen Gaya Hidup
- Menganjurkan istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang berlebihan.
- Menganjurkan diet seimbang dan sesuai dengan kondisi pasien.
- Menyarankan penggunaan tabir surya dan menghindari paparan sinar matahari berlebihan.
- Menganjurkan latihan fisik yang ringan dan sesuai kemampuan.
c. Dukungan Psikososial
- Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien mengatasi stres.
- Melibatkan keluarga dan lingkungan sosial untuk memberikan dukungan.
- Merujuk ke konselor atau psikolog jika diperlukan.
Dalam penanganan pasien Ny. W dengan LES, diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang dapat diterapkan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI PPNI adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan mobilitas sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (LES).
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan manifestasi kulit pada LES.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, kelemahan, atau kurangnya energi.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat.
3. Kerusakan Integritas Kulit: Perubahan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh berbagai faktor, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kulit.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
5. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, organ, dan/atau sistem.
Dengan demikian, pendekatan komprehensif yang mencakup aspek medis, keperawatan, dan dukungan psikososial diperlukan dalam pengelolaan pasien Ny. W dengan LES agar dapat mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12764 | 22 Feb 2025
Klinis : pasien mengalami asma, muncul saat udara dingin dan bekerja di pabrik. rr 32x per menit, ortopnea, dyspnea, terdengar bunyi wheezing dan ronchi pada bagian atas paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi tersebut adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Adanya tanda-tanda pernapasan tidak efektif, seperti frekuensi pernapasan meningkat, adanya bunyi napas tambahan (wheezing, ronchi), dan ortopnea.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari obstruksi, serta menunjukkan pola napas yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, terapi inhalasi, dan edukasi terkait pengelolaan asma.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Adanya tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti dispnea, kelelahan, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami keterbatasan atau kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, latihan fisik, dan edukasi terkait pengelolaan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
Dengan tone akademis dan persona pakar perawat, penting untuk memberikan penjelasan yang komprehensif dan ilmiah terkait diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI. Hal ini akan membantu pasien memahami kondisinya secara lebih dalam dan mendorong partisipasi aktif dalam perawatan. -
Article No. 12765 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. P, 65 tahun datang ke poli bedah tanggal 20 Mei 2023 dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kanan terdapat benjolan leher sebelah kanan. Kesadaran komposmentis, keadaan umum sedang, tidak ada mual muntah, klien tampak meringis kesakitan, , setelah dilakukan pemeriksaaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmhg, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 36 C. Tampak ada benjolan besar dibagian leher sebelah kanan, klien tampak pucat. Klien kemudian dirujuk untuk di rawat dalam persiapan operasi. Klien menyatakan cemas dengan kondisinya dan menanyakan kepada perawat apakah setelah operasi, dia akan baik baik saja dan bisa pulang. Saat ini klien terpasang infus RL 20 Tpm di tangan kiri, hasil Lab: HB : 11,3 g/dl, Hematokrit : 30%, Eritrosit : 3,8 juta /ul, Leukosit : 9.200/ul , Trombosit 200.000/ul.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Faktor Pencetus: Adanya benjolan di leher yang menyebabkan rasa nyeri.
- Gejala/Tanda: Klien tampak meringis kesakitan, vital signs menunjukkan adanya peningkatan.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber penyebab kecemasan yang tidak jelas dan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
- Faktor Pencetus: Klien merasa cemas dengan kondisi kesehatannya dan proses operasi yang akan dilakukan.
- Gejala/Tanda: Klien menanyakan apakah ia akan baik-baik saja setelah operasi dan dapat pulang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kriteria Hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang, tampak rileks, dan vital signs dalam batas normal.
2. Kontrol Kecemasan
- Kriteria Hasil: Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas, dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan menunjukkan strategi untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Observasi: Monitor tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku nyeri.
- Terapeutik: Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres dingin, distraksi, relaksasi).
- Edukasi: Ajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri.
- Kolaborasi: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian analgetik jika diperlukan.
2. Manajemen Kecemasan
- Observasi: Monitor tanda-tanda kecemasan klien, seperti gelisah, menggigit kuku, dan vital signs.
- Terapeutik: Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, libatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
- Edukasi: Berikan informasi tentang proses operasi dan recovery yang realistis, ajarkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian obat antiansietas jika diperlukan.
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi klien adalah Nyeri Akut dan Kecemasan. Nyeri Akut disebabkan oleh adanya benjolan di leher yang menyebabkan rasa sakit, sedangkan Kecemasan timbul karena klien merasa cemas dengan kondisi kesehatannya dan proses operasi yang akan dilakukan.
Luaran/output yang diharapkan adalah Manajemen Nyeri dan Kontrol Kecemasan. Klien diharapkan dapat melaporkan nyeri yang berkurang, tampak rileks, dan vital signs dalam batas normal. Selain itu, klien juga diharapkan dapat mengungkapkan perasaan cemas, mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan menunjukkan strategi untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Perawat perlu melakukan observasi terhadap tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku nyeri, serta tanda-tanda kecemasan klien. Terapeutik yang dapat dilakukan adalah memberikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri dan menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengatasi kecemasan. Edukasi juga perlu dilakukan, seperti mengajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri serta memberikan informasi tentang proses operasi dan recovery yang realistis. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan, terutama untuk pemberian analgetik dan obat antiansietas jika diperlukan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mengatasi nyeri akut dan kecemasan yang dialaminya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalani proses operasi.