Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10867 | 13 Jan 2025
Klinis : Laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah disertai nyeri kepala hebat 1 jam setelah tergigit ular ketika hendak pulang setelah berkebun. Pasien tidak ingat jenis ular apa yang menggigitnya. Keluhan pasien disertai dengan mual muntah darah, dan kencing berdarah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran pasien compos mentis, dengan VAS 5/10 tekanan darah 124/74 nadi 74x/m suhu 36 respirasi rate 22 kali dengan saturasi 99%. Terdapat bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra disertai dengan perdarahan pada bekas gigitan ular, edema, hiperemis dan nyeri tekan di area tersebut. Selama dilakukan pemeriksaan pasien sempat mengalami muntah darah, mengeluhkan kencing darah dan buang air besar berdarah. Dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan hematologi didapatkan hasil Hemoglobin 13.4 g/dL Hematokrit 41.2 % Trombosit 39.740 Leukosit 15.17 10*3/ul MCV 77.3 fl MCH 25.1pg MCHC 32.4 g/L Gula Darah Sewaktu 144 mg/dL, Creatinin 1.71mg/dL, Natrium darah 135 mmol/L, Kalium 4.24 mmol/L Klorida 112 mmol/L, Kalsium Ion 1.12 mmol/L Total Calcium 2.21 mmol/L PT >150 APTT 40,6 SGOT 21 U/L SGPT 40 U/L D-Dimer3240 ng/mL, dilakukan pemeriksaan ECG didapatkan sinus bradikardia, diberikan infus RL 20tpm, dilakukan transfusi FFP 10 kantong, TC aferesis 2 kantong, dexametason injeksi 2x1 ampul, dilakukan drip heparin 20.000 unit/24 jam, diberikan injeksi kalnex dan vit K serta diberikan anti nyeri yaitu tramadol dan antibiotik metronidazole infus 3x500mg, diberikan injeksi omeprazole 2x40mg, sucralfat 3x5cc, asam folat 3x1. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah serial untuk memantau kondisi pasien. Setelah dilakukan penanganan awal, pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan dilakukan pemeriksaan laboratorium serial. Hari ketiga perawatan pasien mengeluhkan adanya sesak nafas pada pemeriksaan fisik didapatkan rhonki paru minimal pada paru kanan. Dilakukan pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya gambaran edema pulmonum dan kemungkinan adanya pneumonia. Pada kasus ini pasien diberikan oksigenisasi 2-4lpm, injeksi furosemide sebanyak 2x1A, spironolacton 1x25mg ceftazidine 3x1gr, metrondizaole infus 3x500, nac 3x200mg, cetrizine 2x, dexametason 2x1 ampul, vip albumin 3x2caps, dan obat yang sebelumnya diberikan dilanjutkan. Pasien juga dilakukan transfusi PRC 1-2 flabot/hari dikarenakan hb pasien 6.2 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan (Bleeding) berhubungan dengan gigitan ular.
2. Risiko komplikasi (Risk for Complications) berhubungan dengan gigitan ular dan reaksi tubuh terhadap gigitan.
3. Nyeri akut (Acute Pain) berhubungan dengan gigitan ular.
4. Ansietas (Anxiety) berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam.
5. Risiko infeksi (Risk for Infection) berhubungan dengan luka gigitan ular.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perdarahan Terkendali (Bleeding Control):
- Perdarahan dapat dihentikan
- Tidak terjadi perburukan perdarahan
- Tidak terjadi komplikasi perdarahan yang mengancam jiwa
2. Bebas Komplikasi (Complication Free):
- Tidak terjadi komplikasi sistemik (seperti gagal ginjal, gangguan pembekuan darah, dsb.)
- Tidak terjadi komplikasi lokal (seperti infeksi, nekrosis, dsb.)
- Pasien stabil secara hemodinamik
3. Kontrol Nyeri (Pain Control):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
4. Reduksi Ansietas (Anxiety Reduction):
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan cemas
- Pasien menunjukkan tanda-tanda kecemasan berkurang
5. Bebas Infeksi (Infection Free):
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi lokal (erythema, edema, nyeri, pus)
- Tidak terjadi infeksi sistemik (demam, leukositosis, dsb.)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perdarahan (Bleeding):
- Lakukan kompresi pada area gigitan ular untuk menghentikan perdarahan
- Pantau tanda-tanda vital dan perdarahan secara berkala
- Berikan cairan pengganti volume secara adekuat
- Lakukan pemeriksaan penunjang (hematologi, kimia darah) untuk memantau perbaikan kondisi
- Berikan terapi antikoagulan dan terapi penghenti perdarahan sesuai indikasi
2. Risiko Komplikasi (Risk for Complications):
- Pantau tanda-tanda vital, gejala, dan respons tubuh terhadap gigitan ular secara ketat
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Lakukan terapi farmakologis sesuai indikasi (antivenom, antibiotik, kortikosteroid, dsb.)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan komprehensif
3. Nyeri Akut (Acute Pain):
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis (analgesik) sesuai indikasi
- Berikan intervensi nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, dll.)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen nyeri yang efektif
4. Ansietas (Anxiety):
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan informasi yang jelas tentang kondisi dan rencana perawatan
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
5. Risiko Infeksi (Risk for Infection):
- Lakukan perawatan luka gigitan ular secara aseptik
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Pantau tanda-tanda infeksi lokal dan sistemik
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan infeksi yang efektif
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 10868 | 13 Jan 2025
Klinis : Laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah disertai nyeri kepala hebat 1 jam setelah tergigit ular ketika hendak pulang setelah berkebun. Pasien tidak ingat jenis ular apa yang menggigitnya. Keluhan pasien disertai dengan mual muntah darah, dan kencing berdarah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran pasien compos mentis, dengan VAS 5/10 tekanan darah 124/74 nadi 74x/m suhu 36 respirasi rate 22 kali dengan saturasi 99%. Terdapat bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra disertai dengan perdarahan pada bekas gigitan ular, edema, hiperemis dan nyeri tekan di area tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk kondisi tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T63.0X1A
- Deskripsi: Toksisitas akibat gigitan ular venom, awal kontak
Penjelasan:
Kode T63.0X1A merujuk pada toksisitas akibat gigitan ular venom, di mana "X" merupakan tempat spesifik gigitan ular (dalam kasus ini, maleolus lateral pedis sinistra), dan "A" menunjukkan awal kontak dengan ular.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian antivenom, serum atau imunoglobulin
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.04 mencakup pemberian antivenom, serum atau imunoglobulin untuk mengatasi toksisitas akibat gigitan ular, yang mungkin diperlukan dalam penanganan kasus ini.
Secara keseluruhan, pasien laki-laki berusia 55 tahun ini mengalami toksisitas akibat gigitan ular venom, yang ditandai dengan keluhan muntah darah, nyeri kepala hebat, mual, muntah darah, dan kencing berdarah. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra dengan perdarahan, edema, dan hiperemis di area tersebut. Berdasarkan gejala dan tanda klinis, diagnosis yang sesuai adalah toksisitas akibat gigitan ular venom (kode ICD-10 T63.0X1A), dan diperlukan pemberian antivenom, serum atau imunoglobulin (kode ICD-9-CM 99.04) sebagai langkah penanganan. -
Article No. 10869 | 13 Jan 2025
Klinis : Laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah disertai nyeri kepala hebat 1 jam setelah tergigit ular ketika hendak pulang setelah berkebun. Pasien tidak ingat jenis ular apa yang menggigitnya. Keluhan pasien disertai dengan mual muntah darah, dan kencing berdarah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran pasien compos mentis, dengan VAS 5/10 tekanan darah 124/74 nadi 74x/m suhu 36 respirasi rate 22 kali dengan saturasi 99%. Terdapat bekas gigitan ular di maleolus lateral pedis sinistra disertai dengan perdarahan pada bekas gigitan ular, edema, hiperemis dan nyeri tekan di area tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan Aktif berhubungan dengan gigitan ular
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Perdarahan Aktif adalah keluarnya darah dari pembuluh darah dalam jumlah yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam kehidupan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak terjadi perdarahan lebih lanjut, dan luka gigitan ular membaik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah menghentikan perdarahan, mengobati luka gigitan ular, dan memantau tanda-tanda vital serta kondisi umum pasien.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan gigitan ular
Penjelasan:
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri, dapat beraktivitas tanpa hambatan, dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan analgesik, mengompres area yang sakit, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan muntah darah, kencing berdarah, dan gigitan ular
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan Keseimbangan Cairan adalah ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan, yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, keseimbangan cairan terpenuhi, dan tidak terjadi dehidrasi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengganti cairan yang hilang, memantau asupan dan pengeluaran cairan, serta melakukan resusitasi cairan jika diperlukan. -
Article No. 10871 | 13 Jan 2025
Klinis : nyeri dada di bagian kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri dada di bagian kiri.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (IASP, 1979).
SDKI:
- Karakteristik utama: Laporan pasien tentang nyeri yang dirasakan
- Penyebab: Kerusakan jaringan, inflamasi, iskemia
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Kriteria hasil: Skala nyeri menurun, ekspresi wajah rileks, pasien mampu melakukan aktivitas hariannya
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri, terapi relaksasi, pemberian analgesik
- Aktivitas: Mengkaji nyeri, memberikan terapi relaksasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" ditegakkan berdasarkan keluhan pasien tentang nyeri di dada bagian kiri. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tujuan keperawatan adalah agar pasien melaporkan nyeri berkurang, dengan kriteria hasil seperti penurunan skala nyeri, ekspresi wajah rileks, dan kemampuan melakukan aktivitas harian. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik. -
Article No. 10872 | 13 Jan 2025
Klinis : nyeri dada di bagian kiri obat nya apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri dada di bagian kiri:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain, 1994). Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba-tiba, berlangsung sementara, dan umumnya terkait dengan cedera atau penyakit.
Dalam kasus nyeri dada di bagian kiri, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Pasien mengalami nyeri yang tiba-tiba di area dada bagian kiri, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penyakit jantung, masalah muskuloskeletal, atau kondisi lainnya.
Penatalaksanaan Keperawatan:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Akut pada pasien dengan nyeri dada di bagian kiri antara lain:
1. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik sesuai resep, menggunakan teknik non-farmakologis (kompres hangat, relaksasi, distraksi, dsb), dan memantau efektivitas penanganan nyeri.
2. Monitoring tanda-tanda vital: Memantau tanda-tanda vital pasien, terutama tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan, yang dapat memberikan informasi penting terkait kondisi pasien.
3. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan informasi tentang nyeri, penyebab, dan penanganannya, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perawatan.
Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat untuk mengatasi nyeri dada di bagian kiri harus dilakukan berdasarkan resep dokter dan evaluasi kondisi pasien secara komprehensif. Penanganan yang tepat dan segera sangat penting untuk meminimalkan risiko komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan keluhan nyeri dada. -
Article No. 10873 | 13 Jan 2025
Klinis : . Data Subjektif Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari. 2. Data Objektif HPHT: 27 Oktober 2024. HPL: 3 Agustus 2025. Usia kehamilan: 11 minggu. BB: 45 kg. TB: 154 cm. Nadi, RR, dan TD dalam batas normal (contoh: TD 112/87 mmHg). Suhu tubuh: 36,6°C. Kesadaran: compos mentis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Perubahan Hormonal Kehamilan
Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Mual dan muntah yang terjadi pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama, dikenal sebagai morning sickness.
- Faktor penyebabnya adalah peningkatan kadar hormon estrogen dan human chorionic gonadotropin (hCG) pada kehamilan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcome yang diharapkan adalah pasien dapat mengelola mual dan muntah selama kehamilan.
- Kriteria hasil dapat berupa pasien menunjukkan penurunan frekuensi mual dan muntah, pasien dapat menjaga asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, dan pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi tentang manajemen mual dan muntah, pemberian antiemetik sesuai indikasi, pengaturan diet dan asupan cairan, serta terapi komplementer seperti akupresur atau aromaterapi.
Dengan demikian, pasien yang mengalami mual dan muntah selama kehamilan memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk memastikan kondisi ibu dan janin tetap terjaga dengan baik. -
Article No. 10874 | 13 Jan 2025
Klinis : . Data Subjektif Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari. 2. Data Objektif HPHT: 27 Oktober 2024. HPL: 3 Agustus 2025. Usia kehamilan: 11 minggu. BB: 45 kg. TB: 154 cm. Nadi, RR, dan TD dalam batas normal (contoh: TD 112/87 mmHg). Suhu tubuh: 36,6°C. Kesadaran: compos mentis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat professional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Perubahan Fisiologis Kehamilan
Data Subjektif: Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari.
Data Objektif: HPHT: 27 Oktober 2024, HPL: 3 Agustus 2025, Usia kehamilan: 11 minggu.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Mual dan Muntah
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor pemicu mual dan muntah.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen mual dan muntah yang efektif.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal selama kehamilan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Mual dan Muntah
- Kaji pola mual dan muntah pasien, termasuk frekuensi, durasi, dan faktor pencetus.
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah, seperti istirahat yang cukup, makan makanan kecil dan sering, mengonsumsi minuman dingin/es batu, dan melakukan relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antiemetik jika diperlukan.
- Pantau berat badan pasien secara rutin dan lakukan intervensi gizi jika terjadi penurunan berat badan yang signifikan.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan manajemen mual dan muntah selama kehamilan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengelola mual dan muntah dengan baik, mempertahankan berat badan dalam batas normal, serta mencapai kehamilan yang sehat dan bahagia. -
Article No. 10875 | 13 Jan 2025
Klinis : . Data Subjektif Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari. 2. Data Objektif HPHT: 27 Oktober 2024. HPL: 3 Agustus 2025. Usia kehamilan: 11 minggu. BB: 45 kg. TB: 154 cm. Nadi, RR, dan TD dalam batas normal (contoh: TD 112/87 mmHg). Suhu tubuh: 36,6°C. Kesadaran: compos mentis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data subjektif dan data objektif yang Anda berikan, diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Mual (00134)
- Definisi: Pengalaman subyektif ketidaknyamanan yang mengarah pada dorongan untuk memuntahkan isi perut.
- Karakteristik Definisi: Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol mual (1608)
- Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengurangi sensasi mual.
- Indikator:
1) Melaporkan penurunan frekuensi mual
2) Melaporkan penurunan intensitas mual
3) Menerapkan strategi untuk mengendalikan mual
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen mual (4270)
- Definisi: Pemberian tindakan untuk mencegah, menurunkan, atau menghilangkan sensasi mual.
- Aktivitas Keperawatan:
1) Identifikasi penyebab mual (misalnya, perubahan hormon, kelelahan, stres).
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi antiemetik yang sesuai.
3) Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, napas dalam, visualisasi) untuk mengurangi mual.
4) Anjurkan pasien untuk makan makanan kecil dan sering.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai.
6) Pantau tanda-tanda dehidrasi dan komplikasi lain yang mungkin terjadi.
7) Berikan dukungan emosional dan informasi yang adekuat.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Mual (00134)" dipilih karena pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2 kali sehari, yang merupakan salah satu karakteristik definisi dari diagnosa tersebut.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) "Kontrol mual (1608)" adalah tujuan yang ingin dicapai melalui intervensi keperawatan. Indikator-indikator dalam luaran ini mencerminkan kemampuan pasien untuk mengendalikan mual yang dialaminya.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI) "Manajemen mual (4270)" merupakan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mengendalikan mual. Aktivitas keperawatan yang disebutkan mencakup identifikasi penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, edukasi pasien, serta pemantauan kondisi pasien. -
Article No. 10876 | 13 Jan 2025
Klinis : . Data Subjektif Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari. 2. Data Objektif HPHT: 27 Oktober 2024. HPL: 3 Agustus 2025. evaluasi Usia kehamilan: 11 minggu. BB: 45 kg. TB: 154 cm. Nadi, RR, dan TD dalam batas normal (contoh: TD 112/87 mmHg). Suhu tubuh: 36,6°C. Kesadaran: compos mentis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Mual dan muntah berhubungan dengan peningkatan hormon kehamilan ditandai dengan pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2 kali sehari.
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya.
- Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x sehari.
Data Objektif:
- HPHT: 27 Oktober 2024
- HPL: 3 Agustus 2025
- Usia kehamilan: 11 minggu
- BB: 45 kg
- TB: 154 cm
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Suhu tubuh: 36,6°C
- Kesadaran: compos mentis
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ibu tidak mengalami mual dan muntah yang berlebihan selama kehamilannya.
2. Ibu dapat mengatasi mual dan muntah dengan baik.
3. Ibu tidak mengalami dehidrasi akibat mual dan muntah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual dan Muntah
a. Identifikasi penyebab mual dan muntah
b. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
c. Anjurkan makan dalam porsi kecil dan sering
d. Berikan obat anti-mual jika diperlukan
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
a. Pantau intake dan output cairan
b. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena jika diperlukan
3. Edukasi Kehamilan
a. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis selama kehamilan
b. Anjurkan untuk istirahat cukup dan menghindari aktivitas berlebihan
c. Diskusikan strategi untuk mengatasi mual dan muntah
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami mual dan muntah yang merupakan salah satu gejala umum pada kehamilan muda. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Mual dan muntah berhubungan dengan peningkatan hormon kehamilan". Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen mual dan muntah, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi kehamilan. Tujuan luaran yang diharapkan adalah ibu tidak mengalami mual dan muntah yang berlebihan, dapat mengatasi mual dan muntah dengan baik, dan tidak mengalami dehidrasi akibat mual dan muntah. -
Article No. 10877 | 13 Jan 2025
Klinis : Status Obstetri G.T.P.A.D.: G1P0A0 HPMT: 26 Oktober 2024 HPL: 2 Agustus 2025 Usia Kehamilan: 10 minggu Keadaan Umum Kesadaran: Compos mentis Berat Badan (BB): 50 kg (kenaikan BB selama hamil: 2 kg) Tinggi Badan (TB): 150 cm Tanda Vital: Nadi: 80 x/menit Suhu badan: 36.0 °C Respirasi Rate (RR): 16 x/menit Tekanan Darah (TD): 112/63 mmHg II. DATA SUBYEKTIF Klien mengatakan datang untuk pemeriksaan kehamilan rutin. Tidak ada keluhan mual, muntah, atau nyeri. Klien mengatakan mengonsumsi vitamin kehamilan secara rutin. Pola makan, pola istirahat teratur, dan merasa sehat. III. DATA OBJEKTIF TB / TD: Pasien tampak sehat dan tidak ada tanda-tanda edema. TD: 112/63 mmH
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi status obstetri yang Anda berikan.
I. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
Karakteristik Definisi: Adanya risiko asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh selama masa kehamilan, yang dapat berdampak pada tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu.
2. Risiko Ketidakefektifan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan fisiologis selama kehamilan.
Karakteristik Definisi: Adanya risiko pola tidur yang tidak efektif selama kehamilan, yang dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janin.
II. Luaran Keperawatan SLKI
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tujuan atau luaran keperawatan yang dapat dicapai adalah:
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator:
a. Asupan makanan sesuai kebutuhan nutrisi ibu hamil
b. Berat badan ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan
c. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
2. Pola Tidur Efektif
- Indikator:
a. Lama tidur ibu hamil 7-9 jam per hari
b. Ibu merasa segar setelah bangun tidur
c. Tidak ada keluhan sulit tidur atau mengantuk berlebihan
III. Intervensi Keperawatan SIKI
Untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Intervensi untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh:
a. Kaji pola makan, riwayat asupan nutrisi, dan kebutuhan nutrisi ibu hamil
b. Berikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan pentingnya asupan nutrisi yang seimbang
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet sesuai kebutuhan ibu hamil
d. Monitor berat badan ibu secara berkala
e. Berikan suplementasi nutrisi sesuai kebutuhan ibu hamil
2. Intervensi untuk Risiko Ketidakefektifan Pola Tidur:
a. Kaji pola tidur, faktor-faktor yang memengaruhi tidur, dan keluhan terkait tidur ibu hamil
b. Berikan edukasi tentang pentingnya istirahat yang cukup dan praktik tidur yang baik selama kehamilan
c. Bantu ibu menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan kondusif
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu ibu tidur lebih nyenyak
e. Monitor pola tidur ibu secara berkala dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran keperawatan yang diharapkan dan mendukung kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan.