Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10893 | 14 Jan 2025
Klinis : SIKI STEMI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction):
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST anterior.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.27
- Deskripsi: Intervensi koroner perkutan transluminal terapeutik dengan stent(s), tidak tercantum secara lebih spesifik.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.0 menggambarkan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST di area anterior. STEMI adalah jenis serangan jantung di mana terjadi penyumbatan arteri koroner secara total, menyebabkan nekrosis miokard dan elevasi segmen ST pada elektrokardiogram (EKG).
2. Kode ICD-9-CM 92.27 mengacu pada intervensi koroner perkutan transluminal terapeutik dengan pemasangan stent. Tindakan ini merupakan salah satu pilihan manajemen STEMI, di mana sumbatan arteri koroner diobati dengan dilakukan intervensi koroner perkutan (PCI) untuk memulihkan aliran darah ke miokard.
Sebagai catatan, klasifikasi ICD-10 lebih spesifik dalam menggambarkan lokasi infark miokard, sedangkan ICD-9-CM lebih berfokus pada prosedur atau intervensi yang dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. -
Article No. 10894 | 14 Jan 2025
Klinis : SIKI STEMI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction).
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan SIKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), untuk kondisi STEMI, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan oklusi arteri koroner.
Penjelasan: Pasien STEMI mengalami sumbatan total pada salah satu arteri koroner, menyebabkan area miokardium yang disuplai oleh arteri tersebut mengalami infark. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan perfusi dan oksigenasi ke jaringan jantung.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokardium.
Penjelasan: Pasien STEMI mengalami nyeri dada yang sangat khas, yaitu rasa sakit, berat, atau tertekan di dada yang bisa menjalar ke lengan, leher, atau rahang. Nyeri ini disebabkan oleh iskemia miokardium akibat sumbatan arteri koroner.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Penjelasan: Kerusakan area miokardium pada pasien STEMI dapat menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung dan curah jantung, sehingga pasien menjadi mudah lelah dan tidak toleran terhadap aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dalam kasus STEMI, SDKI dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami pasien dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus STEMI, SLKI dapat digunakan untuk menetapkan tujuan atau kriteria hasil yang ingin dicapai, seperti peningkatan perfusi jaringan jantung, penurunan nyeri, dan peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan. Dalam kasus STEMI, SIKI dapat digunakan untuk memilih intervensi yang tepat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, dan pengaturan aktivitas.
Dengan menggunakan kerangka SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk pasien dengan kondisi STEMI. -
Article No. 10895 | 14 Jan 2025
Klinis : STEMI ANTERIOR
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction) Anterior.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat infark miokard anterior.
2. Nyeri dada berhubungan dengan iskemia miokard.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan oklusi arteri koroner.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, lemah, atau kurangnya energi.
2. Nyeri Dada: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di dada.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak: Ketidakcukupan aliran darah dan oksigen ke jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gejala kelelahan yang berlebihan.
2. Nyeri Dada: Pasien dapat mengendalikan nyeri dada.
3. Perfusi Jaringan Kardiak: Pasien dapat mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Intoleransi Aktivitas: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik.
2. Manajemen Nyeri: Intervensi untuk membantu pasien mengendalikan nyeri dada.
3. Manajemen Perfusi Jaringan: Intervensi untuk membantu mempertahankan perfusi darah yang adekuat ke jantung.
Sebagai seorang perawat senior, saya akan berfokus pada mengelola dan memonitor kondisi pasien dengan STEMI Anterior, serta bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien. -
Article No. 10896 | 14 Jan 2025
Klinis : stemi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan informasi terkait kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai untuk kondisi STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction) sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 00.66
- Deskripsi: Pemasangan stent koroner, tidak dilapisi obat, satu pembuluh darah
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.0 digunakan untuk menggambarkan kondisi infark miokard akut transmural dinding anterior. Ini merupakan salah satu jenis STEMI, di mana terjadi oklusi arteri koroner yang menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan miokard di dinding anterior jantung.
2. Pada kasus STEMI, intervensi medis yang sering dilakukan adalah pemasangan stent koroner (percutaneous coronary intervention/PCI). Kode ICD-9-CM 00.66 menjelaskan prosedur pemasangan stent koroner yang tidak dilapisi obat (bare-metal stent) pada satu pembuluh darah koroner. Prosedur ini bertujuan untuk membuka kembali aliran darah ke jantung dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan untuk tujuan dokumentasi, penagihan, dan analisis epidemiologi penyakit jantung koroner. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk memastikan catatan medis yang akurat dan perawatan pasien yang optimal. -
Article No. 10897 | 14 Jan 2025
Klinis : KORENGAN DIKAKI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni "KORENGAN DI KAKI", berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L30.9
- Deskripsi: Dermatitis tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak tersedia kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, karena umumnya penanganan dilakukan secara konservatif, seperti perawatan kulit, penggunaan salep atau krim, dan menjaga kebersihan area yang terkena.
Penjelasan:
Kode ICD-10 L30.9 (Dermatitis tidak spesifik) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi "KORENGAN DI KAKI", yang merupakan suatu bentuk peradangan kulit (dermatitis) yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik. Kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala seperti ruam, gatal, serta perubahan warna atau tekstur kulit di area yang terkena.
Dalam penanganan kondisi ini, penatalaksanaan utamanya berfokus pada perawatan kulit, penggunaan salep atau krim yang sesuai, serta menjaga kebersihan dan kelembapan area yang terkena. Tindakan medis yang spesifik biasanya tidak diperlukan, kecuali dalam kasus-kasus yang lebih parah atau memerlukan evaluasi lebih lanjut. -
Article No. 10898 | 14 Jan 2025
Klinis : KORENGAN DIKAKI KELUAR NANAH
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "KORENGAN DI KAKI KELUAR NANAH" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: L08.9
- Deskripsi: Infeksi lokal kulit dan jaringan subkutan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 L08.9 digunakan untuk menggambarkan kondisi infeksi lokal kulit dan jaringan subkutan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, "KORENGAN DI KAKI KELUAR NANAH" dapat diklasifikasikan sebagai infeksi lokal pada kulit dan jaringan subkutan, yang ditandai dengan adanya nanah yang keluar.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Debridemen luka, kulit dan jaringan subkutan
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 86.04 dapat digunakan untuk prosedur debridemen luka, yaitu membersihkan kulit dan jaringan subkutan yang terinfeksi atau terkontaminasi. Dalam kasus ini, jika terdapat tindakan medis berupa pembersihan atau debridemen pada area "KORENGAN DI KAKI KELUAR NANAH", maka kode 86.04 dapat digunakan untuk mengkodekannya.
Secara umum, penanganan kondisi "KORENGAN DI KAKI KELUAR NANAH" dapat melibatkan tindakan pembersihan, pengobatan topikal, dan mungkin juga pemberian antibiotik jika diperlukan. Kode ICD-9-CM lain yang mungkin relevan adalah 96.59 (Aplikasi agen topikal lain) atau 99.21 (Pemberian antibiotik sistemik). -
Article No. 10899 | 14 Jan 2025
Klinis : termoregulasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi termoregulasi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Termoregulasi
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Faktor Terkait:
- Gangguan sistem saraf pusat
- Dehidrasi
- Penyakit atau kondisi medis tertentu
- Lingkungan suhu ekstrem
Gejala dan Tanda Mayor:
- Suhu tubuh di atas atau di bawah normal
- Kulit terasa hangat/dingin
- Menggigil atau berkeringat berlebihan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00008
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00008
Judul: Termoregulasi Efektif
Definisi: Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00008
Judul: Manajemen Termoregulasi
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi kemampuan tubuh dalam mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian secara komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, dan merencanakan serta melaksanakan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah ketidakefektifan termoregulasi pada pasien. Hal ini bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat gangguan termoregulasi. -
Article No. 10900 | 14 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan pilek sudah 2 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan pilek selama 2 hari, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, adanya mukus kental, dan adanya obstruksi pada saluran napas.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Tujuan: Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih dan bebas dari obstruksi.
2. Kriteria Hasil:
- Pasien dapat batuk secara efektif.
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
- Tidak ada suara napas tambahan.
- Saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pengisapan lendir/sekret yang menumpuk.
- Berikan humidifikasi udara.
- Anjurkan pasien untuk batuk dan bernapas dalam.
- Berikan posisi yang dapat membantu drainase sekret.
2. Manajemen Oksigenasi
- Pantau saturasi oksigen.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien datang dengan keluhan pilek, yang dapat menyebabkan peningkatan produksi sekret dan obstruksi pada saluran napas. Rencana keperawatan fokus pada upaya untuk membersihkan jalan napas dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Intervensi keperawatan meliputi manajemen jalan napas (pengisapan, humidifikasi, batuk, dan posisi) serta manajemen oksigenasi (pemantauan dan pemberian oksigen). -
Article No. 10901 | 14 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan penyakit paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
Penyebab: Penurunan kapasitas fungsional, demam, dan malnutrisi.
3. Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Penurunan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
Penyebab: Intake cairan tidak adekuat, kehilangan cairan yang berlebihan, dan penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, penyebab, gejala dan tanda, serta faktor yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan.
- Memberikan panduan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Memuat deskripsi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memuat deskripsi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Memberikan panduan bagi perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, sistematis, dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10902 | 14 Jan 2025
Klinis : Tn. Z berusia 49 tahun suku batak mandailing agama islam bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, alamat jalan sei deli nomor 143 B kecamatan medan barat. Penanggung jawab pasien Tn. Z hubungan dengan pasien adalah adik pasien. Datang ke IGD RS Imelda Medan pada hari jum’at tanggal 16 juni 2023 pukul 08:30 WIB. Hasil pengkajian primer A: Tidak ada hambatan jalan napas, B: sesak napas, terpasang O2 nasal kanul 3 ml/menit, C: nadi teraba kuat, frekuensi nadi 106x/i (takikardi), D: Penurunan kesadaran, nilai GCS 10 (E:2V:4M:4). Hasil Pemeriksaan Sekunder tanda-tanda vital: tekanan darah: 200/100 mmHg, frekuensi nadi: 106x/menit, frekuensi napas: 28x/menit, skala nyeri 6 (nyeri sedang), SPO2 99%, Hasil AGDA (Tanggal 16 Juni 2023 pukul 09:22 WIB. pH: 7,58, PCO2: 13,4 mmHg,, HCO3: 12,9 mmol/L (Alkalosis Respiratorik), BB : 74 kg, TB : 170 cm, IMT 20, terapi yang diberikan IVFD RL 20 tts/menit, inj. Ranitidine 1 Ampl/12 jam, Inj. Ketorolac 1 Ampl/8 jam, Inj. Citicoline 1 Ampl/12 jam, captopril 25 ml 1x1/12 jam, Amlodipin 1x10 mg/24 jam. Setelah pemberian terapi tingkat kesadaran pasien meningkat dengan nilai GCS 15 (E:4M:6V:5), dengan keluhan mual dan muntah disertai terasa kebas atau keram dibagian tangan kanan dan kaki kanan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah 130/100 mmHg, frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi pernafasan: 22x/menit, SPO2 96%, pemeriksaan hasil CT HEAD SCAN tanggal 16 Juni 2023 : Infarck subaccute pada capsula interna sinistra. Dengan diagnosa sementara Hipertensi Emergency + Stroke Iskemik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. Z dengan kondisi tersebut dapat didiagnosis dengan beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload (Hipertensi Emergency)
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan obstruksi aliran darah serebral (Stroke Iskemik)
c. Perubahan sensasi berhubungan dengan penurunan aliran darah ke ekstremitas (Keluhan kram/kebas pada ekstremitas)
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Pengelolaan Hipertensi
b. Pengelolaan Stroke
c. Pengelolaan Nyeri
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Manajemen Tekanan Darah
b. Manajemen Aliran Darah Serebral
c. Manajemen Nyeri
Penjelasan singkat masing-masing diagnosa keperawatan:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload (Hipertensi Emergency):
- Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, dan edukasi tentang manajemen hipertensi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan obstruksi aliran darah serebral (Stroke Iskemik):
- Kondisi ini disebabkan oleh obstruksi aliran darah ke otak, sehingga terjadi penurunan perfusi jaringan serebral.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen aliran darah serebral, dan edukasi tentang manajemen stroke.
3. Perubahan sensasi berhubungan dengan penurunan aliran darah ke ekstremitas (Keluhan kram/kebas pada ekstremitas):
- Kondisi ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ekstremitas, sehingga menimbulkan keluhan kram atau kebas.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, dan intervensi untuk meningkatkan aliran darah ke ekstremitas.
Dalam penerapan diagnosa keperawatan tersebut, perawat juga perlu mempertimbangkan standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk memastikan intervensi dan luaran yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia.