Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10996 | 16 Jan 2025
Klinis : pusing, sakit pada saat haid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Menstruasi (Dismenore)
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri menstruasi (dismenore) didefinisikan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman yang terjadi selama atau sebelum menstruasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat mengelola nyeri menstruasi secara efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik relaksasi, kompres hangat, dan edukasi tentang manajemen nyeri menstruasi.
Diagnosa Keperawatan:
2. Pusing (Vertigo)
Penjelasan singkat:
- SDKI: Pusing (vertigo) didefinisikan sebagai sensasi berputar, tidak seimbang, atau linglung yang dirasakan pasien.
- SLKI: Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan gejala vertigo secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian pusing, pemberian antivertigo, manajemen lingkungan, dan edukasi tentang manajemen pusing.
Catatan:
- Standar-standar tersebut mengacu pada Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi perawat di Indonesia.
- Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat yang diberikan didasarkan pada kondisi pusing dan sakit saat haid yang disampaikan dalam pertanyaan. -
Article No. 10997 | 16 Jan 2025
Klinis : Penglihatan kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
Gangguan Penglihatan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau perubahan kemampuan melihat yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis keperawatan Gangguan Penglihatan adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan, serta dapat beradaptasi dengan perubahan penglihatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Penglihatan antara lain:
a. Pemeriksaan status penglihatan
b. Perawatan mata
c. Edukasi tentang perawatan mata dan penggunaan alat bantu penglihatan
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter mata) untuk penanganan lebih lanjut.
Secara akademis, diagnosis keperawatan Gangguan Penglihatan didasarkan pada penurunan atau perubahan kemampuan melihat yang dialami oleh pasien, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit, cedera, atau proses penuaan. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, memberikan intervensi yang tepat, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10998 | 16 Jan 2025
Klinis : pembekakan, Fraktur metatarsal, nyeri skala 9,T T V normal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Pembekakan, fraktur metatarsal, dan nyeri skala 9 menunjukkan adanya nyeri akut yang dirasakan oleh pasien. Tanda-tanda vital normal mengindikasikan bahwa kondisi hemodinamik pasien stabil.
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (NANDA-I, 2018). Karakteristik definisi ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami fraktur metatarsal dan pembekakan yang menyebabkan nyeri akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 3 atau kurang.
2. Pasien mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
4. Pasien menunjukkan mobilitas dan aktivitas fisik yang meningkat.
Penjelasan:
1. Pengurangan skala nyeri dari 9 menjadi 3 atau kurang menunjukkan keberhasilan manajemen nyeri yang dilakukan.
2. Pasien dapat menerapkan teknik manajemen nyeri seperti relaksasi, distraksi, atau terapi kompres dingin/hangat untuk mengurangi nyeri.
3. Tanda-tanda vital normal mengindikasikan bahwa kondisi hemodinamik pasien stabil dan tidak ada komplikasi yang terjadi.
4. Peningkatan mobilitas dan aktivitas fisik menunjukkan pemulihan pasien dari fraktur metatarsal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
c. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres dingin/hangat.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Perawatan Ekstremitas
a. Immobilisasi ekstremitas dengan alat bantu (misalnya brace, fiksasi) untuk mencegah pergerakan dan mengurangi nyeri.
b. Lakukan perawatan luka dan dressing sesuai indikasi.
c. Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan ekstremitas yang tepat.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (ortopedi, fisioterapi) untuk rencana perawatan selanjutnya.
3. Manajemen Aktivitas
a. Evaluasi toleransi pasien terhadap aktivitas dan tingkat mobilisasi yang dapat dilakukan.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
c. Ajarkan teknik-teknik mobilisasi yang aman dan adaptif.
d. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk membantu rehabilitasi pasien.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan di atas ditujukan untuk mengurangi nyeri, mencegah komplikasi, dan memfasilitasi pemulihan pasien. Manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, perawatan ekstremitas, dan manajemen aktivitas merupakan intervensi kunci yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Saya berharap penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda berikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 10999 | 16 Jan 2025
Klinis : terlambat haid, pp test positif, mual muntah setiap pagi, pusing, menikah, kehamilan yang direncanakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kehamilan
Definisi: Kondisi di mana terjadi pembuahan dan perkembangan janin di dalam rahim seorang wanita.
Karakteristik Mayor: Terlambat haid, hasil tes kehamilan positif, mual muntah di pagi hari, pusing.
Faktor Terkait: Kehamilan yang direncanakan, menikah.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Diagnosa keperawatan "Kehamilan" mengindikasikan adanya proses pembuahan dan perkembangan janin di dalam rahim seorang wanita. Karakteristik mayor yang ditemukan adalah terlambat haid, hasil tes kehamilan positif, mual muntah di pagi hari, dan pusing. Faktor terkait yang ditemukan adalah kehamilan yang direncanakan dan status menikah.
SLKI: Luaran keperawatan yang dapat diharapkan untuk pasien dengan diagnosa kehamilan antara lain Adaptasi Peran Ibu, Kesiapan Untuk Meningkatkan Kehamilan, dan Pengetahuan Tentang Kehamilan.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk pasien dengan diagnosa kehamilan antara lain Edukasi Perawatan Kehamilan, Dukungan Psikologis, dan Manajemen Mual Muntah.
Dengan demikian, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, pasien mengalami diagnosa keperawatan "Kehamilan" yang dapat diatasi melalui luaran dan intervensi keperawatan sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11000 | 16 Jan 2025
Klinis : Bapak Beta dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya setelah mengalami kelemahan tiba-tiba di sisi kanan tubuhnya selama 8 jam terakhir. Pasien mengeluh kesulitan berbicara (cadel) dan mati rasa di tangan dan kaki kanan. Pasien mengklaim tidak ada riwayat trauma kepala. Selain itu, pasien sering merasa haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan telah kehilangan 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol selama 10 tahun terakhir, dengan tekanan darah terakhir yang tercatat di rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Pasien juga memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 7 tahun tetapi tidak secara teratur memantau kadar gula darahnya. Pasien mengakui sering tidak minum obat yang diresepkan karena merasa lebih baik tanpa obat tersebut. Tanda vital: Tekanan darah: 180/100 mmHg, Denyut nadi: 92 denyut/menit, teratur, Suhu: 36,7 °C, Pernafasan: 20 kali/menit. Pemeriksaan neurologis: Kekuatan otot ekstremitas kanan: 2/5 (hemiparesis) dan ekstremitas kiri: 5/5 (normal). Refleks fisiologis: Normal di sisi kiri, hiperaktif di sisi kanan. Refleks patologis: Babinski (+) di sisi kanan. Gangguan bicara: Afasia motorik ringan. Sensorik: Penurunan sensasi di sisi kanan tubuh. Pemeriksaan penunjang: CT Scan Kepala: Tidak ada perdarahan, area hipodens terlihat di lobus parietal kiri (infark iskemik). Kadar Gula Darah Acak: 278 mg/dL, HbA1c: 9,2% (tidak terkontrol). Profil Lipid: LDL: 150 mg/dL (tinggi), HDL: 35 mg/dL (rendah), Trigliserida: 200 mg/dL (tinggi).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Bapak Beta adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Rehabilitasi Fisik
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kelemahan pada sisi kanan tubuhnya (hemiparesis) yang menyebabkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini terjadi akibat infark iskemik di lobus parietal kiri yang menyebabkan gangguan sistem saraf pusat.
2. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
- SDKI: Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
- SLKI: Perfusi Jaringan Serebral
- SIKI: Manajemen Perfusi Serebral
Penjelasan singkat:
Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan diabetes melitus yang tidak terkontrol, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan perfusi serebral atau gangguan aliran darah ke otak.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan (5 kg dalam 2 bulan) yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme, penurunan asupan, dan komplikasi penyakit yang diderita.
Standar diagnosis keperawatan dan intervensi yang digunakan berasal dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 11001 | 16 Jan 2025
Klinis : Tuan Gama, 25 tahun, sedang dirawat di unit perawatan luka bakar setelah menderita luka bakar akibat kebakaran di rumahnya. Pasien mengalami luka bakar di lengan dan dada kanan. Keluarga melaporkan bahwa pasien terjebak dalam api selama beberapa menit sebelum diselamatkan. Hasil pemeriksaan fisik TTV Suhu: 38,5 °C, Nadi: 110 kali/menit, Tekanan darah: 100/70 mmHg, Laju pernapasan: 22 kali/menit. Pemeriksaan luka bakar Lengan kanan: Luka bakar derajat dua, meliputi sekitar 15% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Dada: Luka bakar derajat tiga, meliputi sekitar 10% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Ada lepuh (bula) pada luka bakar derajat dua dan jaringan nekrotik pada luka bakar derajat tiga. Nyeri yang dialami pasien dinilai 8 dari 10. Kesadaran: Kompos mentis, tetapi tampak cemas dan kesakitan. Pemeriksaan penunjang laboratorium Hemoglobin: 14 g/dL, Leukosit: 15.000 sel/mm³ (dengan dominan neutrofil), Glukosa darah: 85 mg/dL, Elektrolit: Na+ 135 mEq/L, K+ 4,0 mEq/L, CI-100 mEq/L. Pemeriksaan Radiologi: Tidak ada tanda-tanda fraktur atau cedera lain yang terlihat pada rontgen dada. Penilaian Area Luka Bakar: Menggunakan metode "Rule of Nines" untuk memperkirakan area luka bakar: Lengan kanan: 9%, Dada: 18%. Total area luka bakar sekitar 27% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Diagnosis medis luka bakar derajat dua dan tiga dengan luas total sekitar 27% dari total luas permukaan tubuh (TBSA).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat dari SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana tindakan keperawatan untuk Tuan Gama:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar derajat dua dan tiga
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar derajat dua dan tiga
4. Gangguan termoregulasi berhubungan dengan luka bakar
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
- Resiko infeksi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menghancurkan jaringan sehat
- Kerusakan integritas kulit: Perubahan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis
- Gangguan termoregulasi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri: Tingkat kenyamanan individu yang dapat diterima terkait sensasi nyeri
- Integritas kulit: Kemampuan lapisan kulit untuk melindungi tubuh dari kerusakan
- Pengendalian suhu tubuh: Kemampuan untuk mengatur suhu tubuh dalam batas normal
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengenali, mencegah, dan mengendalikan nyeri
- Perawatan luka: Tindakan untuk memelihara integritas kulit dan mencegah komplikasi
- Terapi termal: Tindakan untuk mengontrol suhu tubuh dalam batas normal
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Manajemen nyeri: Pemberian analgesik, terapi relaksasi, kompres dingin/hangat
2. Perawatan luka: Debridemen, aplikasi salep antibiotik, perubahan balutan luka
3. Manajemen infeksi: Pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian antibiotik sesuai indikasi
4. Terapi termal: Pemantauan suhu tubuh, penggunaan selimut penghangat/pendingin
Tujuan utama perawatan adalah mengendalikan nyeri, mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan suhu tubuh normal pada Tuan Gama. Pendekatan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis diharapkan dapat membantu pemulihan pasien. -
Article No. 11002 | 16 Jan 2025
Klinis : pembekakan, Fraktur metatarsal, nyeri skala 9,T T V normal, akan melaksanakan ORIF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, berikut adalah informasi yang dapat saya berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cedera fisik (fraktur metatarsal) yang ditandai dengan pembekakan, nyeri skala 9.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Nyeri (1605)
- Indikator:
a. Melaporkan nyeri berkurang
b. Menunjukkan relaksasi tubuh
c. Menggunakan teknik pengurangan nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Aktivitas:
a. Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Berikan analgesik sesuai instruksi tenaga kesehatan
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang efektif
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengalami pembekakan, fraktur metatarsal, dan melaporkan nyeri skala 9. Hal ini menunjukkan adanya cedera fisik yang menyebabkan nyeri akut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Penurunan Nyeri" karena tujuan utama adalah mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien. Indikator-indikator yang disebutkan menunjukkan kemajuan yang diharapkan, seperti pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan relaksasi tubuh, dan menggunakan teknik pengurangan nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Nyeri" karena fokus utamanya adalah mengelola nyeri yang dialami pasien. Aktivitas-aktivitas yang disebutkan mencakup pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik, penerapan teknik nonfarmakologis, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang efektif.
Secara keseluruhan, informasi yang diberikan didasarkan pada standar praktik keperawatan yang berlaku, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis dan berpusat pada pasien. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai penurunan nyeri dan mempercepat proses pemulihan. -
Article No. 11003 | 16 Jan 2025
Klinis : Tuan Gama, 25 tahun, sedang dirawat di unit perawatan luka bakar setelah menderita luka bakar akibat kebakaran di rumahnya. Pasien mengalami luka bakar di lengan dan dada kanan. Keluarga melaporkan bahwa pasien terjebak dalam api selama beberapa menit sebelum diselamatkan. Hasil pemeriksaan fisik TTV Suhu: 38,5 °C, Nadi: 110 kali/menit, Tekanan darah: 100/70 mmHg, Laju pernapasan: 22 kali/menit. Pemeriksaan luka bakar Lengan kanan: Luka bakar derajat dua, meliputi sekitar 15% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Dada: Luka bakar derajat tiga, meliputi sekitar 10% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Ada lepuh (bula) pada luka bakar derajat dua dan jaringan nekrotik pada luka bakar derajat tiga. Nyeri yang dialami pasien dinilai 8 dari 10. Kesadaran: Kompos mentis, tetapi tampak cemas dan kesakitan. Pemeriksaan penunjang laboratorium Hemoglobin: 14 g/dL, Leukosit: 15.000 sel/mm³ (dengan dominan neutrofil), Glukosa darah: 85 mg/dL, Elektrolit: Na+ 135 mEq/L, K+ 4,0 mEq/L, CI-100 mEq/L. Pemeriksaan Radiologi: Tidak ada tanda-tanda fraktur atau cedera lain yang terlihat pada rontgen dada. Penilaian Area Luka Bakar: Menggunakan metode "Rule of Nines" untuk memperkirakan area luka bakar: Lengan kanan: 9%, Dada: 18%. Total area luka bakar sekitar 27% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Diagnosis medis luka bakar derajat dua dan tiga dengan luas total sekitar 27% dari total luas permukaan tubuh (TBSA).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, dan rencana asuhan keperawatan untuk Tuan Gama:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar derajat dua dan tiga.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit.
4. Kecemasan berhubungan dengan pengalaman traumatis.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kerusakan integritas kulit: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan subkutan.
- Nyeri akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- Risiko infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Kecemasan: Respon emosional terhadap persepsi ancaman.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas kulit: Kemampuan mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang sesuai.
- Kontrol nyeri: Kemampuan mengendalikan sensasi nyeri.
- Tidak ada infeksi: Tidak ada tanda-tanda invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Kecemasan terkendali: Kemampuan mengendalikan rasa khawatir, tegang, atau takut.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan luka: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki integritas kulit.
- Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa sakit.
- Pencegahan infeksi: Tindakan untuk mencegah invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Terapi relaksasi: Tindakan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Perawatan luka bakar: Debridemen, aplikasi salep dan balutan luka, serta pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Manajemen nyeri: Pemberian analgesik, teknik distraksi, dan terapi relaksasi.
3. Pencegahan infeksi: Perawatan luka aseptik, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
4. Terapi relaksasi: Teknik pernafasan dalam, guided imagery, dan konseling untuk mengatasi kecemasan. -
Article No. 11004 | 16 Jan 2025
Klinis : terlambat haid, pp test positif, mual muntah setiap pagi, pusing, menikah, kehamilan yang direncanakan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang terperinci terkait dengan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi:
- Mual dan muntah
- Anoreksia
- Penurunan berat badan
2. Kesiapan Meningkatkan Kehamilan
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait dengan kehamilan.
Karakteristik Definisi:
- Menginginkan kehamilan
- Merencanakan kehamilan
- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehamilan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Tidak ada mual dan muntah
- Peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan
- Asupan nutrisi adekuat
2. Kesiapan Meningkatkan Kehamilan
- Memiliki pengetahuan yang baik tentang kehamilan
- Mampu melakukan persiapan fisik dan psikologis untuk kehamilan
- Merasa siap dan termotivasi untuk menghadapi kehamilan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual dan muntah
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah (misalnya, makan sedikit tapi sering, hindari makanan yang terlalu berminyak atau asam)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk memberikan terapi antiemetik jika diperlukan
- Lakukan pengkajian asupan nutrisi dan monitor berat badan secara berkala
- Berikan edukasi tentang nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan kehamilan
2. Kesiapan Meningkatkan Kehamilan
- Kaji pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait kehamilan
- Berikan edukasi komprehensif tentang kehamilan, termasuk perubahan fisik, psikologis, dan perawatan kehamilan
- Diskusikan rencana dan persiapan untuk kehamilan bersama pasien
- Identifikasi sumber dukungan, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk memastikan kesiapan kehamilan
Penjelasan rinci dan terperinci telah saya berikan sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan. Sebagai perawat, saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi terlambat haid, tes kehamilan positif, mual muntah, pusing, menikah, dan kehamilan yang direncanakan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 11005 | 16 Jan 2025
Klinis : Tuan Gama, 25 tahun, sedang dirawat di unit perawatan luka bakar setelah menderita luka bakar akibat kebakaran di rumahnya. Pasien mengalami luka bakar di lengan dan dada kanan. Keluarga melaporkan bahwa pasien terjebak dalam api selama beberapa menit sebelum diselamatkan. Hasil pemeriksaan fisik TTV Suhu: 38,5 °C, Nadi: 110 kali/menit, Tekanan darah: 100/70 mmHg, Laju pernapasan: 22 kali/menit. Pemeriksaan luka bakar Lengan kanan: Luka bakar derajat dua, meliputi sekitar 15% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Dada: Luka bakar derajat tiga, meliputi sekitar 10% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Ada lepuh (bula) pada luka bakar derajat dua dan jaringan nekrotik pada luka bakar derajat tiga. Nyeri yang dialami pasien dinilai 8 dari 10. Kesadaran: Kompos mentis, tetapi tampak cemas dan kesakitan. Pemeriksaan penunjang laboratorium Hemoglobin: 14 g/dL, Leukosit: 15.000 sel/mm³ (dengan dominan neutrofil), Glukosa darah: 85 mg/dL, Elektrolit: Na+ 135 mEq/L, K+ 4,0 mEq/L, CI-100 mEq/L. Pemeriksaan Radiologi: Tidak ada tanda-tanda fraktur atau cedera lain yang terlihat pada rontgen dada. Penilaian Area Luka Bakar: Menggunakan metode "Rule of Nines" untuk memperkirakan area luka bakar: Lengan kanan: 9%, Dada: 18%. Total area luka bakar sekitar 27% dari total luas permukaan tubuh (TBSA). Diagnosis medis luka bakar derajat dua dan tiga dengan luas total sekitar 27% dari total luas permukaan tubuh (TBSA).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi Tuan Gama.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Integritas Kulit Terganggu
- Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan lebih dalam, yang disebabkan oleh agen fisik, kimiawi, atau biologis.
- Penyebab: Paparan terhadap api atau api selama beberapa menit, mengakibatkan luka bakar derajat dua dan tiga pada lengan kanan dan dada kanan.
- Gejala & Tanda: Terdapat lepuh (bula) pada luka bakar derajat dua, jaringan nekrotik pada luka bakar derajat tiga, nyeri dengan skala 8 dari 10.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- Penyebab: Luka bakar derajat dua dan tiga pada lengan kanan dan dada kanan.
- Gejala & Tanda: Pasien tampak cemas dan meringis kesakitan, nyeri dengan skala 8 dari 10.
Luaran/Output SLKI:
1. Integritas Kulit Membaik
- Definisi: Tingkat kemajuan dalam mempertahankan atau memperbaiki struktur dan fungsi kulit.
- Kriteria Hasil:
- Luka bakar derajat dua pada lengan kanan menunjukkan tanda penyembuhan.
- Luka bakar derajat tiga pada dada kanan menunjukkan perbaikan jaringan nekrotik.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
- Nyeri berkurang menjadi skala 2-3 dari 10.
2. Manajemen Nyeri Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol rasa sakit yang dirasakan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-3 dari 10.
- Pasien dapat mengidentifikasi strategi manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan perilaku yang menandakan pengurangan nyeri, seperti tampak lebih tenang dan rileks.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Perawatan Luka Bakar
- Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk memfasilitasi penyembuhan luka bakar dan mencegah komplikasi.
- Aktivitas:
- Melakukan debridemen luka bakar sesuai indikasi.
- Memberikan balutan luka bakar yang sesuai untuk luka derajat dua dan tiga.
- Memantau tanda-tanda infeksi pada luka.
- Menjaga lingkungan luka tetap bersih dan lembap.
2. Manajemen Nyeri
- Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk mengontrol rasa sakit yang dirasakan pasien.
- Aktivitas:
- Melakukan penilaian nyeri secara berkala.
- Memberikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri pasien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan integritas kulit pasien dapat membaik, dan nyeri pasien dapat dikelola secara efektif, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan luka bakar yang dialami Tuan Gama.