Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11033 | 16 Jan 2025
Klinis : Pasien belum memahami konsep dismenore, dan masih bingung untuk penanganan yang seperti apa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang belum memahami konsep dismenore dan masih bingung mengenai penanganannya.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan terkait Dismenore
Definisi:
Keterbatasan informasi yang dimiliki pasien tentang dismenore, penyebab, pencegahan, dan penanganannya.
Faktor Berhubungan:
- Kurangnya paparan informasi tentang dismenore
- Keterbatasan sumber informasi yang dapat diakses
- Tingkat pendidikan pasien
Gejala/Tanda Mayor:
- Pasien menyatakan tidak memahami konsep dismenore
- Pasien menunjukkan kebingungan terhadap penanganan yang tepat
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan: Keterbatasan informasi kognitif yang diperoleh melalui pengalaman dan pembelajaran tentang suatu masalah kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Pengetahuan: Meningkatnya kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pengalaman dan pembelajaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Edukasi Kesehatan: Pemberian informasi yang terstruktur tentang masalah kesehatan, penyebab, pencegahan, dan penanganannya.
Dalam konteks ini, peran perawat adalah memberikan edukasi kesehatan yang komprehensif kepada pasien mengenai konsep dismenore, penyebab, pencegahan, dan penanganan yang tepat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien sehingga dapat mengelola kondisi dismenorea dengan baik. -
Article No. 11034 | 16 Jan 2025
Klinis : Pasien belum memahami konsep dismenore, dan masih bingung untuk penanganan yang seperti apa.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan membantu Anda menemukan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: N94.6
- Deskripsi: Dismenore, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Dismenore adalah kondisi nyeri atau ketidaknyamanan selama menstruasi. Kode ICD-10 N94.6 digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, yang belum dipahami dengan baik oleh pasien dan memerlukan penanganan yang sesuai.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk kondisi ini.
Penjelasan:
Untuk kondisi pasien yang belum memahami konsep dismenore dan masih bingung dengan penanganan yang sesuai, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur atau tindakan medis yang spesifik. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah edukasi dan konseling kepada pasien mengenai dismenore, termasuk penjelasan tentang gejala, penyebab, dan strategi penanganan yang dapat dilakukan. -
Article No. 11035 | 16 Jan 2025
Klinis : Pasien masih belum mengerti konsep dismenore dan belum mengetahui apa yang dilakukan saat nyeri datang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang belum memahami konsep dismenore dan belum mengetahui tindakan yang dilakukan saat nyeri datang.
Diagnosa Keperawatan:
Defisiensi Pengetahuan
Definisi:
Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan kondisi/masalah kesehatan, perawatan kesehatan, atau pemulihan.
Penyebab:
- Kurangnya paparan terhadap informasi
- Kompleksitas informasi
- Gangguan kognitif
Gejala dan Tanda:
- Pasien menyatakan tidak mengetahui informasi yang dibutuhkan
- Pasien salah menafsirkan informasi
- Pasien tidak dapat menyebutkan kembali informasi yang diberikan
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Edukasi Kesehatan
2. Bimbingan: Perawatan Diri
3. Manajemen Nyeri
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Pengetahuan Tentang Kesehatan Meningkat
2. Keterampilan Perawatan Diri Meningkat
3. Kontrol Nyeri Meningkat
Penjelasan singkat:
Pasien belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai konsep dismenore (nyeri haid) dan belum mengetahui tindakan yang dapat dilakukan saat nyeri datang. Oleh karena itu, diperlukan intervensi keperawatan berupa edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, bimbingan perawatan diri untuk meningkatkan keterampilan pasien dalam melakukan tindakan saat nyeri haid, serta manajemen nyeri untuk membantu pasien dalam mengatasi nyeri yang dirasakan. Dengan demikian, diharapkan pasien dapat memahami kondisi dismenorenya dan mampu melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi nyeri yang dialami. -
Article No. 11036 | 16 Jan 2025
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri (00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu gejala yang kompleks dan subjektif.
Faktor yang Berhubungan:
- Agen pencedera fisik
- Agen pencedera kimiawi
- Agen pencedera biologis
- Prosedur pembedahan
- Perubahan patofisiologis
Karakteristik Definisi:
- Perilaku verbal dan nonverbal nyeri
- Ekspresi wajah yang menunjukkan kesakitan
- Perubahan tanda-tanda vital
- Keterbatasan aktivitas
- Perubahan pola tidur
- Perubahan nafsu makan
- Perubahan kemampuan konsentrasi
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan resmi untuk menentukan diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat di Indonesia. SDKI menyediakan definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik definisi untuk setiap diagnosis keperawatan, termasuk Manajemen Nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan yang berisi luaran/hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Untuk diagnosis Manajemen Nyeri, luaran yang diharapkan antara lain penurunan intensitas nyeri, manajemen nyeri yang efektif, dan peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan panduan tentang intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi untuk Manajemen Nyeri antara lain pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, terapi distraksi, dan edukasi manajemen nyeri.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI yang tepat akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan manajemen nyeri. -
Article No. 11037 | 16 Jan 2025
Klinis : Ny. C datang dan masuk ke ruangan Rajawali 5B RSDK pada tanggal 7 Januari 2025. Pasien datang dengan keluhan bengkak dan nyeri di dagu serta tenggorokan. bengkak dan nyeri sudah terasa sejak 1 minggu yang lalu, pasien tidak bisa makan dan minum (hanya bisa sedikit) karena merasa sakit dan nyeri untuk menelan. Pasien sebelumnya belum mengetahui memiliki riwayat DM tipe 2, tetapi pada saat pasien di IGD dan di cek GDS 260 sehingga pasien diberi insulin syringe pump. Pasien memiliki riwayat sakit gigi 6 bulan lalu tetapi tidak diobati. Selain itu pasien tidak memiliki riwayat penyakit degeneratif lain selain DM. Tanda-tanda vital pasien TD : 135/92 mmHg, HR : 95 kali/menit, RR : 21 kali/menit, T : 36.6 C, dan SpO2 : 97%. Pada pemeriksaan menunjukkan kondisi umum pasien tampak lemah. Kesadaran pasien compos mentis GCS E4M6V5. Pasien tampak meringis, menahan sakit dan merintih. Antropometri pasien yaitu BB 70 kg, TB 148 cm, IMT 32 (Obesitas). Pasien post operasi insisi drainase abses dan odontektomi pada tanggal 8 Januari 2025 pukul 08.00 WIB. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan GDS rutin setiap 6 jam. Pasien terpasang infus Ringer Laktat 20 tpm dan insulin syringe pump dosis menyesuaikan hasil pemeriksaan GDS
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Ny. C.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi respirasi akibat abses di daerah leher dan tenggorokan.
2. Nyeri akut b.d infeksi abses di daerah leher dan tenggorokan.
3. Risiko infeksi b.d prosedur pembedahan insisi drainase abses dan odontektomi.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan.
5. Risiko hiperglikemia b.d diabetes melitus tipe 2.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi respirasi akibat abses di daerah leher dan tenggorokan.
- SDKI: Pola napas tidak efektif, Dispnea
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan, Peningkatan Fungsi Pernafasan
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Optimalisasi Ventilasi
2. Nyeri akut b.d infeksi abses di daerah leher dan tenggorokan.
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Manajemen Nyeri, Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Analgetik
3. Risiko infeksi b.d prosedur pembedahan insisi drainase abses dan odontektomi.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi, Perawatan Luka
- SIKI: Manajemen Infeksi, Perawatan Luka Bedah
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan.
- SDKI: Intake Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
- SLKI: Pemantauan Nutrisi, Pemberian Makanan dan Cairan
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Pemberian Makan
5. Risiko hiperglikemia b.d diabetes melitus tipe 2.
- SDKI: Risiko Hiperglikemia
- SLKI: Pengaturan Kadar Glukosa Darah, Pengelolaan Diabetes Melitus
- SIKI: Manajemen Diabetes, Pemberian Insulin
Singkatan:
SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia -
Article No. 11038 | 16 Jan 2025
Klinis : Bapak Beta dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya setelah mengalami kelemahan tiba-tiba di sisi kanan tubuhnya selama 8 jam terakhir. Pasien mengeluh kesulitan berbicara (cadel) dan mati rasa di tangan dan kaki kanan. Pasien mengklaim tidak ada riwayat trauma kepala. Selain itu, pasien sering merasa haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan telah kehilangan 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol selama 10 tahun terakhir, dengan tekanan darah terakhir yang tercatat di rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Pasien juga memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 7 tahun tetapi tidak secara teratur memantau kadar gula darahnya. Pasien mengakui sering tidak minum obat yang diresepkan karena merasa lebih baik tanpa obat tersebut. Tanda vital: Tekanan darah: 180/100 mmHg, Denyut nadi: 92 denyut/menit, teratur, Suhu: 36,7 °C, Pernafasan: 20 kali/menit. Pemeriksaan neurologis: Kekuatan otot ekstremitas kanan: 2/5 (hemiparesis) dan ekstremitas kiri: 5/5 (normal). Refleks fisiologis: Normal di sisi kiri, hiperaktif di sisi kanan. Refleks patologis: Babinski (+) di sisi kanan. Gangguan bicara: Afasia motorik ringan. Sensorik: Penurunan sensasi di sisi kanan tubuh. Pemeriksaan penunjang: CT Scan Kepala: Tidak ada perdarahan, area hipodens terlihat di lobus parietal kiri (infark iskemik). Kadar Gula Darah Acak: 278 mg/dL, HbA1c: 9,2% (tidak terkontrol). Profil Lipid: LDL: 150 mg/dL (tinggi), HDL: 35 mg/dL (rendah), Trigliserida: 200 mg/dL (tinggi).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Bapak Beta mengalami stroke iskemik akut dengan hemiparesis pada sisi kanan tubuh. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot ekstremitas kanan akibat hemiparesis.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak berhubungan dengan infark iskemik di lobus parietal kiri.
3. Risiko Komplikasi berhubungan dengan hipertensi tidak terkontrol, diabetes melitus tidak terkontrol, dan dislipidemia.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah dari satu titik ke titik lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kemampuan fisik pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memaksimalkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak:
- SDKI: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak, yang dapat menyebabkan disfungsi atau kerusakan otak.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memperbaiki aliran darah dan perfusi jaringan otak.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan otak.
3. Risiko Komplikasi:
- SDKI: Rentan mengalami kerusakan atau gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita, pengobatan, atau prosedur.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau, mengelola, dan mencegah komplikasi yang mungkin muncul.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan tersebut mencakup aspek fisik, neurologis, dan risiko komplikasi yang dihadapi oleh Bapak Beta sebagai pasien dengan stroke iskemik akut. Intervensi keperawatan yang sesuai dapat diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemulihan dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 11039 | 16 Jan 2025
Klinis : risiko perfusi serebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Faktor Risiko:
1. Gangguan sirkulasi
2. Penurunan curah jantung
3. Hipotensi
4. Vasokonstriksi
5. Peningkatan viskositas darah
6. Edema serebral
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan suhu
2. Pemantauan status neurologis, seperti tingkat kesadaran, pupil, dan fungsi motorik
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
4. Manajemen cairan dan elektrolit
5. Terapi antikoagulan atau antiplatelet, jika diperlukan
6. Tindakan untuk mencegah komplikasi, seperti penempatan head of bed, fisioterapi dada, dan mobilisasi dini
7. Edukasi bagi pasien dan keluarga mengenai faktor risiko dan pencegahan komplikasi
Kriteria Hasil (SIKI):
1. Perfusi serebral optimal
2. Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi serebral
3. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat gangguan perfusi serebral
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memantau dan mengelola kondisi pasien secara komprehensif, serta memberikan edukasi yang tepat bagi pasien dan keluarga demi mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 11040 | 16 Jan 2025
Klinis : Pak Rahmat, usia 70 tahun, datang ke instalasi rawat jalan rumah sakit dengan keluhan utama kesulitan berkemih yang semakin memburuk selama 3 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil (nocturia) hingga 5-6 kali, perasaan tidak lampias setelah berkemih, dan aliran urin yang sangat lemah. Dalam 2 minggu terakhir, pasien merasa nyeri di daerah perineum dan punggung bagian bawah. Pasien juga melaporkan berat badan menurun hingga 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan: Pemeriksaan rektal: prostat teraba keras, tidak simetris, dan ada nodul. PSA: 18 ng/mL (normal < 4 ng/mL). Hasil USG menunjukkan pembesaran prostat dengan sisa urin pasca berkemih sebanyak 100 ml. Pemeriksaan biopsi menunjukkan adenokarsinoma prostat (Ca Prostat stadium IIIB, dengan invasi lokal).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk Pak Rahmat adalah:
1. Gangguan Eliminasi Urin (GANGGEL) berhubungan dengan pembesaran prostat dan karsinoma prostat.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan proses pengeluaran urin yang disebabkan oleh masalah pada saluran kemih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan pola eliminasi urin yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Tindakan keperawatan untuk memulihkan pola eliminasi urin yang efektif, seperti manajemen eliminasi urin, perawatan prostat, dan edukasi terkait kondisi.
2. Nyeri Kronis (NYERI) berhubungan dengan karsinoma prostat.
Penjelasan singkat:
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan jaringan.
SLKI: Pengendalian nyeri yang efektif.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri, seperti manajemen nyeri dan terapi komplementer.
3. Risiko Malnutrisi (RISKMAL) berhubungan dengan penurunan berat badan.
Penjelasan singkat:
SDKI: Risiko gangguan nutrisi yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI: Pemeliharaan status nutrisi yang optimal.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan status nutrisi, seperti asesmen nutrisi dan edukasi diet.
Diagnosa keperawatan ini sesuai dengan kondisi Pak Rahmat yang mengalami masalah terkait pembesaran prostat, karsinoma prostat, dan penurunan berat badan. Standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia digunakan sebagai acuan dalam menetapkan diagnosis keperawatan dan perencanaan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 11041 | 16 Jan 2025
Klinis : Pak Rahmat, usia 70 tahun, datang ke instalasi rawat jalan rumah sakit dengan keluhan utama kesulitan berkemih yang semakin memburuk selama 3 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil (nocturia) hingga 5-6 kali, perasaan tidak lampias setelah berkemih, dan aliran urin yang sangat lemah. Dalam 2 minggu terakhir, pasien merasa nyeri di daerah perineum dan punggung bagian bawah. Pasien juga melaporkan berat badan menurun hingga 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan: Pemeriksaan rektal: prostat teraba keras, tidak simetris, dan ada nodul. PSA: 18 ng/mL (normal < 4 ng/mL). Hasil USG menunjukkan pembesaran prostat dengan sisa urin pasca berkemih sebanyak 100 ml. Pemeriksaan biopsi menunjukkan adenokarsinoma prostat (Ca Prostat stadium IIIB, dengan invasi lokal).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Pak Rahmat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Disfungsi eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran prostat dan invasi tumor prostat, ditandai dengan kesulitan berkemih, nocturia, perasaan tidak lega setelah berkemih, dan aliran urin yang lemah.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan prostat dan invasinya, ditandai dengan nyeri di daerah perineum dan punggung bawah.
3. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan yang signifikan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Disfungsi eliminasi urin teratasi:
a. Frekuensi berkemih di malam hari menurun menjadi 1-2 kali.
b. Pasien melaporkan rasa lega setelah berkemih.
c. Aliran urin meningkat.
2. Nyeri terkontrol:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-3 (dari awal skala 6-7).
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
3. Status nutrisi membaik:
a. Pasien dapat mempertahankan berat badan atau mengalami peningkatan berat badan.
b. Asupan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Disfungsi eliminasi urin:
a. Lakukan pengkajian rinci terkait pola berkemih, termasuk frekuensi, volume, dan karakteristik urin.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan farmakologis, seperti pemberian alpha-blocker atau inhibitor 5-alpha reduktase.
c. Ajarkan teknik bladder training untuk meningkatkan kontrol berkemih.
d. Pantau dan catat intake dan output cairan harian.
e. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan otot dasar panggul.
2. Nyeri kronis:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor pemicu nyeri.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan farmakologis, seperti pemberian analgesik atau obat adjuvant.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan perawatan.
3. Risiko malnutrisi:
a. Lakukan pengkajian status nutrisi secara menyeluruh, termasuk pengukuran antropometri, riwayat makan, dan asupan nutrisi.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan perencanaan dan intervensi gizi yang sesuai.
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi dan cara meningkatkan asupan makanan yang bergizi.
d. Pantau berat badan, intake nutrisi, dan tanda-tanda malnutrisi secara berkala.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk melakukan kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis, untuk memastikan penatalaksanaan yang komprehensif dan optimal bagi pasien. -
Article No. 11042 | 16 Jan 2025
Klinis : anak terpasang HFNC FiO2 40%, flow 18 lpm, RR 42 x/mnt perut membesar, keadaan umum lemah, lingkar perut 54 cm anak terpasang iv line di jugularis kanan, DC dan NGT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai kondisi anak yang Anda deskripsikan. Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami kondisi yang serius dan membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Ditandai dengan: Frekuensi napas di luar rentang normal (42 x/menit), penggunaan otot tambahan dalam bernapas, dan peningkatan kerja napas.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan akumulasi cairan di dalam ruang interstisial dan/atau kavum serosa.
Ditandai dengan: Perut membesar, edema, dan berat badan meningkat.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
Ditandai dengan: Kelemahan umum dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam batas normal (20-30 x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak terlihat penggunaan otot tambahan dalam bernapas
- Oksigenasi adekuat (SpO2 ≥ 95%)
2. Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan keseimbangan antara intake dan output cairan.
Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Berat badan stabil
- Tidak ada edema
- Turgor kulit baik
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Kriteria Hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Tidak ada tanda-tanda stres fisik saat melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, dan kedalaman napas)
- Pantau saturasi oksigen dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Beri terapi oksigen dengan HFNC sesuai dengan kondisi pasien
- Lakukan suction jalan napas jika diperlukan
2. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Kaji tanda-tanda kelebihan cairan (edema, perut membesar)
- Lakukan pengukuran lingkar perut secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik atau pembatasan cairan jika diperlukan
3. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas
- Kolaborasi dengan terapis fisik jika diperlukan
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diperlukan pemantauan yang ketat, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, dan evaluasi yang berkelanjutan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan perawatan yang optimal bagi anak tersebut. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya.