Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11016 | 16 Jan 2025
Klinis : 09.45 S: Klien mengeluh kencang-kencang, terasa ada yang menonjol di kemaluan O: VT Bukaan 10CM, His semakin kuat dan sering Perineum menonjol, vulva membuka Ruptur grade 3B 09.50 O: Memposisikan Persalinan DJJ 140/menit Terpasang infus RL 02 2-3cc/menit Menganjurkan untuk mengejan selama his muncrat Melibatkan keluarga / suami dalam membentuk dukungan Melakukan episiotomi jam 5, 2-3cm Bidan memimpin persalinan pengeluaran janin 10.20 Bayi lahir spontan menangis Dilakukan pemotongan tali pusat Menilai apgar Apgar 7/9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidaklancaran Persalinan Berhubungan dengan Penurunan Kontraksi Uterus
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Risiko kondisi yang dapat mengancam kesejahteraan ibu dan janin selama proses persalinan.
- SLKI: Ibu dan bayi dapat melalui proses persalinan dengan aman dan lancar.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan memfasilitasi proses persalinan, serta mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Nyeri Berhubungan dengan Kontraksi Uterus dan Episiotomi
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kontraksi uterus dan tindakan episiotomi.
- SLKI: Ibu dapat mengatasi nyeri selama proses persalinan dan pemulihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri, seperti penggunaan teknik non-farmakologis dan pemberian analgesik.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Laserasi Perineum
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Risiko terjadinya perdarahan akibat laserasi perineum yang terjadi selama proses persalinan.
- SLKI: Tidak terjadi perdarahan yang berlebihan dan ibu dapat mempertahankan tanda-tanda vital yang stabil.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau tanda-tanda vital, menghentikan perdarahan, dan mencegah komplikasi.
Dalam menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat/bidan harus mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, melibatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan, serta memastikan keselamatan ibu dan bayi sebagai prioritas utama. -
Article No. 11017 | 16 Jan 2025
Klinis : 09.45 S: Klien mengeluh kencang-kencang, terasa ada yang menonjol di kemaluan O: VT Bukaan 10CM, His semakin kuat dan sering Perineum menonjol, vulva membuka Ruptur grade 3B 09.50 O: Memposisikan Persalinan DJJ 140/menit Terpasang infus RL 02 2-3cc/menit Menganjurkan untuk mengejan selama his muncrat Melibatkan keluarga / suami dalam membentuk dukungan Melakukan episiotomi jam 5, 2-3cm Bidan memimpin persalinan pengeluaran janin 10.20 Bayi lahir spontan menangis Dilakukan pemotongan tali pusat Menilai apgar Apgar 7/9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Pascapersalinan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perdarahan Pascapersalinan: Risiko terjadinya kehilangan darah yang berlebihan setelah persalinan, yang dapat mengancam nyawa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengendalian Perdarahan: Kemampuan individu untuk mencegah, mengenali, dan mengendalikan perdarahan.
- Pemulihan Fisiologis: Kemampuan individu untuk memulihkan fungsi fisiologis secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Perdarahan Pascapersalinan: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mencegah, mengenali, dan mengendalikan kehilangan darah berlebihan setelah persalinan.
- Perawatan Luka Episiotomi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk merawat luka episiotomi setelah persalinan.
Berdasarkan kondisi yang disajikan, klien memiliki risiko perdarahan pascapersalinan yang perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau perdarahan, menjaga kontraksi uterus, dan merawat luka episiotomi. -
Article No. 11018 | 16 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan penurunan kesadaran, tidak bisa bicara muntah profus, sebelumnya mengeluh kepala pusing, awalnya pasien lemas dan terjatuh dari kursi lalu tidak sadarkan, dibawa ke rs dan muntah berkali" di perjalanan, riw hipertensi tidak terkontrol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran adalah status penurunan tingkat respons individu terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan neurologis, metabolik, atau hemodinamik.
2. Hambatan Komunikasi Verbal
Hambatan komunikasi verbal adalah ketidakmampuan untuk mengekspresikan atau menerima pesan verbal secara efektif. Dalam kasus ini, pasien tidak dapat berbicara akibat penurunan kesadaran.
3. Risiko Aspirasi
Risiko aspirasi adalah kerentanan individu untuk terpapar masuknya benda asing (termasuk cairan) ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Kesadaran: Penurunan tingkat respons terhadap lingkungan sekitar.
2. Hambatan Komunikasi Verbal: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan atau menerima pesan verbal secara efektif.
3. Risiko Aspirasi: Kerentanan individu untuk terpapar masuknya benda asing (termasuk cairan) ke dalam saluran pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Kesadaran: Pemulihan kesadaran, stabilitas tanda-tanda vital, dan kemampuan untuk bereaksi terhadap lingkungan.
2. Hambatan Komunikasi Verbal: Kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara verbal.
3. Risiko Aspirasi: Tidak terjadi aspirasi dan komplikasi terkait aspirasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Kesadaran: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen airway, dan stimulasi mental.
2. Hambatan Komunikasi Verbal: Penggunaan alat bantu komunikasi, latihan berbicara, dan dukungan psikologis.
3. Risiko Aspirasi: Posisi semi-fowler, manajemen nutrisi/cairan, pencegahan aspirasi, dan pemantauan tanda-tanda aspirasi.
Dengan mempertimbangkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengembangkan rencana keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk menangani kondisi pasien ini. -
Article No. 11019 | 16 Jan 2025
Klinis : Ny. I berusia 59 tahun mengalami stroke tapi fungsi sensorik nya sudah mulai membaik, klien mengatakan sush menelan makanan, pusing dan mual pada saat dikaji
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Ny. I dengan usia 59 tahun mengalami stroke dengan perbaikan fungsi sensorik, namun mengalami kesulitan menelan makanan, pusing, dan mual saat dikaji, dapat ditetapkan beberapa diagnosis keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
- Definisi: Rentan mengalami masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran napas yang dapat mengganggu fungsi pernapasan.
- Faktor Risiko: Disfagia (kesulitan menelan).
- SLKI: Bebas Aspirasi
- SIKI: Manajemen Disfagia, Pencegahan Aspirasi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam satu atau lebih dimensi pergerakan tubuh.
- Faktor Risiko: Hemiparesis akibat stroke.
- SLKI: Mobilitas Fisik Membaik
- SIKI: Terapi Pergerakan, Perawatan Mobilitas.
3. Diagnosa Keperawatan: Mual
- Definisi: Perasaan tidak nyaman dan keinginan untuk muntah.
- Faktor yang Berhubungan: Efek samping pengobatan (obat-obatan stroke).
- SLKI: Kontrol Mual
- SIKI: Manajemen Mual, Terapi Komplementer Antiemesis.
4. Diagnosa Keperawatan: Pusing
- Definisi: Perasaan puyeng, berputar, atau tidak stabil.
- Faktor yang Berhubungan: Efek samping pengobatan, perubahan posisi, malnutrisi.
- SLKI: Kontrol Pusing
- SIKI: Manajemen Pusing, Terapi Komplementer Antivertigo.
Dalam implementasi asuhan keperawatan, perawat dapat menggunakan intervensi-intervensi sesuai dengan SIKI untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami Ny. I, seperti manajemen disfagia, pencegahan aspirasi, terapi pergerakan, manajemen mual, dan manajemen pusing, serta observasi dan evaluasi secara berkala untuk memantau perkembangan kondisi klien. -
Article No. 11020 | 16 Jan 2025
Klinis : Ny. I berusia 59 tahun mengalami stroke tapi fungsi sensorik nya sudah mulai membaik, klien mengatakan sush menelan makanan, pusing dan mual pada saat dikaji
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kasus Ny. I yang mengalami stroke dengan fungsi sensorik yang membaik, sulit menelan makanan, pusing, dan mual.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Makan berhubungan dengan kelemahan otot menelan akibat stroke, ditandai dengan klien mengatakan sulit menelan makanan, pusing, dan mual saat dikaji.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Pasien dapat makan dan minum secara adekuat tanpa gangguan.
2. Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
3. Pasien mendemonstrasikan teknik menelan yang efektif.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Disfagia
a. Kaji kemampuan menelan pasien, seperti refleks menelan, kemampuan batuk, kemampuan mengontrol air liur.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan konsistensi makanan dan cairan yang sesuai.
c. Ajarkan teknik menelan yang efektif, seperti posisi kepala tegak, menelan satu kali untuk setiap suapan, dll.
d. Berikan makanan dan cairan sesuai konsistensi yang direkomendasikan secara perlahan dan hati-hati.
e. Pantau tanda-tanda aspirasi selama makan dan minum.
2. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status gizi pasien, seperti berat badan, tinggi badan, riwayat makan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Berikan makanan dan cairan sesuai kebutuhan gizi pasien.
d. Pantau asupan nutrisi dan intake cairan pasien.
e. Berikan dukungan emosional selama proses makan.
3. Peningkatan Fungsi Sensori-Motorik
a. Kaji fungsi sensori-motorik pasien, seperti refleks menelan, koordinasi otot-otot menelan.
b. Lakukan latihan stimulasi sensori, seperti sentuhan lembut di area sekitar mulut.
c. Lakukan latihan fungsi motorik, seperti gerakan lidah, bibir, dan otot-otot wajah.
d. Kolaborasi dengan terapis okupasi atau fisik untuk intervensi spesifik.
e. Evaluasi kemajuan fungsi sensori-motorik pasien secara berkala.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus Ny. I yang mengalami stroke dengan gangguan menelan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada yang kurang jelas. -
Article No. 11021 | 16 Jan 2025
Klinis : Ny. I berusia 59 tahun mengalami stroke tapi fungsi sensorik nya sudah mulai membaik, klien mengatakan sush menelan makanan, pusing dan mual pada saat dikaji, implementasi nya apa?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Ny. I.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Ny. I adalah:
1. Gangguan menelan (disfagia) berhubungan dengan kelemahan otot-otot menelan akibat stroke.
Ny. I mengalami kesulitan menelan makanan, yang merupakan salah satu gejala dari disfagia atau gangguan menelan. Hal ini disebabkan oleh kelemahan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan, sebagai akibat dari stroke yang dialaminya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman tanpa aspirasi.
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan Ny. I dapat menelan makanan dan cairan dengan aman, tanpa terjadi aspirasi (masuknya makanan atau cairan ke dalam saluran pernapasan).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen disfagia
a. Kaji kemampuan menelan pasien, termasuk jenis dan konsistensi makanan yang dapat ditelan dengan aman.
b. Atur posisi pasien saat makan, seperti kepala sedikit terangkat dan leher fleksi.
c. Berikan makanan dan cairan sesuai dengan kemampuan menelan pasien, misalnya dengan konsistensi puree atau cairan kental.
d. Ajarkan pasien dan keluarga teknik menelan yang aman, seperti menelan dengan perlahan dan dalam jumlah sedikit.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Manajemen mual dan muntah
a. Kaji penyebab mual dan muntah, seperti perubahan pada sistem gastrointestinal akibat stroke.
b. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai indikasi untuk mengurangi mual dan muntah.
c. Anjurkan pasien untuk makan dalam jumlah sedikit tapi sering.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatasi mual dan muntah.
3. Manajemen pusing
a. Kaji penyebab pusing, seperti hipotensi ortostatik atau perubahan fungsi vestibular akibat stroke.
b. Berikan obat-obatan yang dapat mengurangi pusing sesuai indikasi.
c. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi pusing, seperti perubahan posisi secara perlahan.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk mengatasi pusing.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan Ny. I dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu dapat menelan makanan dan cairan dengan aman tanpa aspirasi, serta mengatasi keluhan mual, muntah, dan pusing yang dialaminya. -
Article No. 11022 | 16 Jan 2025
Klinis : pasien sdh tidak bekerja,tidak punya penghasilan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang sudah tidak bekerja dan tidak punya penghasilan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI).
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI).
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang sudah tidak bekerja dan tidak punya penghasilan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakberdayaan" (Powerlessness) dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Ketidakberdayaan adalah "Perasaan kehilangan kontrol atas situasi atau peristiwa penting dalam kehidupan dan tidak mampu bertindak untuk mengubah hasil yang tidak diinginkan." Kondisi pasien yang tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan menunjukkan adanya perasaan kehilangan kontrol atas situasi kehidupan mereka dan ketidakmampuan untuk mengubah hasil yang tidak diinginkan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Ketidakberdayaan", luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah:
a. Kontrol Diri: Pasien mampu menunjukkan perasaan dan perilaku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi.
b. Harga Diri: Pasien mampu menunjukkan penerimaan diri dan menghargai kemampuan yang dimiliki.
c. Koping: Pasien mampu menunjukkan upaya untuk mengatasi situasi sulit yang dihadapi.
Luaran ini menunjukkan bahwa pasien dapat memiliki kontrol diri, harga diri, dan kemampuan koping yang baik dalam menghadapi situasi kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
a. Fasilitasi Pengambilan Keputusan
- Mengidentifikasi masalah yang dihadapi pasien terkait kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
- Membantu pasien mengeksplorasi opsi-opsi yang tersedia untuk mengatasi masalah.
- Memfasilitasi pasien dalam mengambil keputusan terkait langkah-langkah yang akan diambil.
b. Dukungan Emosional
- Memberikan empati dan validasi terhadap perasaan-perasaan yang dialami pasien.
- Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran yang dirasakan.
- Memberikan dukungan dan semangat kepada pasien dalam menghadapi situasi sulit.
c. Peningkatan Harga Diri
- Membantu pasien mengidentifikasi kelebihan dan kekuatan yang dimiliki.
- Mendorong pasien untuk menghargai dirinya dan kemampuan yang ada.
- Memberikan umpan balik positif untuk meningkatkan penerimaan diri pasien.
d. Pengembangan Koping
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber daya dan dukungan yang tersedia.
- Mengajarkan teknik-teknik koping yang sesuai untuk mengatasi masalah.
- Memfasilitasi pasien dalam menyusun rencana tindakan konkret untuk mengatasi situasi.
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan kontrol diri, harga diri, dan kemampuan koping dalam menghadapi kondisi kehilangan pekerjaan dan penghasilan, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 11023 | 16 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G57.0
- Deskripsi: Sindrom terowongan karpal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 04.43
- Deskripsi: Dekompresi saraf karpal
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing, diagnosis yang paling sesuai adalah sindrom terowongan karpal (G57.0). Sindrom terowongan karpal adalah kondisi di mana saraf median mengalami penekanan atau tekanan di dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, yang dapat menyebabkan gejala seperti kesemutan, rasa kesemutan, dan kelemahan di tangan.
Jika diperlukan intervensi medis, tindakan yang dapat dilakukan adalah dekompresi saraf karpal (kode ICD-9-CM 04.43). Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada saraf median dengan melakukan pembedahan untuk memperlebar terowongan karpal dan membebaskan saraf.
Catatan: Diagnosis dan tindakan medis harus ditentukan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh terhadap pasien. -
Article No. 11024 | 16 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan persona sebagai pakar dan nurse, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu tangan sebelah kanan kesemutan dan pusing, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Sensasi Perifer
Definisi: Gangguan pada persepsi normal terhadap rangsangan sensorik, biasanya disertai dengan gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00072
- Definisi: Gangguan pada persepsi normal terhadap rangsangan sensorik, biasanya disertai dengan gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas.
- Karakteristik Utama: Kesemutan, mati rasa, nyeri pada ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 01901
- Judul Luaran: Sensasi Perifer
- Definisi: Kemampuan individu untuk merasakan sensasi normal pada ekstremitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 6870
- Judul Intervensi: Manajemen Sensasi Perifer
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan pada persepsi normal terhadap rangsangan sensorik, seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas.
Berdasarkan standar PPNI, diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan di atas, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah gangguan sensasi perifer yang dialami oleh pasien. -
Article No. 11025 | 16 Jan 2025
Klinis : Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan untuk kondisi Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan individu atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar secara adekuat.
Karakteristik Definisi: Keterbatasan sumber daya, kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, dan ketergantungan pada sumber daya lain.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Individu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar secara adekuat.
Kriteria Hasil: Individu atau keluarga mampu mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan mampu memenuhi kebutuhan dasar.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Asesment Sumber Daya Ekonomi
2. Manajemen Keuangan
3. Dukungan Ekonomi
4. Edukasi Pemanfaatan Sumber Daya
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Ketidakcukupan Sumber Daya Ekonomi menggambarkan kondisi di mana individu atau keluarga mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka secara memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan finansial, kurangnya akses terhadap sumber daya, atau ketidakmampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi asesmen sumber daya ekonomi, manajemen keuangan, dukungan ekonomi, dan edukasi pemanfaatan sumber daya. Tujuan akhirnya adalah agar individu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka secara adekuat.