Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11130 | 18 Jan 2025
Klinis : perdarahan pasca melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perdarahan pasca melahirkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan
Penjelasan:
Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan adalah kondisi di mana wanita memiliki kemungkinan terjadinya kehilangan darah yang berlebihan setelah melahirkan, yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Kondisi ini dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, atau kelainan pembekuan darah.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan setelah melahirkan.
- Faktor Risiko: Riwayat perdarahan pasca melahirkan, persalinan dengan induksi/augmentasi, persalinan dengan bantuan alat, placenta previa, solusio plasenta, uterus overdistensi, infeksi, koagulopati.
- Gejala dan Tanda: Perdarahan vagina, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, pucat, kelelahan, gelisah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari komplikasi perdarahan pasca melahirkan.
- Kriteria Hasil: Perdarahan terkendali, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda syok.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian oksitosin, kompresi uterus, penjahitan laserasi, transfusi darah jika diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan memastikan penanganan yang cepat dan tepat untuk mengatasi risiko perdarahan pasca melahirkan, serta memantau kondisi pasien secara ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa. -
Article No. 11131 | 18 Jan 2025
Klinis : perdarahan pasca melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan Pasca Melahirkan adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah berlebihan setelah proses kelahiran, yang dapat mengancam keselamatan jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko perdarahan pasca melahirkan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital stabil.
2. Pasien tidak mengalami perdarahan aktif.
3. Pasien dan keluarga menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang pencegahan dan penanganan perdarahan pasca melahirkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko perdarahan pasca melahirkan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemantauan perdarahan dan pengendalian perdarahan aktif.
3. Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan perdarahan pasca melahirkan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan medis yang sesuai.
Sebagai seorang pakar dan perawat, saya memberikan penjelasan ini dengan harapan dapat membantu Anda memahami standar asuhan keperawatan yang berlaku di Indonesia dalam penanganan risiko perdarahan pasca melahirkan. -
Article No. 11132 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.RS) 69 tahun, dirawat di ruang ICU RS Bhamada dengan diagnosa medis CA Paru.Mengeluh sesak nafas, nyeri dada kanan, nyeri dirasakan ketika menarik nafas. Hasil pemeriksaan: kondisi pasien lemah, konjungtiva anemis, vocal fremitus kiri lebih teraba daripada kanan, bunyi perkusi sonor pada dada kiri dan redup pada dada kanan, terdengar ronchi di paru kanan dan kiri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyakit pernapasan (CA Paru)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Penyebab: Proses penyakit pernapasan, fibrosis paru, kelelahan otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas, penggunaan otot aksesori pernapasan, irama napas tidak teratur, bunyi napas abnormal (ronchi, wheezing).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda kerja napas yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, latihan napas dalam, kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis.
Dengan pemantauan ketat, pemberian oksigen, latihan pernapasan yang tepat, serta kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang sesuai, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif dan mengatasi sesak napas yang dialami. -
Article No. 11133 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.RS) 69 tahun, dirawat di ruang ICU RS Bhamada dengan diagnosa medis CA Paru.Mengeluh sesak nafas, nyeri dada kanan, nyeri dirasakan ketika menarik nafas. Hasil pemeriksaan: kondisi pasien lemah, konjungtiva anemis, vocal fremitus kiri lebih teraba daripada kanan, bunyi perkusi sonor pada dada kiri dan redup pada dada kanan, terdengar ronchi di paru kanan dan kiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan untuk kasus Tn. RS, seorang pasien laki-laki berusia 69 tahun yang dirawat di ruang ICU dengan diagnosa medis CA Paru.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Efek Penyakit Paru Berdasarkan Gejala yang Dilaporkan
- Pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada kanan, dan nyeri saat menarik napas. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ronchi di kedua paru, serta perbedaan vocal fremitus dan bunyi perkusi antara kiri dan kanan.
- Diagnosa ini tepat karena menggambarkan masalah pernapasan yang dialami pasien akibat penyakit paru-paru (CA Paru).
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Penyakit
- Pasien mengeluh nyeri dada kanan dan nyeri saat menarik napas. Hal ini menunjukkan adanya nyeri yang berkaitan dengan proses penyakit.
- Diagnosa ini sesuai untuk menggambarkan masalah nyeri yang dialami pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang normal, tidak ada tanda-tanda sesak napas, dan dapat melakukan aktivitas tanpa rasa nyeri.
- Indikator: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu napas, SaO2 dalam batas normal.
2. Nyeri Terkontrol
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri dan dapat melakukan aktivitas tanpa rasa nyeri.
- Indikator: Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, tidak ada ekspresi nyeri saat beraktivitas, dan dapat beraktivitas tanpa terhambat nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pemantauan status pernapasan pasien secara berkala.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan pasien.
- Latih teknik pernapasan diafragmatik dan napas dalam untuk membantu mobilisasi sekret.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
2. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan skala nyeri).
- Berikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah pernapasan dan nyeri yang dialami oleh Tn. RS sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 11134 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien Tn. B, seorang laki-laki usia 47 tahun yang mengalami kecelakaan lalu lintas dengan kondisi saat ini, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya suara snoring, frekuensi napas 34x/menit, SpO2 85%, dan pergerakan dada tidak simetris menjauh ke kanan serta adanya deviasi trakea ke arah kanan.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan nadi 103x/menit, akral teraba dingin, CRT 2 detik, dan adanya luka terbuka pada tangan dan kaki kiri pasien.
3. Nyeri Akut
Nyeri akut ditandai dengan pasien yang tampak kesakitan dan memegangi dada sebelah kanan, serta adanya luka pada clavicula kanan dan costa 3-4.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan pola napas yang normal
- Sputum dapat dikeluarkan dengan efektif
- Tidak ada suara napas tambahan (misalnya wheezing, stridor)
- Oksigenasi jaringan adekuat (SpO2 ≥ 94%)
2. Perfusi Jaringan Adekuat
- Pasien menunjukkan sirkulasi perifer yang baik (akral hangat, CRT < 2 detik)
- Tidak ada tanda-tanda syok (nadi teraba kuat dan reguler, TD dalam batas normal)
- Tidak ada perdarahan yang tidak terkontrol
3. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang (skala nyeri < 4)
- Pasien tampak lebih relaks dan tidak menunjukkan tanda-tanda distres
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital dan status oksigenasi
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- Lakukan perawatan luka pada tangan dan kaki kiri
- Pantau tanda-tanda vital, CRT, dan sirkulasi perifer
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis yang sesuai
3. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai instruksi dokter
- Gunakan teknik non-farmakologis (misalnya distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
- Pantau respons pasien terhadap intervensi dan efektivitas pengobatan
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat membaik sesuai dengan luaran yang diharapkan. -
Article No. 11135 | 18 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-), deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1cm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, frekuensi nadi 98 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. B yang telah diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, mengatur posisi tidur, memberikan oksigen, dan melakukan fisioterapi dada.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko perdarahan adalah keadaan rentan mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam jiwa.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien tidak mengalami perdarahan yang mengancam jiwa.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda perdarahan, melakukan kompresi pada luka, pemberian obat-obatan, dan kolaborasi dengan tim medis.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri, memberikan analgesik, manajemen lingkungan, dan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Gangguan integritas kulit adalah kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, luka pasien dapat sembuh tanpa komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan luka, pencegahan infeksi, pemberian obat-obatan topikal, dan edukasi perawatan luka.
Penjelasan singkat:
Pasien Tn. B mengalami cedera pada beberapa bagian tubuh akibat kecelakaan lalu lintas. Kondisi ini menyebabkan pola napas tidak efektif, risiko perdarahan, nyeri akut, dan gangguan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang tepat harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan membantu pemulihan pasien. -
Article No. 11136 | 18 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan lemas dan batuk (+) O: Kesadaran composmentis, hemodinamik TD: 131/66 mmHg, HR: 64 x/menit, RR: 14 x/menit, S: 36,0C, Spo2: 98% dengan menggunakan binasal 3 lpm, Terpasang IV line di Vena brachialis dextra no. 22 dengan cairan infuse Nacl 3% 500 cc/24 jam, Terpasang DC no. 16 produksi urine ada, KH/ hari, skala nyeri 0
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
- Ditandai dengan: Pasien mengeluh lemas dan batuk (+), Frekuensi Napas 14x/menit (dalam batas normal), Saturasi Oksigen 98% dengan terapi oksigen 3 lpm.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi Napas dalam batas normal (12-20x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada ronki/wheezing
- Tidak ada batuk yang mengganggu
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitor karakteristik napas (frekuensi, irama, kedalaman)
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kondisi pasien
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara tambahan
- Anjurkan pasien untuk batuk dan bernapas dalam
2. Manajemen Sputum
- Evaluasi produksi sputum
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Manajemen Kelelahan
- Monitor tanda-tanda kelelahan (misalnya; lemas, fatigue)
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologi jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Pola Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengeluh lemas dan batuk, yang merupakan tanda-tanda ketidakefektifan pola napas. Meskipun frekuensi napas pasien masih dalam batas normal dan saturasi oksigen cukup baik dengan terapi oksigen, perlu dilakukan intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan pola napas yang efektif.
Luaran/Output yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, di mana pasien mampu bernapas dengan frekuensi, irama, dan kedalaman yang adekuat tanpa menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Jalan Napas untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan berfungsi optimal, Manajemen Sputum untuk mengevaluasi dan membantu pasien mengeluarkan sputum, serta Manajemen Kelelahan untuk mengatasi gejala kelelahan yang dialami pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Pola Napas Efektif, sehingga kondisi pernapasannya dapat stabil dan membantu proses pemulihan. -
Article No. 11137 | 18 Jan 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan gatal di seluruh badan dan sesak nafas berkurang(+) O: Kesadaran composmentis, hemodinamik TD: 132/101mmHg, HR: 92 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36,50C, Spo2: 100% dengan menggunakan binasal 3 lpm, Terpasang IV line di Vena Radialis Dextra no 20 dengan cairan infuse Vemplon dan drip Furosemide 3 mg/jam, BAK dengan spontan (Urine minimal), KH/hari, DL/hari, ECHO EF 36%(13/04/2024), Skala nyeri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi, sesak napas, dan oedem.
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif, pasien mengeluhkan gatal di seluruh badan dan sesak napas berkurang. Dari data objektif, ditemukan tanda-tanda penurunan fungsi kardiovaskular, di mana pasien memiliki tekanan darah 132/101 mmHg, laju jantung 92 x/menit, laju napas 26 x/menit, dan saturasi oksigen 100% dengan bantuan oksigen nasal 3 lpm. Pasien juga terpasang infus dan mendapatkan terapi furosemide, yang menunjukkan adanya gangguan cairan dan elektrolit. Selain itu, hasil ECHO menunjukkan penurunan fraksi ejeksi (EF) menjadi 36%, yang mengindikasikan adanya penurunan fungsi jantung. Dengan demikian, diagnosa Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi, sesak napas, dan oedem sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Pasien menunjukkan adanya peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
4. Pasien menunjukkan perbaikan status pernapasan.
5. Pasien menunjukkan perbaikan status cairan dan elektrolit.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pantau status pernapasan dan berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
3. Pantau asupan dan pengeluaran cairan serta tanda-tanda oedem.
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang aktivitas yang dapat dilakukan.
5. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif.
7. Lakukan evaluasi dan penyesuaian intervensi sesuai dengan respons pasien.
Penjelasan rinci:
Setiap intervensi keperawatan yang diberikan memiliki tujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Pemantauan tanda-tanda vital, status pernapasan, dan cairan/elektrolit bertujuan untuk memantau kondisi pasien secara keseluruhan dan mengidentifikasi adanya perubahan yang perlu diatasi. Edukasi dan bantuan dalam aktivitas sehari-hari bertujuan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain bertujuan untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. Evaluasi dan penyesuaian intervensi diperlukan untuk memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan respons pasien dan dapat memenuhi luaran yang diharapkan. -
Article No. 11138 | 18 Jan 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien belum bab 6 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Definisi SDKI:
Konstipasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman saat buang air besar.
Faktor Terkait SDKI:
- Perubahan pola eliminasi
- Aktivitas fisik yang kurang
- Intake cairan yang tidak adekuat
- Penggunaan obat-obatan
Gejala dan Tanda SDKI:
- Sulit dan tidak sering buang air besar
- Rasa tidak nyaman saat buang air besar
- Perut terasa penuh atau kembung
- Adanya perasaan tidak tuntas setelah buang air besar
Intervensi Keperawatan SLKI:
- Monitoring eliminasi
- Atur pola makan dan cairan
- Anjurkan aktivitas fisik yang sesuai
- Pertimbangkan pemberian laksatif jika perlu
- Edukasi tentang manajemen konstipasi
Luaran Keperawatan SIKI:
- Frekuensi buang air besar meningkat
- Konsistensi feses membaik
- Rasa tidak nyaman saat buang air besar berkurang
- Persepsi pasien tentang kemampuan buang air besar meningkat
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Konstipasi. Penjelasan singkat mengenai definisi, faktor terkait, gejala dan tanda, intervensi keperawatan, serta luaran keperawatan telah saya sampaikan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11139 | 18 Jan 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien belum bab 6 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien belum buang air besar (BAB) selama 6 hari, maka dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah penurunan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk buang air besar yang menyebabkan ketidaknyamanan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengeluaran feses normal
- Kenyamanan gastrointestinal
- Tingkat kecemasan terkait fungsi usus menurun
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Konstipasi
- Edukasi Konstipasi
- Perawatan Rektal
Penjelasan:
Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan atau ketidakmampuan untuk buang air besar secara teratur. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang asupan cairan, diet rendah serat, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, atau masalah medis lainnya.
Penanganan konstipasi meliputi upaya-upaya untuk meningkatkan regulasi sistem pencernaan, seperti mengonsumsi makanan kaya serat, meningkatkan asupan cairan, melakukan latihan fisik, dan pemberian laksatif jika diperlukan. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk memahami cara mengatasi dan mencegah konstipasi.
Tujuan luaran yang diharapkan adalah pengeluaran feses yang normal, kenyamanan gastrointestinal, dan penurunan tingkat kecemasan terkait fungsi usus. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen konstipasi, edukasi konstipasi, dan perawatan rektal.