Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11117 | 18 Jan 2025
Klinis : Pasien datang ke klinik dengan keluhan sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil terutama di malam hari (poliuria), dan penurunan berat badan yang signifikan. Pasien mengeluhkan gejala tersebut sejak 3 bulan lalu. Awalnya, pasien menganggap biasa, tetapi semakin lama merasa sangat lemas, mudah lelah, dan pandangannya kabur. Tekanan darah: 145/90 mmHg Berat badan: 80 kg Tinggi badan: 165 cm (IMT: 29,4, kategori obesitas) Nadi: 90 kali/menit Pernapasan: 20 kali/menit Gula darah sewaktu: 320 mg/dL (normal < 200 mg/dL).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan pasien mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan dan dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri dengan energi yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi perawatan ditujukan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, seperti manajemen aktivitas, manajemen energi, dan dukungan psikologis.
2. Polidipsia berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah, ditandai dengan pasien sering merasa haus.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Konsumsi air yang berlebihan yang disebabkan oleh peningkatan produksi urin atau penurunan cairan tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi perawatan ditujukan untuk memfasilitasi asupan cairan yang adekuat, seperti edukasi diet dan cairan, dan pemantauan intake-output cairan.
3. Poliuria berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah, ditandai dengan pasien sering buang air kecil terutama di malam hari.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Produksi urin yang berlebihan yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan eliminasi urin yang adekuat.
- SIKI: Intervensi perawatan ditujukan untuk memfasilitasi eliminasi urin yang adekuat, seperti pemantauan intake-output cairan, dan edukasi tentang manajemen poliuria. -
Article No. 11118 | 18 Jan 2025
Klinis : Dia menikah dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang pengangguran. Dia menggambarkan suaminya seorang yang emosional dan kasar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Kekerasan Fisik Akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik yang disebabkan oleh orang lain.
Faktor Risiko: Riwayat kekerasan, penggunaan alkohol/narkoba, kondisi ekonomi yang buruk, stres psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas dari Cedera Fisik
2. Manajemen Stres
3. Koping Efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
2. Manajemen Krisis: Berikan dukungan emosional dan bantuan praktis.
3. Edukasi Kesehatan: Ajarkan keterampilan manajemen stres dan resolusi konflik.
Penjelasan Singkat:
Klien memiliki risiko tinggi mengalami kekerasan fisik akut dari suaminya yang digambarkan emosional dan kasar. Faktor risiko lainnya adalah kondisi ekonomi yang buruk karena suami pengangguran, serta lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah menciptakan lingkungan yang aman, memberikan dukungan selama krisis, dan mengajarkan keterampilan manajemen stres serta resolusi konflik untuk mencegah terjadinya kekerasan. -
Article No. 11119 | 18 Jan 2025
Klinis : Berikut teks postingan untuk gambar tersebut: Kasus Bapak Hadi Bapak Hadi (65 tahun) datang ke IGD dengan keluhan lemas pada separuh tubuh kanan, sulit berbicara, dan sakit kepala berat sejak 5 jam lalu. Keluhan muncul tiba-tiba saat menonton TV. Riwayat hipertensi selama 10 tahun, sering lupa minum obat antihipertensi. Perokok aktif selama 30 tahun. GCS: E4V3M6 Tanda Vital: - Tekanan darah: 190/100 mmHg - Nadi: 88x/menit, reguler - Pernapasan: 22x/menit - Saturasi oksigen: 95% (RA) Pemeriksaan Neurologis: - Hemiparesis sisi kanan (kekuatan otot 2/5 pada ekstremitas atas dan bawah kanan) - Afasia motorik Pemeriksaan Penunjang: - CT scan kepala: menunjukkan infark di area serebral kiri. - Pemeriksaan darah: kolesterol total 280 mg/dL dan LDL 180 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis sisi kanan.
2. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan Afasia motorik.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Infark di area serebral kiri.
4. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan Hipertensi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
SDKI: Keterbatasan dalam melakukan gerakan tubuh yang disengaja secara mandiri.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kemampuan fisik klien.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi, mempertahankan, dan meningkatkan mobilitas klien.
2. Gangguan Komunikasi Verbal:
SDKI: Keterbatasan dalam pengiriman atau penerimaan pesan verbal.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi komunikasi verbal klien.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi komunikasi klien.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
SDKI: Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen ke jaringan otak.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan serebral.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan.
4. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif:
SDKI: Rentan terhadap penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah penurunan perfusi jaringan serebral.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan.
Dalam hal ini, SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka acuan yang komprehensif untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi Bapak Hadi, sehingga dapat membantu mencapai hasil yang optimal dalam perawatan pasien. -
Article No. 11120 | 18 Jan 2025
Klinis : Berikut teks postingan untuk gambar tersebut: Kasus Bapak Hadi Bapak Hadi (65 tahun) datang ke IGD dengan keluhan lemas pada separuh tubuh kanan, sulit berbicara, dan sakit kepala berat sejak 5 jam lalu. Keluhan muncul tiba-tiba saat menonton TV. Riwayat hipertensi selama 10 tahun, sering lupa minum obat antihipertensi. Perokok aktif selama 30 tahun. GCS: E4V3M6 Tanda Vital: - Tekanan darah: 190/100 mmHg - Nadi: 88x/menit, reguler - Pernapasan: 22x/menit - Saturasi oksigen: 95% (RA) Pemeriksaan Neurologis: - Hemiparesis sisi kanan (kekuatan otot 2/5 pada ekstremitas atas dan bawah kanan) - Afasia motorik Pemeriksaan Penunjang: - CT scan kepala: menunjukkan infark di area serebral kiri. - Pemeriksaan darah: kolesterol total 280 mg/dL dan LDL 180 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Cedera Otak Terkait Gangguan Aliran Darah Serebral
Definisi: Risiko mengalami cedera pada struktur atau fungsi otak akibat gangguan aliran darah serebral.
Faktor Risiko: Hipertensi, merokok, dislipidemia.
2. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan satu atau lebih ekstremitas yang disebabkan oleh gangguan neuromuskular, muskuloskeletal, atau faktor persepsi.
Karakteristik: Penurunan kekuatan otot pada ekstremitas kanan.
3. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Afasia Motorik
Definisi: Keterbatasan kemampuan mengekspresikan bahasa lisan akibat kerusakan pada area otak yang mengatur fungsi bahasa.
Karakteristik: Kesulitan berbicara.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Cedera Otak Terkait Gangguan Aliran Darah Serebral
- Tidak terjadi komplikasi stroke lanjut (infark serebri, perdarahan serebral)
- Tekanan darah terkontrol dalam rentang normal
- Kolesterol total dan LDL menurun
2. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis
- Peningkatan kekuatan otot ekstremitas kanan
- Peningkatan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)
- Tidak terjadi komplikasi muskuloskeletal (kontraktur, spastisitas)
3. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Afasia Motorik
- Peningkatan kemampuan berbahasa lisan
- Kemampuan mengekspresikan kebutuhan dasar
- Peningkatan interaksi sosial
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Cedera Otak Terkait Gangguan Aliran Darah Serebral
- Pemantauan tanda vital dan saturasi oksigen
- Pemberian obat antihipertensi sesuai resep
- Edukasi tentang manajemen hipertensi dan pentingnya kepatuhan minum obat
- Konseling berhenti merokok
2. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Hemiparesis
- Latihan ROM (Range of Motion) aktif-asistif pada ekstremitas kanan
- Latihan kemampuan fungsional (duduk, berdiri, berjalan)
- Kolaborasi fisioterapis untuk program rehabilitasi
- Pencegahan komplikasi muskuloskeletal (posisioning, latihan rentang gerak)
3. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Afasia Motorik
- Identifikasi kemampuan komunikasi verbal klien
- Latihan artikulasi dan pembentukan kata
- Penggunaan media komunikasi alternatif (papan komunikasi, gestur)
- Kolaborasi terapis wicara untuk program terapi wicara
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan dengan menggunakan tone akademis dan persona pakar/nurse. -
Article No. 11121 | 18 Jan 2025
Klinis : partus spontan dengan bantuan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi partus spontan dengan bantuan, dalam format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: O80
- Deskripsi: Partus spontan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Penyuapan, ekstraksi, atau rotasi kepala dengan bantuan instrumen, tanpa perluasan uterus atau episiotomi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 O80 digunakan untuk menggambarkan partus spontan, yang merujuk pada kelahiran normal yang terjadi tanpa komplikasi atau intervensi medis yang signifikan.
- Kode ICD-9-CM 72.1 mencakup prosedur seperti penggunaan forseps atau vakum ekstraksi untuk membantu kelahiran, tanpa adanya tindakan lain seperti episiotomi atau perluasan uterus.
- Penggunaan kode ini akan memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap dalam rekam medis pasien, serta membantu dalam proses penagihan dan pengkodean yang sesuai. -
Article No. 11122 | 18 Jan 2025
Klinis : partus spontan dengan bantuan bidan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah jawaban saya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O80
- Deskripsi: Partus spontan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Partus dengan bantuan bidan atau penolong persalinan terlatih lainnya
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu "partus spontan dengan bantuan bidan", maka kode ICD-10 yang sesuai adalah O80 (Partus spontan). Kode ini mencakup persalinan normal atau spontan tanpa komplikasi, yang dibantu oleh bidan atau penolong persalinan terlatih lainnya.
Selanjutnya, untuk kode ICD-9-CM Procedure, kode yang sesuai adalah 72.1 (Partus dengan bantuan bidan atau penolong persalinan terlatih lainnya). Kode ini mengindikasikan bahwa persalinan dilakukan dengan bantuan bidan atau petugas kesehatan yang terlatih dalam melakukan proses persalinan.
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure harus disesuaikan dengan dokumentasi medis yang ada dan mengikuti pedoman pengodean yang berlaku. -
Article No. 11123 | 18 Jan 2025
Klinis : o83
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi o83:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O83
- Deskripsi: Operasi sesar lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 74.2
- Deskripsi: Seksio sesarea, tidak disebut lain.
Penjelasan:
Kode ICD-10 O83 digunakan untuk mengkodekan operasi sesar lainnya, selain dari jenis-jenis seksio sesarea yang telah diklasifikasikan secara spesifik dalam kode ICD-10 yang lain. Ini mencakup prosedur operatif yang dilakukan dengan indikasi medis atau obstetri untuk mengeluarkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus.
Kode ICD-9-CM 74.2 digunakan untuk mengkodekan tindakan seksio sesarea, tanpa keterangan lain. Ini mencakup semua jenis prosedur seksio sesarea yang tidak diklasifikasikan secara lebih rinci pada kode ICD-9-CM yang lain.
Penggunaan kode-kode ini harus disesuaikan dengan dokumentasi medis yang lengkap dan akurat mengenai diagnosis dan tindakan/prosedur yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 11124 | 18 Jan 2025
Klinis : partus spontan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi partus spontan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O80
- Deskripsi: Partus spontan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Pengeluaran hasil konsepsi, partus spontan, pervaginam
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O80 merupakan kode untuk diagnosis "Partus spontan", yang mencakup kelahiran bayi secara alami melalui vagina tanpa intervensi medis seperti induksi atau sesar.
2. Kode ICD-9-CM 72.1 merupakan kode untuk prosedur "Pengeluaran hasil konsepsi, partus spontan, pervaginam", yang menggambarkan proses kelahiran bayi secara alami melalui vagina tanpa tindakan medis.
Dalam dokumentasi medis, penggunaan kode ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis penting untuk memastikan ketepatan pencatatan dan pelaporan kondisi pasien serta riwayat perawatan yang diberikan. -
Article No. 11125 | 18 Jan 2025
Klinis : inkontinensia urin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.3
- Deskripsi: Inkontinensia urin tipe stres
Inkontinensia urin tipe stres merupakan gangguan dalam menahan kemih yang terjadi akibat melemahnya otot dasar panggul sehingga tidak dapat menahan tekanan yang tiba-tiba seperti batuk, bersin, atau aktivitas fisik. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor usia, kehamilan, atau prosedur operasi panggul.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.71
- Deskripsi: Operasi bladder neck suspension, teknik suprapubik
- Kode: 59.72
- Deskripsi: Operasi bladder neck suspension, teknik retropubik
Prosedur operasi bladder neck suspension dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urin tipe stres dengan meningkatkan tekanan pada leher kandung kemih, baik melalui pendekatan suprapubik (59.71) maupun retropubik (59.72). Tujuannya adalah untuk mengembalikan posisi normal leher kandung kemih dan memperkuat fungsi menahan urin. -
Article No. 11126 | 18 Jan 2025
Klinis : inkontinensia urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi inkontinensia urin.
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin.
Batasan Karakteristik (SDKI):
- Ketidakmampuan untuk menahan urin
- Keluarnya urin secara tidak disengaja
- Kebocoran urin
Faktor Berhubungan (SDKI):
- Disfungsi saraf
- Kelemahan otot dasar panggul
- Perubahan fisiologis
- Gangguan fungsi kognitif
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
- Identifikasi pola dan frekuensi inkontinensia
- Anjurkan latihan otot dasar panggul
- Ajarkan teknik berkemih teratur
- Terapkan alat bantu inkontinensia jika perlu
2. Terapi Latihan
- Latihan otot dasar panggul
- Latihan bladder training
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko inkontinensia urin
- Edukasi tentang manajemen inkontinensia urin
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien dapat mengontrol pengeluaran urin
2. Pasien tidak mengalami keluarnya urin secara tidak disengaja
3. Pasien dapat melakukan latihan otot dasar panggul secara mandiri
Dalam memberikan intervensi keperawatan, perawat dapat menggunakan standar praktik keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar.