Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11250 | 20 Jan 2025
Klinis : pasien dm post amputatum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi pasien DM post amputatum dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.52
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi vaskuler perifer
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 84.1x
- Deskripsi: Amputasi anggota badan, di mana 'x' merupakan kode spesifik untuk lokasi amputasi (misalnya 84.10 untuk amputasi tungkai bawah tidak terspesifikasi, 84.11 untuk amputasi transtibial, dll.)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E11.52 menggambarkan kondisi diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi vaskuler perifer. Pada pasien dengan DM, komplikasi vaskuler perifer dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah di ekstremitas yang dapat menyebabkan kebutuhan untuk amputasi.
2. Kode ICD-9-CM 84.1x mencakup prosedur amputasi anggota badan, termasuk amputasi tungkai bawah yang mungkin dilakukan pada pasien DM dengan komplikasi vaskuler perifer. Kode spesifik untuk lokasi amputasi dapat digunakan untuk menggambarkan tipe amputasi yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 11251 | 20 Jan 2025
Klinis : pasien dm post amputatum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien DM post amputatum.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kemungkinan terjadinya perubahan pada struktur dan fungsi kulit yang dapat menimbulkan luka.
- Faktor Risiko: Diabetes melitus, amputasi, imobilitas.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan tubuh secara mandiri dan terkoordinasi.
- Faktor Penyebab: Amputasi, penurunan kekuatan otot, nyeri.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Kemungkinan terjadinya invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Luka pasca amputasi, diabetes melitus, penurunan sistem imun.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan data subjektif dan objektif pasien.
- Membantu perawat dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memberikan panduan bagi perawat dalam melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif.
- Memastikan intervensi yang diberikan sesuai dengan standar praktik keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas, terstruktur, dan berpusat pada pasien. -
Article No. 11252 | 20 Jan 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol nyeri: Individu dapat mengontrol nyeri pada tingkat yang dapat diterima.
2. Kenyamanan: Individu mencapai tingkat kenyamanan yang optimal.
3. Pemulihan: Individu menunjukkan pemulihan yang optimal dari nyeri akut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab, memfasilitasi strategi koping, dan memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Terapi komplementer: Intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti terapi musik, relaksasi, kompres hangat/dingin, dan terapi lainnya.
3. Edukasi kesehatan: Pemberian informasi dan pembelajaran tentang nyeri, penyebab, dan manajemen nyeri yang efektif.
Secara akademik, diagnosa keperawatan nyeri akut ini memiliki definisi, luaran, dan intervensi yang jelas sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sebagai seorang pakar, saya dapat menjelaskan secara rinci bagaimana perawat dapat mengidentifikasi, mengelola, dan mengevaluasi kondisi nyeri akut pada pasien. -
Article No. 11253 | 20 Jan 2025
Klinis : Apa saja diagnosa keperawatan yang biasa diberikan pada pasien sectio caesar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang memahami standar asuhan keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang umum ditemukan pada pasien dengan kondisi pasca sectio caesar:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Prosedur pembedahan sectio caesar.
- Gejala: Pasien melaporkan rasa sakit atau tidak nyaman di area bekas luka operasi.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Penyebab: Prosedur pembedahan invasif dan tindakan medis lainnya.
- Gejala: Peningkatan suhu tubuh, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di sekitar luka operasi.
3. Risiko Perdarahan
- Definisi: Rentan terhadap kehilangan darah yang melebihi volume normal.
- Penyebab: Komplikasi prosedur pembedahan sectio caesar.
- Gejala: Adanya perdarahan atau rembesan cairan dari luka operasi.
4. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
- Penyebab: Nyeri, kecemasan, dan perubahan lingkungan akibat hospitalisasi.
- Gejala: Sulit memulai atau mempertahankan tidur, bangun lebih awal, dan merasa tidak segar saat bangun.
5. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan bebas.
- Penyebab: Rasa sakit dan pembatasan aktivitas pasca pembedahan sectio caesar.
- Gejala: Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Diagnosa keperawatan ini dirumuskan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang merupakan standar asuhan keperawatan di Indonesia. Perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik dalam menentukan diagnosa keperawatan yang tepat. -
Article No. 11254 | 20 Jan 2025
Klinis : Perfusi Perifer Tidak Efektif.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Perfusi Perifer Tidak Efektif, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif" adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Perifer". Gangguan Perfusi Jaringan Perifer didefinisikan sebagai "Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit vaskuler, gangguan kardiovaskular, atau cedera traumatis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan Gangguan Perfusi Jaringan Perifer dapat mencapai luaran/output yang optimal, yaitu:
1. Perfusi Perifer Membaik: Indikator yang dapat diukur adalah peningkatan suhu kulit, warna kulit, dan pengisian kapiler yang normal.
2. Toleransi Aktivitas Membaik: Indikator yang dapat diukur adalah peningkatan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan atau gejala lain yang berhubungan dengan gangguan perfusi.
3. Nyeri Berkurang: Indikator yang dapat diukur adalah penurunan skor nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Perfusi Perifer: Melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda perfusi perifer, seperti suhu kulit, warna kulit, pengisian kapiler, dan nadi perifer.
2. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien untuk merencanakan dan melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap, sesuai dengan toleransi pasien.
3. Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola sumber nyeri yang dialami pasien, serta memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Posisioning: Memposisikan pasien dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip untuk meningkatkan perfusi perifer, seperti elevasi ekstremitas atau penggunaan bantalan.
5. Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen, jika diperlukan, untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan perifer.
6. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga perfusi perifer, manajemen aktivitas, dan gaya hidup sehat.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan Gangguan Perfusi Jaringan Perifer dapat mencapai luaran/output yang optimal, yaitu peningkatan perfusi perifer, toleransi aktivitas, dan penurunan nyeri. -
Article No. 11255 | 20 Jan 2025
Klinis : diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan pneumonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk pasien dengan pneumonia:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan pneumonia antara lain:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
Penyebab: Akumulasi sekret, edema, dan kelemahan otot pernapasan.
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
Penyebab: Akumulasi sekret, edema, dan kelemahan otot pernapasan.
c. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Keterbatasan otot pernapasan, kelelahan otot pernapasan, dan peningkatan beban kerja pernapasan.
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, mual, muntah, dan peningkatan kebutuhan nutrisi akibat kondisi klinis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
Indikator: Frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, dan kemampuan untuk mengeluarkan sekret.
b. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
Indikator: Frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan, dan irama pernapasan dalam rentang normal.
c. Status Nutrisi Adekuat
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Indikator: Berat badan stabil, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan kadar albumin dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitor status pernapasan
- Auskultasi suara napas
- Lakukan tindakan batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang batuk efektif dan fisioterapi dada
b. Untuk Pola Napas Efektif:
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan fisioterapi dada
- Posisikan pasien secara optimal untuk memudahkan pernapasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi nebulizer atau ventilasi mekanik jika diperlukan
c. Untuk Status Nutrisi Adekuat:
- Lakukan pengkajian status nutrisi
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan nutrisi yang adekuat
- Monitor asupan, output, dan keseimbangan cairan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu pasien dengan pneumonia untuk mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 11256 | 20 Jan 2025
Klinis : resiko infeksi dalam pneumonia berhubungan dengan?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Infeksi berhubungan dengan pneumonia
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) sesuai untuk kondisi pasien dengan pneumonia. Pasien dengan pneumonia memiliki risiko tinggi untuk terjadinya infeksi karena adanya proses peradangan dan akumulasi sekret di dalam paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pertahanan tubuh sehingga meningkatkan kerentanan pasien terhadap infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
2. Status Pernapasan Membaik
3. Bebas Komplikasi
Penjelasan:
1. Kontrol Infeksi
- Pasien mampu mengenali tanda dan gejala infeksi
- Pasien dapat melakukan pencegahan infeksi dengan baik
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi selama perawatan
2. Status Pernapasan Membaik
- Pasien menunjukkan peningkatan fungsi pernapasan
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
- Saturasi oksigen dalam batas normal
3. Bebas Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi selama proses perawatan, seperti sepsis, ARDS, atau kegagalan multi-organ
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
2. Manajemen Jalan Napas
3. Pemantauan Tanda Vital
4. Edukasi Kesehatan
Penjelasan:
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik
- Monitoring tanda dan gejala infeksi secara berkala
- Promosi perilaku higienis dan pencegahan infeksi
2. Manajemen Jalan Napas
- Optimalisasi patensi jalan napas
- Pengisapan lendir secara rutin
- Terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Latihan pernapasan dan batuk efektif
3. Pemantauan Tanda Vital
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah)
- Deteksi dini perubahan tanda vital yang dapat menandakan adanya infeksi
4. Edukasi Kesehatan
- Edukasi mengenai pneumonia dan proses penyakitnya
- Pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan tatalaksana
- Strategi pencegahan infeksi dan komplikasi
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang diinginkan, yaitu kontrol infeksi, status pernapasan yang membaik, serta terbebas dari komplikasi. -
Article No. 11257 | 20 Jan 2025
Klinis : pasien dengan post operasi debridement gangren pedis dextra, dengan diabetes melitus tipe 2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien dengan post operasi debridement gangren pedis dextra, dengan diabetes melitus tipe 2. Tone saya akan akademis, dan persona saya sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Risiko Infeksi
Pasien dengan post operasi debridement gangren pedis dextra dan diabetes melitus tipe 2 memiliki risiko tinggi untuk terjadinya infeksi luka bedah. Diabetes melitus dapat menyebabkan penurunan sistem imun sehingga meningkatkan rentan terhadap infeksi.
b. Kerusakan Integritas Kulit
Pasien mengalami gangren pedis dextra yang telah dilakukan debridement, sehingga terjadi kerusakan pada integritas kulit dan jaringan.
c. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki risiko ketidakstabilan kadar gula darah, yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
a. Risiko Infeksi
- Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi luka bedah
- Pemeriksaan kultur luka menunjukkan hasil negatif
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai normal
b. Kerusakan Integritas Kulit
- Luka bedah menunjukkan penyembuhan yang progresif
- Tidak terjadi komplikasi (perdarahan, nekrosis, dan dehiscence)
- Pasien melaporkan rasa nyaman pada area luka
c. Stabilitas Kadar Gula Darah
- Kadar gula darah pasien berada dalam rentang normal
- Tidak terjadi komplikasi akibat fluktuasi kadar gula darah
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
a. Risiko Infeksi
- Melakukan perawatan luka bedah secara aseptik
- Memantau tanda-tanda infeksi (suhu tubuh, warna, odor, dan exudat luka)
- Memberikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan resistensi
- Memfasilitasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau status infeksi
b. Kerusakan Integritas Kulit
- Melakukan perawatan luka bedah sesuai dengan prinsip perawatan luka
- Memantau perkembangan penyembuhan luka secara berkala
- Memberikan nutrisi yang adekuat untuk mendukung penyembuhan luka
- Mengoptimalkan posisi dan mobilisasi pasien untuk mencegah tekanan pada luka
c. Stabilitas Kadar Gula Darah
- Memantau kadar gula darah secara rutin
- Kolaborasi dengan dokter dalam pengaturan terapi insulin atau obat antidiabetes
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes melitus
- Memfasilitasi konseling gizi untuk mengatur pola makan yang sesuai.
Melalui diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai pemulihan yang optimal dan mencegah terjadinya komplikasi. Perawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya sangat penting dalam menangani kondisi pasien ini. -
Article No. 11258 | 20 Jan 2025
Klinis : pasien dengan post operasi debridement gangren pedis dextra, dengan diabetes melitus tipe 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (SIKI kode: 00004)
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor risiko: Prosedur bedah, diabetes melitus, dan gangren.
2. Kerusakan Integritas Kulit (SIKI kode: 00046)
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada epidermis dan/atau dermis.
- Faktor yang berkontribusi: Diabetes melitus, gangren, dan prosedur bedah.
3. Nyeri Akut (SIKI kode: 00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang berkontribusi: Prosedur bedah, gangren, dan diabetes melitus.
4. Ketidakstabilan Gula Darah (SIKI kode: 00179)
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Faktor yang berkontribusi: Diabetes melitus.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami pasien dan memformulasikannya menjadi diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penerapan SDKI - SLKI - SIKI ini distandarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan bagi perawat dalam melakukan praktik keperawatan yang berkualitas dan terstandar. -
Article No. 11259 | 20 Jan 2025
Klinis : pasien dengan post operasi debridement gangren pedis dextra, dengan diabetes melitus tipe 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko masuknya patogen yang dapat menimbulkan gejala atau penyakit.
- Faktor Risiko: Kondisi diabetes melitus tipe 2 yang menyebabkan penurunan imunitas dan peningkatan risiko infeksi, serta tindakan pembedahan debridement pada pasien.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada permukaan kulit dan lapisan di bawahnya.
- Faktor Risiko: Kondisi gangren pada kaki akibat komplikasi diabetes melitus tipe 2 yang membutuhkan tindakan debridement.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam satu atau lebih dimensi pergerakan fisik.
- Faktor Risiko: Kondisi pasca operasi debridement pada kaki yang dapat menyebabkan penurunan mobilitas dan aktivitas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan panduan standar dalam menentukan diagnosis keperawatan yang diakui oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Berisi definisi, faktor risiko, gejala, dan karakteristik dari berbagai diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan panduan standar dalam menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Berisi indikator, kriteria hasil, dan skala pengukuran untuk setiap luaran keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan panduan standar dalam menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Berisi definisi, tujuan, aktivitas, dan pertimbangan khusus untuk setiap intervensi keperawatan.
Dalam kasus pasien dengan post operasi debridement gangren pedis dextra, dengan diabetes melitus tipe 2, SDKI, SLKI, dan SIKI dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif.