Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13109 | 02 Mar 2025
Klinis : askep Seorang pasien berusia 55 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam mengeluh badannya terasa berat, sesak napas jika berjalan walapun sebentar. Klien belum mengetahui penyebab penyakitnya dan perawatannya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.9
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik, tidak terperinci
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), yaitu sesak napas saat beraktivitas. PPOK adalah kondisi kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel, biasanya progresif, dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas berbahaya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.37
- Deskripsi: Pemeriksaan fungsi paru, tanpa tes provokasi
Penjelasan:
Untuk menegakkan diagnosis PPOK dan menentukan derajat keparahannya, pasien akan memerlukan pemeriksaan fungsi paru, seperti spirometri. Pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang kapasitas dan volume paru-paru, serta aliran udara, yang dapat membantu dalam penatalaksanaan pasien.
Selain itu, pemeriksaan penunjang lain yang mungkin dibutuhkan adalah:
- Rontgen dada, untuk melihat perubahan struktural pada paru
- Tes laboratorium, untuk mengidentifikasi faktor risiko atau penyebab lain (misalnya, infeksi)
- Pengkajian gejala, riwayat kesehatan, dan faktor risiko pasien
Penatalaksanaan pasien ini kemudian akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan tingkat keparahan PPOK yang ditemukan. -
Article No. 13110 | 02 Mar 2025
Klinis : askep Seorang pasien berusia 55 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam mengeluh badannya terasa berat, sesak napas jika berjalan walapun sebentar. Klien belum mengetahui penyebab penyakitnya dan perawatannya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari akibat keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan.
- Gejala yang dialami oleh pasien, yaitu merasa berat badan dan sesak napas saat berjalan, menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- Karakteristik Definisi: Adanya keluhan kelelahan, sesak napas, atau nyeri saat melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan.
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa didahului keluhan, mempertahankan ukuran perubahan tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
1. Manajemen energi: mengatur jadwal aktivitas dan istirahat, mengajarkan teknik konservasi energi.
2. Manajemen jalan napas: mengatur posisi tubuh untuk memaksimalkan fungsi pernapasan.
3. Edukasi kesehatan: memberikan informasi tentang penyebab dan pengelolaan intoleransi aktivitas. -
Article No. 13111 | 02 Mar 2025
Klinis : pasien a datang ke UGD dengan keluhan batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan Td : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36 derajat, Rr: 20 x / menit tentukan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yaitu batuk berdahak dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang menunjukkan Td: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36 derajat, Rr: 20x/menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya batuk produktif, peningkatan sekresi, dan perubahan frekuensi napas. Kondisi ini mengindikasikan adanya hambatan pada bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Kriteria hasil:
a. Jalan napas paten
b. Tidak ada suara napas tambahan
c. Frekuensi napas dalam rentang normal
d. Warna kulit dan membran mukosa normal
e. Tidak ada retraksi otot-otot bantu napas
f. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan pemeriksaan fisik untuk menilai status pernapasan pasien
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen
c. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
d. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
e. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi dokter
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif diidentifikasi berdasarkan keluhan utama pasien yaitu batuk berdahak. Kondisi ini menunjukkan adanya hambatan pada bersihan jalan napas. Tujuan asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi manajemen jalan napas, seperti pemeriksaan fisik, pemberian oksigen, suction, edukasi teknik batuk efektif, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut. -
Article No. 13112 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien f datang ke UGD dengan keluhan diar e cair lebih dari 3x, demam dan mual pemeriksaan td: 110/70 mmHg, N : 88 x/ menit, s : 36, 3 deejay celcius, Rr : 20 x/ menit tentukan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan dan data pemeriksaan pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Diare akut" (00013). Diare akut didefinisikan sebagai perubahan frekuensi, konsistensi, dan volume feses yang tidak normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Karakteristik mayor yang tampak pada pasien ini adalah frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari, konsistensi feses cair, disertai gejala sistemik seperti demam dan mual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan (0601)
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, mukosa lembab
- Target: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, turgor kulit baik, dan mukosa lembab dalam waktu 1-2 hari.
2. Kontrol gejala (1305)
- Indikator: Frekuensi buang air besar menurun, tidak ada mual/muntah, suhu tubuh normal
- Target: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi buang air besar, tidak ada mual/muntah, dan suhu tubuh normal dalam waktu 2-3 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen diare (4420)
- Identifikasi penyebab diare
- Pantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan
- Berikan cairan rehidrasi oral atau intravena sesuai kebutuhan
- Berikan antiemetik jika diperlukan untuk mengatasi mual/muntah
- Anjurkan diet rendah serat dan mudah dicerna
2. Manajemen demam (3740)
- Pantau suhu tubuh secara teratur
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai suhu tubuh
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
3. Pemantauan cairan (4120)
- Pantau intake dan output cairan
- Periksa tanda-tanda dehidrasi
- Berikan cairan rehidrasi sesuai kebutuhan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Diare akut" dipilih karena pasien memenuhi kriteria mayor dari diare akut, yaitu frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari dengan konsistensi cair, disertai gejala sistemik seperti demam dan mual.
Luaran yang diharapkan adalah keseimbangan cairan dan kontrol gejala. Keseimbangan cairan penting untuk mencegah dehidrasi, sedangkan kontrol gejala bertujuan untuk mengatasi diare, demam, dan mual/muntah.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen diare, manajemen demam, dan pemantauan cairan. Tujuannya adalah untuk mengatasi penyebab diare, menurunkan demam, dan mempertahankan keseimbangan cairan. Pemberian cairan rehidrasi, antiemetik, dan antipiretik serta anjuran diet dan istirahat cukup merupakan bagian penting dari intervensi tersebut.
Harapannya, dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, turgor kulit baik, mukosa lembab, penurunan frekuensi buang air besar, tidak ada mual/muntah, dan suhu tubuh normal dalam waktu 2-3 hari. -
Article No. 13113 | 02 Mar 2025
Klinis : Tuar X berusia 52 tahun datang ke unit Gawat Darurat dengan keluhan sesak napas yang semakin memburuk sejak 2 hari terakhir. Pasien mengeluhkan bahwa ia merasa sulit bernapas terutama saat berbaring, sehingga lebih nyaman dalam posisi setengah duduk. la juga merasakan dada terasa berat dan cepat lelah saat aktivitas ringan. Riwayat kesehatan menunjukkan bahwa pasien mengalami obesitas (IMT 34,2 kg/m²). dan memiliki kebiasaan kurang bergerak akibat nyeri Punggung kronis. Pada pemeriksaan Fisik, pasien tampak gelisah dengan pola napas dangkal dan cepat la menggunakan otot bantu napas, dan terlihat berusaha duduk tegak untuk mengurangi rasa sesaknya. Tanda-tanda vital menunjukkan bahua laju pernapasan 24 kali/menit, saturasi 94% soat istirahat, denyut radi 98 kali/menit, dan tekanan darah 138/86 mmHg. Pemeriksaan auskultasi Paru menunjukkan bahwa ada penurunan suara napas di basal paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tuan X adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Karakteristik Definitif:
- Irama napas tidak teratur
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan kedalaman napas
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Karakteristik Definitif:
- Melaporkan kelelahan yang tidak dapat dihilangkan dengan istirahat
- Aktivitas terbatas
- Dispnea saat melakukan aktivitas
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
- Berisi definisi, karakteristik definitif, dan faktor berhubungan untuk masing-masing diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Berisi definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil untuk masing-masing luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Berisi definisi, aktivitas, dan kriteria hasil untuk masing-masing intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, serta mempermudah proses pendokumentasian, komunikasi, dan evaluasi hasil asuhan keperawatan. -
Article No. 13114 | 02 Mar 2025
Klinis : Tuar X berusia 52 tahun datang ke unit Gawat Darurat dengan keluhan sesak napas yang semakin memburuk sejak 2 hari terakhir. Pasien mengeluhkan bahwa ia merasa sulit bernapas terutama saat berbaring, sehingga lebih nyaman dalam posisi setengah duduk. la juga merasakan dada terasa berat dan cepat lelah saat aktivitas ringan. Riwayat kesehatan menunjukkan bahwa pasien mengalami obesitas (IMT 34,2 kg/m²). dan memiliki kebiasaan kurang bergerak akibat nyeri Punggung kronis. Pada pemeriksaan Fisik, pasien tampak gelisah dengan pola napas dangkal dan cepat la menggunakan otot bantu napas, dan terlihat berusaha duduk tegak untuk mengurangi rasa sesaknya. Tanda-tanda vital menunjukkan bahua laju pernapasan 24 kali/menit, saturasi 94% soat istirahat, denyut radi 98 kali/menit, dan tekanan darah 138/86 mmHg. Pemeriksaan auskultasi Paru menunjukkan bahwa ada penurunan suara napas di basal paru
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kasus Tuan X.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Penyebab:
- Obesitas
- Nyeri punggung kronis yang membatasi mobilitas
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan.
Penyebab:
- Sesak napas saat aktivitas
- Penurunan kekuatan dan daya tahan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang teratur dengan laju napas 12-20 kali/menit.
- Pasien menunjukkan retraksi dinding dada yang minimal.
- Pasien menunjukkan saturasi oksigen ≥95% saat istirahat.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa sesak napas.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa cepat lelah.
- Pasien dapat mempertahankan energi yang cukup untuk aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Peningkatan Pola Napas Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital (laju napas, saturasi oksigen, denyut nadi) secara berkala.
- Posisikan pasien dalam posisi setengah duduk untuk memudahkan pernapasan.
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen ≥95%.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk memperdalam dan memperlambat laju napas.
- Lakukan fisioterapi dada (percussive, vibrasi) untuk membantu mengeluarkan sekret.
2. Untuk Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien saat ini.
- Buat rencana aktivitas yang bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi (penggunaan alat bantu, menjaga postur yang baik) saat beraktivitas.
- Berikan edukasi tentang manajemen berat badan dan pentingnya aktivitas fisik untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan secara bertahap dan teratur.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan fisik yang sesuai.
Penjelasan tersebut mencakup secara rinci diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kasus Tuan X. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 13115 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya dapat memberikan beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan jalan napas yang efektif.
2. Kurang Pengetahuan
- Ditandai dengan kehilangan nafsu makan dan gejala-gejala tuberkulosis paru.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan manajemen perawatannya.
3. Intoleransi Aktivitas
- Ditandai dengan adanya sesak napas saat beraktivitas.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas sehari-hari.
Penjelasan Singkat Standar Diagnosis, Intervensi, dan Kriteria Hasil (SDKI-SLKI-SIKI):
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan gejala dan tanda yang ditemukan pada pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan kriteria hasil yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI-SLKI-SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terukur, dan sesuai dengan standar profesi. -
Article No. 13116 | 02 Mar 2025
Klinis : gangguan rasa nyaman akibat Konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit ↓ Reaksi Hipersensitivitas Obat ↓ Inflamasi pada Kulit dan Mukosa ↓ Lesi Makula Eritematous dan Erosi Kulit ↓ Stimulasi Reseptor Nyeri pada Kulit ↓ Rasa Panas, Perih, dan Sensasi Terbakar pada Wajah dan Bibir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut.
- Penyebab: Reaksi hipersensitivitas terhadap obat Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit yang menyebabkan inflamasi pada kulit dan mukosa.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Rentan terhadap perubahan pada epidermis dan/atau dermis, yang dapat mengganggu fungsi kulit.
- Penyebab: Inflamasi pada kulit dan mukosa yang menyebabkan lesi makula eritematous dan erosi kulit, serta stimulasi reseptor nyeri pada kulit.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri): Berdasarkan tanda dan gejala yang Anda deskripsikan, seperti rasa panas, perih, dan sensasi terbakar pada wajah dan bibir, serta stimulasi reseptor nyeri pada kulit, dapat didiagnosis sebagai Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri).
- Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Inflamasi pada kulit dan mukosa yang menyebabkan lesi makula eritematous dan erosi kulit menunjukkan adanya risiko terjadinya kerusakan integritas kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri), luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri dan dapat mengendalikan nyeri.
- Untuk Risiko Kerusakan Integritas Kulit, luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri) dapat meliputi manajemen nyeri, terapi topikal, dan edukasi terkait penanganan nyeri.
- Intervensi untuk Risiko Kerusakan Integritas Kulit dapat meliputi perawatan kulit, pencegahan iritasi kulit, dan edukasi terkait perawatan kulit.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 13117 | 02 Mar 2025
Klinis : gangguan rasa nyaman akibat Konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit ↓ Reaksi Hipersensitivitas Obat ↓ Inflamasi pada Kulit dan Mukosa Lesi Makula Eritematous dan Erosi Kulit ↓ Stimulasi Reseptor Nyeri pada Kulit ↓ Rasa Panas, Perih, dan Sensasi Terbakar pada Wajah dan Bibir apa implementasi nya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T88.3
- Deskripsi: Reaksi hipersensitivitas obat, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.28
- Deskripsi: Pemberian obat lain untuk efek terapeutik
Penjelasan:
Kode ICD-10 T88.3 (Reaksi hipersensitivitas obat, tidak diklasifikasikan di tempat lain) sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu gangguan rasa nyaman akibat konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas obat, inflamasi pada kulit dan mukosa, serta lesi makula eritematous dan erosi kulit.
Kode ICD-9-CM 99.28 (Pemberian obat lain untuk efek terapeutik) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang mungkin dilakukan, seperti pemberian pengobatan untuk mengatasi reaksi hipersensitivitas dan mengurangi gejala inflamasi pada kulit dan mukosa, serta menangani stimulasi reseptor nyeri yang menyebabkan rasa panas, perih, dan sensasi terbakar pada wajah dan bibir.
Implementasi kode-kode ini dapat digunakan dalam pencatatan dan dokumentasi medis untuk memberikan informasi yang akurat dan terstruktur mengenai diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi tersebut. Hal ini penting untuk proses perawatan, pengkodean, dan penagihan klaim asuransi yang sesuai. -
Article No. 13118 | 02 Mar 2025
Klinis : gangguan rasa nyaman akibat Konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit ↓ Reaksi Hipersensitivitas Obat ↓ Inflamasi pada Kulit dan Mukosa Lesi Makula Eritematous dan Erosi Kulit ↓ Stimulasi Reseptor Nyeri pada Kulit ↓ Rasa Panas, Perih, dan Sensasi Terbakar pada Wajah dan Bibir apa implementasi nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman Akibat Reaksi Hipersensitivitas Obat
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan terkait dengan perubahan sensasi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap obat.
- Faktor Terkait: Konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit.
- Karakteristik Definisi: Inflamasi pada kulit dan mukosa, lesi makula eritematous, erosi kulit, stimulasi reseptor nyeri pada kulit, rasa panas, perih, dan sensasi terbakar pada wajah dan bibir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman kulit dan mukosa.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Obat: Identifikasi obat penyebab reaksi hipersensitivitas, tinjau regimen obat, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk perubahan regimen obat yang aman.
2. Manajemen Gejala: Aplikasi kompres dingin pada area yang terkena, pemberian analgesik sesuai indikasi, dan edukasi pasien tentang strategi mengurangi gejala.
3. Kolaborasi: Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker, ahli nutrisi) untuk penatalaksanaan komprehensif.
Implementasi:
1. Identifikasi obat-obatan yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas (Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit).
2. Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi regimen obat dan mempertimbangkan modifikasi atau penggantian obat yang lebih aman.
3. Aplikasikan kompres dingin pada area kulit dan mukosa yang terkena inflamasi untuk mengurangi rasa panas, perih, dan sensasi terbakar.
4. Berikan analgesik sesuai indikasi dan pemberian dosis yang tepat untuk mengatasi nyeri.
5. Edukasi pasien tentang strategi mengurangi gejala, seperti menghindari faktor pencetus, perawatan kulit dan mukosa yang tepat, dan manajemen nyeri.
6. Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker, ahli nutrisi) untuk penatalaksanaan komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika diperlukan.