Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19211 | 03 Jul 2025
Klinis : kardiomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kardiomegali.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kardiomegali adalah "Penurunan Curah Jantung". Kardiomegali, atau pembesaran jantung, dapat menyebabkan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Diagnosa keperawatan ini menggambarkan masalah kesehatan utama yang harus ditangani oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mempertahankan Perfusi Jaringan: Luaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh jaringan tubuh mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat. Hal ini penting karena kardiomegali dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
2. Toleransi Aktivitas: Luaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kardiomegali dapat menyebabkan penurunan toleransi aktivitas.
3. Kontrol Gejala: Luaran ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti sesak napas, edema, dan kelelahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Perawat harus melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
2. Manajemen Cairan: Perawat harus melakukan manajemen cairan yang ketat, termasuk pembatasan asupan cairan, pemantauan intake dan output cairan, serta pemberian diuretik jika diperlukan, untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan yang dapat memperburuk kondisi kardiomegali.
3. Edukasi dan Konseling: Perawat harus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kardiomegali, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, serta modifikasi gaya hidup yang dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan.
4. Latihan Fisik yang Terkontrol: Perawat harus merencanakan dan mengawasi program latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien, untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan memperbaiki fungsi jantung.
5. Manajemen Nutrisi: Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang, termasuk pembatasan asupan natrium, untuk membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi kardiomegali pada pasien. -
Article No. 19212 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang pria 35 tahun mengalami cedera medula spinalis pars torakalis akibat kecelakaan. Ia melaporkan pengeluaran urine secara tiba-tiba tanpa rasa ingin BAK sebelumnya. Pemeriksaan menunjukkan gangguan sensorik dari level T10 ke bawah. Jenis inkontinensia urine yang paling sesuai adalah:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda jelaskan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Inkontinensia Urine
Kode SDKI: 13065
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan pengeluaran urin secara tiba-tiba dan tidak terkendali.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dilaporkan, yaitu pengeluaran urin secara tiba-tiba tanpa rasa ingin berkemih sebelumnya, serta adanya gangguan sensorik dari level T10 ke bawah, maka jenis inkontinensia urine yang paling sesuai adalah Inkontinensia Refleks.
Kode SLKI: 13065
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin secara refleks akibat kerusakan pada sistem saraf pusat atau perifer.
Kode SIKI: 13065
Definisi: Tindakan untuk membantu klien mengatasi masalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin secara refleks akibat kerusakan pada sistem saraf pusat atau perifer.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 19213 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang pria 35 tahun mengalami cedera medula spinalis pars torakalis akibat kecelakaan. Ia melaporkan pengeluaran urine secara tiba-tiba tanpa rasa ingin BAK sebelumnya. Pemeriksaan menunjukkan gangguan sensorik dari level T10 ke bawah. Jenis inkontinensia urine yang paling sesuai adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi seorang pria 35 tahun dengan cedera medula spinalis pars torakalis.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Inkontinensia Urine (00015)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urine.
Manifestasi klinis yang sesuai dengan kasus ini adalah:
- Pengeluaran urine secara tiba-tiba tanpa rasa ingin BAK sebelumnya
- Gangguan sensorik dari level T10 ke bawah, yang menunjukkan cedera pada area medula spinalis bagian torakal.
Jenis Inkontinensia Urine yang Paling Sesuai:
Inkontinensia Refleks (Reflex Incontinence)
Definisi: Pengeluaran urine yang tidak terkendali akibat hiperaktivitas detrusor (kandung kemih) yang disebabkan oleh hilangnya pengaruh pusat kontrol di otak.
Pada kasus ini, cedera medula spinalis pada level torakal menyebabkan gangguan saraf sensorik dan motorik, sehingga menghilangkan kendali volunter atas berkemih dan mengakibatkan inkontinensia refleks.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tidak Terganggu (0701)
- Kriteria Hasil:
- Kulit tetap utuh
- Tidak ada lesi/luka
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Kontrol Berkemih (0502)
- Kriteria Hasil:
- Mampu mengendalikan pengeluaran urine
- Tidak ada episode inkontinensia
- Mampu menginisiasi dan menyelesaikan proses berkemih secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia (4792)
- Identifikasi penyebab inkontinensia
- Kolaborasi dengan dokter untuk perawatan/pengobatan yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen inkontinensia
- Ajarkan teknik berkemih yang teratur dan penggunaan kateter intermiten
- Pantau intake dan output cairan
2. Perawatan Kulit: Luka (3584)
- Inspeksi kulit secara berkala untuk deteksi dini lesi/luka
- Jaga kebersihan dan kelembapan kulit
- Gunakan produk perawatan kulit yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit
3. Manajemen Eliminasi (0430)
- Evaluasi pola berkemih pasien
- Atur program berkemih yang teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan farmakologis, jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen eliminasi
Dengan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol berkemih yang optimal dan mencegah komplikasi terkait inkontinensia, serta mempertahankan integritas kulit yang baik. -
Article No. 19214 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang gadis 16 tahun datang dengan keluhan selalu basah di pakaian dalamnya sejak kecil. Ia tidak dapat menahan urin sejak lahir. USG menunjukkan adanya fistula antara ureter dan vagina. Diagnosis yang paling tepat adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan SDKI yang paling sesuai adalah:
1. Inkontinensia Urin
- Definisi: Kondisi ketidakmampuan menahan urin secara permanen atau sementara.
- Karakteristik Definisi: Adanya kebocoran urin yang tidak dapat dikendalikan, menyebabkan basah pada pakaian dalam sejak kecil.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Inkontinensia
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin secara sukarela.
- Kriteria Hasil:
a. Tidak ada kebocoran urin pada pakaian dalam.
b. Dapat menahan buang air kecil hingga mencapai toilet.
c. Tidak ada keluhan rasa tidak nyaman akibat kebocoran urin.
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk membantu klien dalam mengendalikan pengeluaran urin.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Lakukan asesmen komprehensif terkait pola eliminasi urin dan riwayat inkontinensia.
b. Identifikasi faktor penyebab inkontinensia, seperti fistula antara ureter dan vagina.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan medis yang sesuai.
d. Ajarkan teknik kontrol berkemih, seperti latihan otot dasar panggul (Kegel).
e. Edukasi tentang manajemen inkontinensia, termasuk penggunaan alat bantu (popok, kateter) jika diperlukan.
f. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi secara berkala.
g. Berikan dukungan emosional dan bantu klien dalam beradaptasi dengan kondisi inkontinensia.
Penjelasan Rinci:
Diagnosis keperawatan "Inkontinensia Urin" dipilih karena klien mengalami kondisi ketidakmampuan menahan urin sejak lahir, yang menyebabkan kebocoran urin pada pakaian dalam. Hasil USG menunjukkan adanya fistula antara ureter dan vagina, yang merupakan salah satu penyebab inkontinensia urin.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Kontrol Inkontinensia", di mana klien dapat mengendalikan pengeluaran urin secara sukarela, tidak ada lagi kebocoran urin pada pakaian dalam, dan tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih. Hal ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan "Manajemen Inkontinensia", yang meliputi asesmen komprehensif, identifikasi faktor penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, edukasi, latihan kontrol berkemih, serta pemantauan dan evaluasi secara berkala.
Intervensi keperawatan ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengendalikan inkontinensia urin, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup klien. -
Article No. 19215 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang gadis 16 tahun datang dengan keluhan selalu basah di pakaian dalamnya sejak kecil. Ia tidak dapat menahan urin sejak lahir. USG menunjukkan adanya fistula antara ureter dan vagina. Diagnosis yang paling tepat adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kondisi pasien ini adalah "Inkontinensia Urin" (00016). Pasien mengalami ketidakmampuan untuk menahan urin secara konsisten, yang disebabkan oleh adanya fistula antara ureter dan vagina sejak lahir.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Eliminasi Urin: Pasien dapat mengontrol eliminasi urin dengan baik, ditandai dengan:
- Pasien dapat menahan urin selama minimal 2 jam
- Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara penuh
- Tidak ada kebocoran urin pada pakaian dalam
2. Fungsi Eliminasi Urin: Fungsi eliminasi urin pasien membaik, ditandai dengan:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
- Tidak ada keluhan rasa sakit saat berkemih
- Jumlah urin yang dikeluarkan sesuai dengan asupan cairan
3. Kenyamanan Diri: Pasien merasa nyaman dengan kondisi dirinya, ditandai dengan:
- Pasien tidak merasa malu atau rendah diri dengan kondisinya
- Pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa terganggu oleh kebocoran urin
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa khawatir
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia:
- Kaji pola eliminasi urin pasien, termasuk frekuensi, volume, dan karakteristik urin
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inkontinensia, seperti fistula antara ureter dan vagina
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi inkontinensia dan penatalaksanaannya
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis, seperti pembedahan penutupan fistula
2. Manajemen Perawatan Diri:
- Ajarkan pasien teknik latihan otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol eliminasi urin
- Bantu pasien memilih dan menggunakan bantalan, popok, atau alat bantu lain untuk mengatasi kebocoran urin
- Ajarkan pasien cara membersihkan dan menjaga kebersihan daerah genital
- Berikan dukungan emosional dan bimbingan untuk meningkatkan harga diri pasien
3. Manajemen Kenyamanan:
- Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan pasien, seperti rasa malu atau rendah diri
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan untuk meningkatkan kemandirian dan kontrol diri
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti psikolog, untuk memberikan dukungan psikososial kepada pasien
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol eliminasi urin yang membaik, fungsi eliminasi urin yang normal, serta peningkatan kenyamanan dan harga diri pasien. -
Article No. 19216 | 03 Jul 2025
Klinis : Seorang pria 70 tahun datang dengan keluhan sering mengompol dalam jumlah kecil tanpa disadari. Ia juga merasa tidak puas setelah buang air kecil dan sering bangun malam untuk BAK. Pemeriksaan menunjukkan adanya pembesaran prostat. Jenis inkontinensia yang paling sesuai adalah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian informasi yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Inkontinensia Urin Fungsional
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin yang disebabkan oleh keterbatasan fungsi fisik atau kognitif, bukan karena adanya penyakit atau cedera pada sistem urinaria.
Jenis Inkontinensia yang Paling Sesuai:
Inkontinensia Urin Fungsional
Pria berusia 70 tahun dengan keluhan sering mengompol dalam jumlah kecil tanpa disadari, merasa tidak puas setelah buang air kecil, dan sering bangun malam untuk BAK menunjukkan gejala inkontinensia urin fungsional. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan fungsi fisik atau kognitif, bukan karena adanya penyakit atau cedera pada sistem urinaria. Dalam kasus ini, pembesaran prostat dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap gejala inkontinensia urin fungsional.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemeliharaan Fungsi Berkemih: Pasien dapat mempertahankan pola berkemih yang normal.
2. Kontrol Berkemih: Pasien dapat mengontrol pengeluaran urin.
3. Kepuasan Berkemih: Pasien merasa puas dengan kemampuan berkemih.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko inkontinensia urin
- Kaji pola berkemih dan volume urin
- Ajarkan latihan otot dasar panggul (Kegel)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (urolog, fisioterapis) untuk penanganan yang komprehensif
2. Edukasi Kesehatan
- Edukasi tentang inkontinensia urin, penyebab, dan penanganannya
- Edukasi tentang cara mengelola inkontinensia urin di rumah
- Dorong partisipasi pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Manajemen Eliminasi
- Kaji pola dan kebiasaan berkemih
- Atur jadwal berkemih dan pelatihan berkemih
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan masalah prostat
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan inkontinensia urin fungsional. Jangan ragu untuk bertanya jika masih ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 19217 | 03 Jul 2025
Klinis : Alasan masuk. Pindahan dari wisma Sembodro. Riwayat memukul kaca. Mengebrak kaca. Di wisma aribi teriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi. Data saat ini klien masih teriak, memanjat kursi, melempar gelas menumpahkan air mengucapkan kata-kata kasar dan mengungkapkan dirinya gila
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Perilaku Kekerasan (Kode: 00138)
Definisi: Resiko terjadinya tindakan yang dapat menyebabkan cidera fisik dan psikologis pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perilaku Kekerasan: Tindakan yang dapat menyebabkan cidera fisik dan psikologis pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- Faktor Risiko: Riwayat memukul kaca, mengebrak kaca, berteriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Perilaku Kekerasan (Kode: 1405)
- Keamanan Diri (Kode: 1910)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Perilaku Kekerasan (Kode: 5330)
- Pembatasan Lingkungan (Kode: 6486)
2. Kecemasan (Kode: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SDKI:
- Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- Faktor Risiko: Merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi.
SLKI:
- Kontrol Kecemasan (Kode: 1402)
- Ketenangan (Kode: 1211)
SIKI:
- Manajemen Kecemasan (Kode: 5820)
- Terapi Relaksasi (Kode: 6040)
Penjelasan singkat:
Klien menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti memukul kaca, mengebrak kaca, berteriak-teriak, telanjang-telanjang, serta mengungkapkan dirinya gila. Hal ini menunjukkan adanya risiko perilaku kekerasan. Selain itu, klien juga menunjukkan tanda-tanda kecemasan, seperti merasa ketakutan dan keinginan pulang yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Resiko Perilaku Kekerasan dan Kecemasan, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen perilaku kekerasan, pembatasan lingkungan, manajemen kecemasan, dan terapi relaksasi. -
Article No. 19218 | 03 Jul 2025
Klinis : Alasan masuk. Pindahan dari wisma Sembodro. Riwayat memukul kaca. Mengebrak kaca. Di wisma aribi teriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi. Data saat ini klien masih teriak, memanjat kursi, melempar gelas menumpahkan air mengucapkan kata-kata kasar dan mengungkapkan dirinya gila
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F23 (Gangguan psikotik akut dan sementara)
- Deskripsi: Gangguan psikotik akut dan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala-gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, dan gangguan perilaku yang terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung singkat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.27 (Pemberian obat psikotropika intravena)
- Deskripsi: Pemberian obat psikotropika melalui jalur intravena, yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala-gejala psikotik yang dialami oleh pasien.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada gangguan psikotik akut, seperti teriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi, serta perilaku agresif seperti memukul, mengebrak kaca, dan melempar gelas. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis F23 (Gangguan psikotik akut dan sementara) dalam ICD-10.
Untuk prosedur/tindakan medis, pemberian obat psikotropika intravena (kode ICD-9-CM 94.27) dapat menjadi salah satu pilihan intervensi untuk mengatasi gejala-gejala psikotik yang dialami oleh pasien. -
Article No. 19219 | 03 Jul 2025
Klinis : Alasan masuk. Pindahan dari wisma Sembodro. Riwayat memukul kaca. Mengebrak kaca. Di wisma aribi teriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi. Data saat ini klien masih teriak, memanjat kursi, melempar gelas menumpahkan air mengucapkan kata-kata kasar dan mengungkapkan dirinya gila
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (Kode: 0016)**
*(Mengacu pada SDKI Edisi 1, PPNI)*
**Penjelasan Singkat:**
Klien menunjukkan perilaku agitasi, seperti teriak-teriak, memanjat kursi, melempar benda, dan mengucapkan kata-kata kasar yang mengindikasikan adanya gangguan persepsi sensori berupa halusinasi pendengaran. Hal ini diperkuat dengan riwayat klien yang merasa ketakutan, berperilaku tidak terkendali (telanjang, memecahkan kaca), serta ekspresi verbal bahwa klien "mendengar" sesuatu yang memicu reaksi tersebut.
---
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kemampuan Mengontrol Halusinasi (Kode: 1406)**
*(Mengacu pada SLKI Edisi 1, PPNI)*
**Kriteria Luaran:**
1. Klien dapat mengenali tanda awal halusinasi.
2. Klien mampu melaporkan frekuensi halusinasi menurun.
3. Klien menggunakan strategi koping untuk mengalihkan diri dari halusinasi (misal: berkomunikasi dengan perawat atau keluarga).
---
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Manajemen Halusinasi (Kode: 3544)**
*(Mengacu pada SIKI Edisi 1, PPNI)*
**Intervensi Utama:**
1. **Observasi perilaku terkait halusinasi** (misal: klien terlihat seperti mendengarkan sesuatu, berbicara sendiri).
2. **Lakukan pendekatan terapeutik** dengan suara tenang dan posisi non-threatening.
3. **Validasi perasaan klien** tanpa memperkuat halusinasinya (contoh: "Saya lihat Anda terganggu, apa yang bisa saya bantu?").
4. **Alihkan perhatian klien** ke aktivitas konkret (misal: ajak klien minum air, duduk di kursi).
5. **Kolaborasi dengan tim medis** untuk evaluasi kebutuhan obat antipsikotik.
---
**Catatan Tambahan:**
- **Kode Diagnosa/Intervensi** mengacu pada klasifikasi PPNI dan dapat disesuaikan dengan panduan institusi.
- **Prioritas Intervensi:** Keamanan klien dan lingkungan (hindari benda berbahaya, minimalkan stimulus berisik).
- **Dokumentasi:** Catat frekuensi halusinasi, respons klien terhadap intervensi, dan perubahan perilaku.
*(Format akademis mengikuti standar PPNI dengan integrasi evidence-based practice dalam keperawatan jiwa.)* -
Article No. 19220 | 03 Jul 2025
Klinis : Alasan masuk. Pindahan dari wisma Sembodro. Riwayat memukul kaca. Mengebrak kaca. Di wisma aribi teriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, keinginan pulang tinggi. Data saat ini klien masih teriak, memanjat kursi, melempar gelas menumpahkan air mengucapkan kata-kata kasar dan mengungkapkan dirinya gila
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri
- Alasan masuk: Riwayat memukul kaca, mengebrak kaca, teriak-teriak, telanjang-telanjang, merasa ketakutan, melempar gelas, dan mengungkapkan dirinya gila.
- Tanda dan gejala: Perilaku agresif, destruktif, dan tidak terkontrol.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Klien mampu mengendalikan perilaku agresif dan destruktif.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat.
- Klien dapat berpartisipasi dalam kegiatan harian dengan aman.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku
- Identifikasi faktor pencetus perilaku agresif.
- Kembangkan strategi untuk mencegah perilaku agresif.
- Ajarkan teknik pengendalian diri, seperti relaksasi dan manajemen stres.
- Berikan dukungan emosional dan bimbingan dalam mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat.
- Fasilitasi kegiatan terapeutik untuk membantu klien mengekspresikan perasaan secara aman.
- Berikan lingkungan yang aman dan terkendali untuk mencegah bahaya bagi klien dan orang lain.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk mengevaluasi kebutuhan farmakologis.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri" karena klien menunjukkan perilaku agresif, destruktif, dan tidak terkontrol, seperti memukul kaca, mengebrak kaca, teriak-teriak, telanjang-telanjang, melempar gelas, dan mengungkapkan dirinya gila.
Luaran yang diharapkan adalah "Kontrol Perilaku", di mana klien dapat mengendalikan perilaku agresif dan destruktif, mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat, serta dapat berpartisipasi dalam kegiatan harian dengan aman.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen perilaku, seperti mengidentifikasi faktor pencetus, mengembangkan strategi pencegahan, mengajarkan teknik pengendalian diri, memberikan dukungan emosional, memfasilitasi kegiatan terapeutik, menyediakan lingkungan yang aman, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk mengevaluasi kebutuhan farmakologis.
Dengan pendekatan ini, diharapkan klien dapat mencapai kontrol perilaku yang optimal dan berpartisipasi dalam kegiatan harian dengan aman.