Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11306 | 21 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan batuk
- Ditandai dengan bunyi napas bronkial, napas cuping hidung, dan retraksi dinding dada
2. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan nyeri, kelemahan, dan sesak napas
- Ditandai dengan kelelahan, napas pendek, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk yang efektif
- Pasien tidak mengalami retraksi dinding dada
- Pasien tidak mengalami napas cuping hidung
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Berikan nebulizer untuk membantu pengeluaran sekret
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat-obatan
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan penilaian toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien beristirahat dengan cukup
- Atur aktivitas dan istirahat secara bertahap
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti peningkatan nadi, sesak napas, dan kelelahan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan fisik yang tepat
- Berikan dukungan psikologis untuk meningkatkan motivasi pasien
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai perbaikan kondisi kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik. -
Article No. 11307 | 21 Jan 2025
Klinis : pengertian Risiko Kerusakan Integritas Kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan dengan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Risiko Kerusakan Integritas Kulit":
Pengertian Risiko Kerusakan Integritas Kulit menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah: Rentan terhadap gangguan pada struktur dan fungsi normal kulit, yang dapat mempengaruhi tubuh. Risiko ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan sensasi, imobilitas, malnutrisi, usia lanjut, dan penyakit-penyakit tertentu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Integritas kulit tetap utuh
b. Tidak terjadi kerusakan kulit lebih lanjut
c. Tidak terjadi komplikasi akibat kerusakan kulit, seperti infeksi
d. Pasien dapat merawat kulitnya dengan baik
e. Pasien dan keluarga memahami faktor risiko dan cara mencegah kerusakan kulit
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
a. Monitoring kondisi kulit secara berkala
b. Perawatan kulit, seperti menjaga kebersihan, melembabkan, dan melindungi dari gesekan
c. Manajemen nutrisi dan cairan yang adekuat
d. Manajemen imobilitas, seperti mobilisasi, perubahan posisi, dan penggunaan alat bantu
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor risiko dan cara pencegahan
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, untuk penanganan komprehensif
Penjelasan rinci dan terperinci:
Sebagai perawat, saya memahami bahwa Risiko Kerusakan Integritas Kulit merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang sering dijumpai, terutama pada pasien dengan kondisi-kondisi tertentu, seperti penurunan sensasi, imobilitas, malnutrisi, usia lanjut, dan penyakit-penyakit kronik. Kondisi ini rentan terhadap gangguan pada struktur dan fungsi normal kulit, yang dapat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, tujuan utamanya adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih lanjut dan mempertahankan integritas kulit. Luaran yang diharapkan setelah intervensi keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulitnya, tidak mengalami komplikasi, dan mampu melakukan perawatan kulit secara mandiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat perlu melakukan intervensi secara komprehensif, mencakup monitoring kondisi kulit, perawatan kulit, manajemen nutrisi dan cairan, manajemen imobilitas, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Setiap intervensi harus dilakukan secara sistematis dan terintegrasi untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan.
Sebagai perawat, saya akan selalu berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai luaran yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup mereka. -
Article No. 11308 | 21 Jan 2025
Klinis : mulutpenuh sarawan, hemoglobin menurun, nyeri perut, hiv non reaktif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan (SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan)
Definisi: Risiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Penurunan Hemoglobin, Nyeri Perut.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang Berhubungan: Mulut Penuh Salivar.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI berisi definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik definisi untuk masing-masing diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI berisi definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk masing-masing luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SIKI berisi definisi, aktivitas, dan rasional untuk masing-masing intervensi keperawatan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan bermutu tinggi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. -
Article No. 11309 | 21 Jan 2025
Klinis : mulutpenuh sarawan, hemoglobin menurun, nyeri perut, hiv non reaktif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai
Berdasarkan gejala yang Anda berikan, yaitu mulut penuh sariawan, hemoglobin menurun, nyeri perut, dan HIV non-reaktif, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Asupan Nutrisi yang Tidak Adekuat
Keadaan ini ditandai dengan mulut penuh sariawan, yang dapat mengganggu proses makan dan menelan, serta penurunan kadar hemoglobin yang mengindikasikan kekurangan asupan nutrisi.
b. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Penyakit Akut atau Kronis
Nyeri perut yang dirasakan dapat menjadi gejala dari kondisi medis tertentu, baik akut maupun kronis, yang dapat diatasi melalui asuhan keperawatan.
c. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Sistem Imun yang Terganggu
Meskipun hasil tes HIV non-reaktif, kondisi ini dapat mengindikasikan adanya gangguan pada sistem imun yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang sesuai, luaran yang diharapkan adalah:
a. Perbaikan Status Nutrisi
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan.
- Terjadi peningkatan kadar hemoglobin dalam batas normal.
b. Pengelolaan Nyeri Yang Efektif
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri yang efektif.
- Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut akibat nyeri yang tidak terkontrol.
c. Pencegahan Infeksi
- Tidak terjadi infeksi baru selama perawatan.
- Pasien dapat mempertahankan fungsi sistem imun yang optimal.
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Intervensi untuk Perbaikan Status Nutrisi:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi pasien, seperti keluhan mulut sariawan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Berikan perawatan mulut dan bantuan makan jika diperlukan untuk mengatasi masalah sariawan.
- Monitor asupan nutrisi, berat badan, dan parameter laboratorium seperti kadar hemoglobin secara berkala.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pemenuhan nutrisi.
b. Intervensi untuk Pengelolaan Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif untuk mengetahui karakteristik, lokasi, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dan non-farmakologis.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Monitor efektivitas terapi nyeri dan lakukan evaluasi secara berkala.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
c. Intervensi untuk Pencegahan Infeksi:
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien, termasuk status sistem imun.
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan sanitasi lingkungan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi imunomodulator atau pengobatan yang dapat meningkatkan sistem imun.
- Monitor tanda-tanda infeksi dan lakukan tindakan segera jika ditemukan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi yang optimal dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 11264 | 20 Jan 2025
Klinis : UAP
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Urinari Asam Urat (UAP).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan asam urat dalam darah.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan kadar asam urat dalam darah.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Manajemen Nyeri.
- Kriteria Hasil: Tingkat nyeri menurun, Kemampuan mengontrol nyeri meningkat.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Farmakologis, Terapi Relaksasi.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi karakteristik nyeri, Kolaborasi pemberian analgesik, Ajarkan teknik relaksasi.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian secara komprehensif untuk menggali informasi terkait nyeri yang dirasakan pasien, memantau tanda-tanda vital, serta berkolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan terapeutik yang tepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 11265 | 20 Jan 2025
Klinis : Unstable angina pectoris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Unstable angina pectoris.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan pola napas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jantung.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output.
3. Nyeri dada akut berhubungan dengan penyempitan arteri koroner.
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakstabilan pola napas: Pola napas yang tidak teratur, tidak adekuat atau tidak efektif yang disebabkan oleh penurunan suplai oksigen ke jantung.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya penurunan cardiac output.
3. Nyeri dada akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat penyempitan arteri koroner.
4. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis terhadap ancaman atau persepsi ancaman terhadap kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas stabil: Pasien menunjukkan pola napas yang teratur, adekuat, dan efektif.
2. Toleransi aktivitas meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya keluhan.
3. Nyeri dada terkontrol: Pasien melaporkan pengurangan nyeri dada dan mampu mengelola nyeri dengan efektif.
4. Kecemasan menurun: Pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda fisik dan psikologis kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas: Mempertahankan jalan napas yang efektif dan memfasilitasi pertukaran gas.
2. Manajemen aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya.
3. Manajemen nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola penyebab nyeri serta memfasilitasi penggunaan terapi nyeri yang efektif.
4. Manajemen kecemasan: Mengidentifikasi penyebab kecemasan dan memfasilitasi strategi koping yang efektif.
Dengan pendekatan akademis dan sebagai pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi Unstable angina pectoris. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 11266 | 20 Jan 2025
Klinis : Unstable angina pectoris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Unstable angina pectoris.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Penjelasan: Pasien dengan unstable angina pectoris mengalami penurunan aliran darah ke jantung, sehingga menyebabkan perubahan pada perfusi jaringan kardiovaskular yang tidak stabil.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Penurunan kemampuan tubuh untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jaringan jantung.
- Faktor risiko: Penyakit jantung iskemik, infark miokard, anemia, disfungsi kardiovaskular.
- Karakteristik: Nyeri dada, dispnea, perubahan irama jantung, perubahan tekanan darah, kelelahan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan jantung yang stabil.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada nyeri dada, pasien dapat beraktivitas tanpa sesak napas.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan antiangina, manajemen nyeri, edukasi tentang penyakit dan pencegahan komplikasi.
Persona: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya memahami bahwa pasien dengan unstable angina pectoris membutuhkan penanganan yang komprehensif untuk menjaga stabilitas perfusi jantungnya. Dengan mengacu pada standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 11267 | 20 Jan 2025
Klinis : Unstable angina pectoris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan di tingkat yang diharapkan.
- Karakteristik Utama: Melaporkan kelelahan yang berlebihan, kesulitan bernapas, dan/atau nyeri dada saat aktivitas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan energi yang adekuat.
- Indikator:
- Pasien melaporkan kelelahan dan nyeri dada terkurangi.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan.
- Pasien mampu beradaptasi dengan aktivitas sehari-hari.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan, mengatur dan merencanakan aktivitas, serta memantau toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Manajemen energi: Mengajarkan teknik konservasi energi, mengatur ritme aktivitas, dan memberikan istirahat yang cukup.
- Manajemen nyeri: Mengevaluasi dan mengelola nyeri dada yang timbul saat aktivitas.
- Edukasi kesehatan: Memberikan edukasi tentang manajemen aktivitas dan penyakit jantung.
Dalam konteks kondisi Unstable Angina Pectoris, diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas merupakan yang paling sesuai. Pasien dengan kondisi ini cenderung mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat gejala, seperti kelelahan, kesulitan bernapas, dan nyeri dada. Intervensi keperawatan yang diberikan berfokus pada manajemen aktivitas, manajemen energi, manajemen nyeri, dan edukasi kesehatan untuk membantu pasien beradaptasi dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas. -
Article No. 11268 | 20 Jan 2025
Klinis : tn.slamet dengan keluhan nyeri dada,sesak nafas, tidak kuat jalan diagnosa medis unstable angina
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang dialami oleh Tn. Slamet dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, dan tidak kuat berjalan dengan diagnosa medis unstable angina:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 1994).
SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan pasien.
SIKI: Manajemen nyeri, Terapi relaksasi, Terapi komplementer.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
SIKI: Manajemen jalan napas, Terapi oksigen, Latihan pernapasan.
3. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi kapasitas dan toleransi terhadap aktivitas.
SIKI: Manajemen aktivitas, Terapi latihan, Konseling aktivitas.
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada Tn. Slamet, perawat perlu mempertimbangkan tone yang akademis dan persona sebagai pakar, sehingga dapat memberikan penjelasan yang rinci dan komprehensif terkait kondisi pasien, diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan yang akan dilakukan. -
Article No. 11269 | 20 Jan 2025
Klinis : tn.slamet dengan keluhan nyeri dada,sesak nafas, tidak kuat jalan diagnosa medis unstable angina
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu Tn. Slamet dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, tidak kuat berjalan, dan diagnosis medis unstable angina, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan aliran darah ke jantung.
Penjelasan Singkat:
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan aliran darah ke jantung disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada otot jantung, yang dapat mengakibatkan rasa nyeri dada. Pasien dengan unstable angina mengalami penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, sehingga aliran darah ke jantung menjadi terganggu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Domain: Rasa Nyeri
2. Kelas: Nyeri Akut
3. Kode: 00132
4. Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran: Kontrol Nyeri
2. Kode: 1605
3. Definisi: Tingkat kenyamanan selama pengalaman nyeri berlangsung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi: Manajemen Nyeri
2. Kode: 1400
3. Definisi: Penggunaan strategi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa sakit.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, penjelasan singkat di atas dapat disampaikan dengan lebih detail dan profesional sesuai dengan konteks dan kebutuhan pasien.