Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11320 | 22 Jan 2025
Klinis : pasien mengatakan agak pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami keluhan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital adalah keadaan di mana terdapat perubahan dari nilai normal pada satu atau lebih tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
2. Tidak ada komplikasi akibat ketidakstabilan tanda-tanda vital
3. Pasien/keluarga memahami pentingnya memantau tanda-tanda vital
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen nyeri atau pusing
3. Edukasi tentang pentingnya memantau tanda-tanda vital
Dalam kondisi ini, pasien mengeluhkan pusing, yang merupakan salah satu indikasi dari ketidakstabilan tanda-tanda vital. Perawat perlu melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital pasien, memberikan pengelolaan yang sesuai, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya memantau tanda-tanda vital secara rutin. -
Article No. 11321 | 22 Jan 2025
Klinis : 1. 1. GDS pasien 290 2. Kadar glukosa dalam urin pasien 4+(1000) 3. Hba1c pasien : 11.1% Ketidakstabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Fluktuasi kadar glukosa darah melebihi rentang normal yang dapat menimbulkan komplikasi.
- Faktor yang Berhubungan: Tidak patuh terhadap regimen pengobatan, stres, aktivitas fisik yang tidak seimbang, perubahan pola makan.
- Gejala dan Tanda: Gula darah tidak terkontrol, poliuria, polidipsia, fatigue, gangguan penglihatan, infeksi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Kadar glukosa darah terkontrol, tidak terjadi komplikasi akut, tidak ada gejala hiperglikemia.
- Kriteria Hasil: Kadar glukosa darah dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hiperglikemia, tidak ada komplikasi akut.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Monitor kadar glukosa darah, monitor intake nutrisi, kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi, edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes, fasilitasi aktivitas fisik yang tepat.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien memiliki gula darah sewaktu yang tinggi (290 mg/dL) dan kadar glukosa dalam urin yang tinggi (4+/1000), serta HbA1c yang juga tinggi (11,1%). Hal ini menunjukkan adanya ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memonitor kadar glukosa darah, kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi, serta edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes. -
Article No. 11322 | 22 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sendi kaki sebelah kanan sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan sendi kaki sebelah kanan sakit.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Sendi Akut" (Acute Joint Pain). Diagnosa ini mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan menggambarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri di area sendi kaki sebelah kanan secara akut atau mendadak.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Kontrol Nyeri" (Pain Control). Luaran ini mengacu pada SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan mencakup beberapa indikator, antara lain:
a. Pasien dapat mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien melaporkan pengurangan intensitas nyeri yang dirasakan.
d. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Kontrol Nyeri", beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah:
a. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
- Kolaborasikan dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi dan non-farmakologi yang sesuai.
- Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dan lain-lain.
- Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Mobilisasi:
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi secara bertahap dan teratur.
- Berikan alat bantu mobilisasi, seperti kruk atau tongkat, jika diperlukan.
- Ajarkan pasien teknik-teknik mobilisasi yang aman dan nyaman.
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
c. Manajemen Lingkungan:
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan mendukung pemulihan, seperti suhu ruangan yang sejuk, pencahayaan yang cukup, dan minimalisasi kebisingan.
- Fasilitasi istirahat yang cukup bagi pasien.
- Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang realistis, dan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan. Evaluasi yang berkelanjutan juga diperlukan untuk memastikan efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. -
Article No. 11323 | 22 Jan 2025
Klinis : resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi resiko jatuh:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi resiko jatuh adalah "Risiko Jatuh". Risiko Jatuh didefinisikan sebagai "Kerentanan untuk jatuh, yang dapat menyebabkan cidera fisik, yang disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor intrinsik (misalnya gangguan keseimbangan, penurunan mobilitas) dan/atau faktor-faktor ekstrinsik (misalnya lingkungan tidak aman)".
Beberapa karakteristik definisi yang mendukung diagnosa ini antara lain:
- Riwayat jatuh sebelumnya
- Gangguan keseimbangan dan mobilitas
- Kondisi medis yang meningkatkan risiko jatuh (misalnya stroke, penyakit Parkinson, osteoporosis)
- Penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan pusing, mengantuk, atau gangguan keseimbangan
- Lingkungan yang tidak aman (misalnya lantai licin, pencahayaan buruk, halangan/barang di jalan)
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan untuk menangani Risiko Jatuh, diharapkan dapat tercapai luaran sebagai berikut:
a. Keseimbangan: Klien menunjukkan peningkatan keseimbangan tubuh saat berdiri dan berjalan.
b. Mobilitas: Klien dapat bergerak dengan aman dan mandiri dalam lingkungan sekitar.
c. Pengetahuan: Klien dan keluarga memahami faktor-faktor risiko jatuh dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.
d. Perilaku: Klien dan keluarga menerapkan tindakan pencegahan jatuh dalam aktivitas sehari-hari.
e. Cedera Fisik: Klien tidak mengalami cedera fisik akibat jatuh selama perawatan.
Luaran-luaran ini diharapkan dapat tercapai untuk mengurangi risiko jatuh dan mencegah terjadinya cedera pada klien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan dalam menangani Risiko Jatuh:
a. Asesmen Risiko Jatuh
- Identifikasi faktor-faktor risiko jatuh (intrinsik dan ekstrinsik)
- Evaluasi riwayat jatuh sebelumnya
- Penilaian fungsi fisik (keseimbangan, mobilitas, kekuatan otot)
b. Manajemen Lingkungan
- Identifikasi dan eliminasi bahaya/potensi bahaya di lingkungan
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh (penerangan, lantai tidak licin, eliminasi halangan)
- Penggunaan alat bantu mobilitas (walker, kursi roda) sesuai kebutuhan
c. Intervensi Keseimbangan dan Mobilitas
- Latihan keseimbangan dan koordinasi
- Latihan penguatan otot dan fleksibilitas
- Pelatihan teknik berjalan yang aman
d. Edukasi dan Konseling
- Edukasi klien dan keluarga tentang risiko jatuh dan tindakan pencegahan
- Konseling untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan dalam menerapkan tindakan pencegahan
e. Pemantauan dan Evaluasi
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status fungsional klien
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan
Intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu meningkatkan keseimbangan, mobilitas, pengetahuan, perilaku, dan mencegah terjadinya cedera fisik akibat jatuh pada klien. -
Article No. 11324 | 22 Jan 2025
Klinis : 1. Pasien tidak mengetahui diet piring penderita DM tipe 2 2. Anak pasien mengatakan bahwa pasien seringnya makan nasi merah namun porsi makanannya tetap dalam jumlah banyak 1. Pasien makan nasi putih banyak dengan perbandingan sayur dan lauk yang tidak sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
1. Pasien tidak mengetahui diet piring penderita DM tipe 2:
Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan tentang Diet DM tipe 2
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Individu memiliki pengetahuan yang kurang tentang diet yang sesuai untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat menjelaskan kembali diet yang sesuai untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan edukasi tentang diet piring penderita DM tipe 2, seperti porsi nasi, sayur, dan lauk yang seimbang.
2. Anak pasien mengatakan bahwa pasien sering makan nasi merah namun porsi makanannya tetap dalam jumlah banyak:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan Diet pada Penderita DM tipe 2
Penjelasan:
- SDKI: Individu tidak mengikuti rekomendasi diet yang telah ditetapkan untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2.
- SLKI: Pasien dapat menyebutkan diet yang sesuai untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2 dan berkomitmen untuk menerapkannya.
- SIKI: Memberikan konseling dan motivasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap diet DM tipe 2, termasuk penjelasan tentang porsi yang sesuai.
3. Pasien makan nasi putih banyak dengan perbandingan sayur dan lauk yang tidak sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- SDKI: Asupan nutrisi pasien tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, ditandai dengan konsumsi nasi putih yang berlebihan dan proporsi sayur serta lauk yang tidak seimbang.
- SLKI: Pasien dapat menunjukkan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh, termasuk porsi nasi, sayur, dan lauk yang seimbang.
- SIKI: Memberikan edukasi tentang pola makan yang seimbang untuk penderita DM tipe 2, serta memantau asupan makan pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait kondisi yang Anda sampaikan. Jangan ragu untuk menanyakan hal lainnya jika diperlukan. -
Article No. 11325 | 22 Jan 2025
Klinis : ketidak seimbangan kadar glukosa dalam darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Karakteristik Utama: Fluktuasi kadar glukosa darah, polidipsi, poliuri, dan perubahan status mental.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Indikator Luaran: Kadar glukosa darah dalam kisaran normal, tidak terjadi komplikasi akibat hipoglikemia atau hiperglikemia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin atau agen hipoglikemik, edukasi terkait diet, olahraga, dan manajemen stres.
- Aktivitas Keperawatan: Pengukuran kadar glukosa darah, pemberian insulin sesuai resep, konseling gaya hidup sehat.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mengelola ketidakstabilan kadar glukosa darah. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, edukasi pasien dan keluarga, serta pemantauan yang ketat merupakan kunci dalam mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 11326 | 22 Jan 2025
Klinis : sdki ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah. Diagnosa ini mengacu pada keadaan ketidakseimbangan atau ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah, baik hiperglikemia (kadar glukosa tinggi) maupun hipoglikemia (kadar glukosa rendah). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit diabetes, stres, diet yang tidak tepat, aktivitas fisik yang tidak seimbang, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
a. Kadar glukosa darah dalam rentang normal
b. Tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi akibat ketidakseimbangan kadar glukosa darah
c. Klien dapat melakukan manajemen diri yang efektif untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil
d. Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan kadar glukosa darah
e. Klien menunjukkan motivasi dan kemampuan untuk mengikuti rencana perawatan yang telah disusun.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Pemantauan kadar glukosa darah secara rutin
b. Pemberian edukasi dan konseling terkait pengelolaan kadar glukosa darah, meliputi:
- Pengaturan diet yang tepat
- Aktivitas fisik yang sesuai
- Penggunaan obat-obatan secara benar
- Identifikasi dan pencegahan faktor-faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi kadar glukosa darah
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll) untuk menentukan rencana perawatan yang komprehensif
d. Pemberian dukungan emosional dan motivasi kepada klien untuk meningkatkan kepatuhan terhadap rencana perawatan
e. Pemantauan tanda-tanda komplikasi akibat ketidakseimbangan kadar glukosa darah dan melakukan tindakan pencegahan/penanganan yang tepat
f. Evaluasi dan modifikasi rencana perawatan secara berkala berdasarkan respons klien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 11327 | 22 Jan 2025
Klinis : ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah yang disebkan oleh hipogliemia, kadar glukosa dalam darah 40mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh hipoglikemia dengan kadar glukosa dalam darah 40 mg/dl.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Penurunan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah: Keadaan di mana individu berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa dalam darah dari rentang normal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Stabilitas Kadar Glukosa Darah: Keadaan di mana kadar glukosa darah berada dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Tindakan memantau kadar glukosa darah secara berkala.
- Pemberian Nutrisi: Tindakan memberikan asupan nutrisi yang sesuai untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Manajemen Hipoglikemia: Tindakan mengatasi kondisi penurunan kadar glukosa darah di bawah normal.
Dalam kasus ini, dengan kadar glukosa darah 40 mg/dl, terdapat risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang harus segera ditangani. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan kadar glukosa darah secara berkala, pemberian nutrisi yang sesuai, dan manajemen hipoglikemia untuk mengembalikan kadar glukosa darah ke dalam rentang normal. -
Article No. 11328 | 22 Jan 2025
Klinis : pasien mengeluh kurang tidur, gelisah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang berkualitas dan kuantitas yang dibutuhkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pola Tidur adalah pasien dapat mencapai dan mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur antara lain:
1. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk tidur.
2. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan untuk mengurangi kecemasan dan memfasilitasi tidur.
3. Edukasi Tentang Tidur: Memberikan edukasi kepada pasien tentang pola tidur yang sehat dan strategi untuk mengatasi insomnia.
4. Kolaborasi dengan Farmasi: Jika diperlukan, pemberian obat-obatan untuk membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan standar-standar ini sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 11329 | 22 Jan 2025
Klinis : Seorang Wanita 35 tahun, datang ke IGD. Keluhan utama adalah sesak. Hasil pemeriksaan fisik Pernafasan 25 x/mnt, dangkal dan irreguler, pernafasan menggunakan otot-otot bantu pernafasan, saat ekspirasi memanjang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan utama pasien yaitu sesak nafas, serta hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan pernafasan 25x/mnt, dangkal dan irreguler, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, serta ekspirasi yang memanjang, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernafasan, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Pola nafas dalam batas normal (12-20x/menit)
2. Tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan
3. Tidak ada suara nafas tambahan (wheezing, stridor, ronchi)
4. Mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau status pernafasan (frekuensi, kedalaman, irama, penggunaan otot bantu pernafasan)
2. Auskultasi suara nafas
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Berikan bronkodilator/mukolitik sesuai indikasi
6. Latih teknik batuk efektif
7. Berikan humidifikasi udara
8. Kolaborasi pemberian terapi lanjutan sesuai kondisi pasien
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengalami gangguan dalam membersihkan saluran nafas sehingga terjadi peningkatan upaya pernafasan dengan penggunaan otot bantu pernafasan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, dan kemampuan batuk yang efektif. Intervensi keperawatan yang diberikan ditujukan untuk memantau status pernafasan, membantu pasien membersihkan jalan nafas, dan mengatasi penyebab gangguan pernafasan.